Happily Ever After?

6.7K 399 21
                                    

(Last part before epilog)

Wyns keluar dari mobil Francis, memayungi kepalanya dengan tangan untuk menghalau air hujan sembari berlari-lari kecil menaiki anak tangga menuju pintu depan Charlotte's Heart. Francis berbicara dengan penjaga pintu, sementara Wyns mengibas rok-nya yang terkena tetesan hujan. Penjaga pintu membiarkan mereka masuk sebelum seorang maitre d' menyambut mereka. Pria muda itu mengantarkan mereka berdua ke sebuah meja di tengah ruangan.

Ini tidak seperti ekspektasi Wyns. Ia selalu berpikir bahwa Charlotte's Heart akan ramai, tidak pernah sepi oleh pelanggan. Tapi, hari ini suasana sedikit agak berbeda. Memang ada beberapa orang yang sedang makan malam di meja-meja yang berada di sudut-sudut ruangan, seolah mereka sengaja dipinggirkan hanya untuk menghiasi restoran itu, semacam menjadi ornamen.

Tapi, Wyns akui, Charlotte's Heart tidak membuatnya sepenuhnya kecewa. Ia masih bisa menikmati musik klasik yang mengalun dari para pemain musik dan interior dalam restorannya yang membuatnya seolah terlempar ke abad sembilan belas, bersama bangsawan Italia.

Tidak beberapa lama kemudian, Maitre d' itu kembali membawa sebotol anggur putih. Wyns berkata bahwa ia tidak minum alkohol, jadi pria muda itu menuangkan cairan sebening kristal itu ke gelas Francis.

"Maaf, tapi apakah keluarga Andrews belum datang?" Tanya Wyns pada pria muda itu.

Maitre d' itu tersenyum. "Mereka akan tiba dalam dua puluh menit, Nyonya." Jawabnya lancar.

"Bukankah sepertinya Charlotte's Heart terlalu sepi hari ini?" Kali ini Francis bertanya lalu mulai meneguk anggur putihnya.

Maitre d' tersebut tersenyum sopan. "Seseorang telah memesan tempat ini untuk sebuah acara keluarga." Jawabnya.

"Apakah maksudmu keluarga Andrews?" Wyns bertanya lagi.

Maitre d' itu menolak untuk menjawab. Ia menarik diri dengan sopan lalu beranjak dari sana.

Francis menikmati anggurnya sementara Wyns mengamati restoran itu dengan teliti. Sekali lagi, ia benar-benar mengagumi desain interiornya. Sangat luar biasa untuk tempat yang tidak terlalu luas ini. Wyns sedang menelisik bunga segar berwarna ungu yang diletakkan di tengah-tengah meja mereka ketika ia mendengar Francis menyebut nama Arash.

Wyns mengangkat kepalanya dengan serta-merta. Arash muncul dari arah belakang Wyns sehingga wanita itu harus berbalik. Oh, ketahuilah, Arash terlihat sama luar biasanya seperti Charlotte's Heart. Ia memakai pakaian semi-kasual hari ini. Rambut kecokelatannya disisir rapi dan wajahnya sangat cerah seolah ia baru kembali dari liburan musim dinginnya.

Arash mengangkat tangannya untuk menyapa Francis dan Wyns. Francis langsung berdiri untuk menyalami pria itu. Wyns menyusul dan memberikan Arash pelukan singkat.

"Maaf, aku sedikit terlambat." Kata Arash.

"Tidak masalah." Jawab Francis.

"Omong-omong, dimana keluarga Andrews?" Tanya Wyns. Sekadar memastikan saja, bukan berarti ia meragukan informasi yang baru ia dapat dari maitre d' tadi.

Arash terlihat sedikit kecewa saat Wyns bertanya begitu. Ia mendesah muram. "Maafkan aku, Wyns. Aku tidak sempat mengatakan ini sebelumnya. Keluarga Andrews tidak bisa datang karena ada urusan yang sangat mendadak."

Wyns menelurkan "oh" singkat. Ia sangat kecewa tapi ia berusaha untuk tidak terlalu menunjukkannya.

"Tapi, tidak masalah. Velvet dan beberapa saudaranya tetap datang kemari." Kata Arash lagi. Itu terdengar seperti menghibur.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang