Denny

4.5K 353 11
                                    

Wynstelle sudah memikirkan ini semalaman. Ia harus bertemu dengan Raiden, bertanya lebih jauh soal Ryan. Kalau perlu, ia juga akan menemui Billy. Wyns merasa kejadian yang dialami Yuuki sangat ganjil. Baiklah, ia tahu Yuuki penggila pesta dan itu bukan hal yang tidak wajar. Maksud Wyns, berhubungan seks dengan pria sembarangan. Hanya saja, rasanya tidak tepat ketika Yuuki terjebak di dalam sebuah situasi tapi kemudian ia harus menghilang meskipun hanya sementara dari muka bumi.

Wyns pasti akan menelepon Raiden. Ia harus berbicara dengan salah satu atau kedua-dua teman Raiden tersebut. Wyns putuskan untuk membuat panggilan setelah ia menjemput Adara dari sekolah. Sekarang ia masih menunggu di ruang tunggu di sekolah putrinya itu sambil mengunyah burger-nya.

Adara muncul dari dalam kelasnya, memakai terusan berwarna kuning cerah dan sepatu boots berwarna merah.

"Ayo, sayang. Kita harus ke suatu tempat dulu sebelum pulang." Kata Wynstelle.

"Kemana?" Tanya Adara.

"Ke... ke tempat D-dad, umm maksud Mom ke tempat Paman cokelat bekerja." Wyns menjawab dengan kaku.

Adara melebarkan matanya, tampak sangat senang dengan gagasan itu. Adara tidak berhenti bersenandung sepanjang perjalanan mereka menuju mobil. Ia mengoceh soal dokter dan betapa hebatnya pekerjaan itu pada boneka beruangnya. Dan itu membuat Wyns merasa sedikit cemburu.

Tapi, bukan itu masalahnya sekarang.

Wyns mencari nama kontak Raiden di ponselnya kemudian menekan tombol panggil.

"Hai!" Sapa Raiden.

"Hai. Kau sibuk?" Tanya Wyns tanpa basa-basi.

Selama beberapa detik Raiden tidak terdengar menyahut, jadi Wyns berdeham untuk memastikan pria itu masih disana.

"Tidak. Tidak juga." Jawab Raiden.

"Bisa aku menemuimu sekarang?"

"Untuk apa?"

"Bertemu dengan temanmu. Billy atau Ryan."

Lalu kembali terdengar jeda yang cukup panjang. Wyns mendesah. Apa pria itu bermaksud mengabaikannya? Menganggap ini lelucon? Oke, baiklah. Itu sama sekali tidak lucu.

"Rai!"

"Yap. Tentu saja. Aku akan beritahu Billy kalau kau mau kemari." Kata Raiden.

Kemudian sambungan terputus. Wyns meneriakkan 'halo' berkali-kali seperti orang bodoh, tapi memang tidak ada yang menyahut. Ia melihat layar ponselnya. Sambungan itu benar-benar terputus. Baiklah, mungkin Raiden sedang sibuk tapi berusaha untuk menjawab panggilan Wyns. Tidak masalah. Ia tetap akan ke rumah sakit untuk menanyakan soal Yuuki pada Billy.

******

Raiden menurunkan ponselnya dari telinga. Ia menghela nafas. Ekspresi yang sudah lama tidak ia tampakkan; wajah dingin dab sorot mata tajam menjadi sambutan yang hangat untuk seseorang yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

Orang itu tampak tenang meski sebelumnya sangat panik dan hampir melakukan hal yang bodoh; melarikan diri.

"Apakah itu Wyns?" Tanya orang itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Andrea.

"Apa pedulimu?"

Andrea mendengus. "Tentu saja aku peduli. Aku jauh lebih mengenalnya dibandingkan dirimu."

Raiden tersenyum sinis. "Oh, ya? Aku meragukan itu, bung."

Andrea mengeraskan rahangnya. Bibirnya berkedut untuk memaki tapi ia menahan diri. "Jangan bertingkah seolah kau sangat mengenalnya, Andrews. Kau hanya orang asing yang kebetulan berurusan dengannya. Kau tidak punya hak untuk mengatur hidupnya."

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang