His Darker Side

4.4K 402 10
                                    

Hal pertama yang sangat ingin Wyns lakukan saat ia sampai di Savannah adalah; berlari ke apartemen Raiden, menggedor pintunya dan berharap pria itu muncul dengan wajah sebal dan terkejut karena Wyns tiba-tiba ada di hadapannya lalu mengatakan semuanya. Mengatakan bahwa... mengatakan bahwa... ia suka berdebat dengan Raiden, ia suka berada di dekat Raiden, ia ingin selalu bersama Raiden dan berbagi hal yang konyol --apa saja.

Tapi sepertinya, harapannya itu harus pupus karena yang muncul dari balik pintu bukan Raiden, melainkan Helena.

"Hai, Wynstelle!" Sapa Helena. Wanita itu separuh terkejut, separuh senang melihat Wyns berdiri di depan apartemennya --menggigil kedinginan- bersama Adara.

"Masuklah." Ajak Helena dengan penuh semangat. Wyns tersenyum tipis tapi tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Ia melirik ke dalam apartemen --yang ia tahu sebenarnya itu sangat tidak sopan- untuk mencari tahu apakah Raiden ada disana. Helena mengetahui arah pandang dan maksud Wyns. Jadi, wanita itu berkata,

"masuklah dulu. Kau akan tahu apakah yang kau cari itu ada di dalam atau tidak."

Wyns terkejut, namun Helena hanya tersenyum penuh arti. Wanita itu membungkuk untuk berbicara sesuatu dengan Adara sementara Wyns terlalu gelisah dan rasanya tidak bisa menahan diri lebih lama untuk tidak berteriak memanggil Raiden.

Ia memutuskan untuk masuk dan mengekor di belakang Helena yang menggandeng tangan kecil Adara. Kedua orang itu segera akrab. Oh, tentu saja. Helena adalah orang yang membantu persalinan ibu kandung Adara. Helena adalah orang yang membantu Adara untuk lahir ke dunia.

Oke, cukup sampai disana karena Wyns selalu merasa tidak nyaman jika harus membicarakan soal Lilian --kekasih Raiden.

"Biar aku periksa apakah Raiden masih di kamarnya. Kalian berdua duduk saja dulu." Kata Helena lalu melenggang pergi menuju kamar yang letaknya di seberang kamar utama.

Wyns mulai bertanya-tanya --dan itu membuatnya sebal- bagaimana Raiden bertahan tanpa jatuh cinta pada Helena yang cantik --dan punya rambut yang indah-- itu? Padahal mereka tinggal satu atap. Wyns tidak mau berlama-lama dengan pikiran semacam itu jadi ia buru-buru menepisnya.

Kenapa? Karena Wyns merasa seperti bertanya pada diri sendiri; bagaimana bisa ia bertahan tanpa mencintai Andrea padahal mereka selalu bersama-sama selama lima tahun?

Oh, ketahuilah... erang Wyns dalam hati. Ia sudah memikirkan hal ini. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Andrea kemarin, sejak ia menangis demi Raiden, ia tersadar bahwa sebenarnya ia tidak pernah mencintai Andrea. Maksud Wyns, mengapa ia bisa begitu mudah memaafkan kesalahan Andrea jika ia punya perasaan yang sangat besar untuk pria itu? Atau kalaupun ia terlambat menyadari perasaannya, lalu mengapa ia tidak mencoba mencegah pernikahan Andrea dan malah berlari ke apartemen si bodoh Raiden untuk menjelaskan semuanya?

Itu aneh.

Wyns terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tidak menyadari bahwa Helena sudah kembali untuk menemui mereka.

"Maaf sekali, Wynstelle. Sepertinya Raiden sudah pergi berolahraga. Kupikir dia ada di kamarnya. Mungkin dia pergi saat aku sedang di kamarku." Ucap Helena.

Wyns mendesah kecewa. Ia bisa melihat bahwa Helena mengatakan yang sebenarnya dan tidak berusaha untuk berbohong. Raiden memang sedang tidak di rumah.

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya kami harus pergi." Balas Wynstelle.

"Tunggu." Cegah Helena. "Apa kau mau menemaniku sarapan? Kalian datang pagi-pagi sekali, kurasa kalian juga belum sarapan, bukan?"

******

Wyns meletakkan kembali cangkir tehnya dengan hati-hati. Helena tadi menawarinya roti lapis dan kopi, tapi Wyns memilih untuk minum teh saja. Earl Grey. Beruntung Helena punya teh kesukaan Wyns itu.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang