I Love You, ....

7.1K 454 8
                                    

Matahari tak sepanas di Florida ketika Wynstelle akhirnya sampai kembali di Savannah. Ia sedikit kelelahan karena perjalanan panjang, namun tetap bersemangat menggendong Adara yang tertidur dalam gendongan. Bayi kecilnya itu sudah semakin besar dan semakin berat. Ia tidak akan protes. Kebahagiaan seorang ibu adalah melihat anak-anak mereka tumbuh besar, bukan?

Andrea menyusul di belakang Wyns. Kedua tangannya masing-masing menyeret sebuah koper dan sebuah tas besar tersampir di bahu lebarnya. Wyns membuka pintu gedung apartemen mereka kemudian sedikit menepi untuk memberikan jalan bagi Andrea.

Gedung apartemen mereka sedang sepi -biasanya juga seperti itu. Tidak ada Sylvia ataupun Mr. Morris. Pria itu sudah jarang terlihat, sepertinya mencari kesibukan di luar karena bagaimanapun, ia masih terluka dengan kepergian Mrs. Morris beberapa bulan silam.

Wyns dan Andrea naik ke lantai dua lalu berhenti di depan apartemen Wyns. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap Wyns, seperti perasaan takut atau semacamnya. Ia kira ia akan merasa senang karena akhirnya bisa sampai ke rumah dengan selamat. Memang seperti itu seharusnya esensi liburan. Perasaan lelah dan penat terbayar oleh kesenangan. Tapi bukan itu yang sekarang Wyns rasakan. Ia paranoid dan was-was.

Ia menoleh ke apartemen sebelah dan percayalah, bulu kuduknya meremang. Pikirannya tiba-tiba melambung pada bayangan wajah dingin Raiden.

"Kau baik-baik saja?" tanya Andrea.

Wyns sedikit tersentak. "Ya. Aku baik-baik saja."

"Kalau begitu, kenapa kau masih diam saja di depan pintu?"

Wyns tertawa pelan. "Maaf..." desisnya.

Seharusnya Wyns tidak perlu khawatir ataupun takut. Apartemen sebelah sudah ditempati oleh sepasang kakak beradik, Dave dan Irene Hwang sejak setahun yang lalu. Meskipun keduanya sering bertengkar hebat, entah karena apa, tapi itu justru membuat Wyns merasa tenang karena setidaknya apartemen itu bukan apartemen kosong lagi.

Baru saja Wyns memikirkan soal Dave dan Irene Hwang, keduanya sudah muncul dari balik pintu dengan wajah masam. Sepertinya mereka habis bertengkar.

"Helo, Allard." Sapa Irene. Ia masih muda, mungkin seumuran Sylvia.

"Hai, Irene." Balas Wyns.

"Bagaimana liburan kalian? Menyenangkan?" tanya Dave.

"Begitulah..."

Mereka bercakap-cakap sebentar sebelum Hwang bersaudara memutuskan untuk pergi berbelanja di swalayan untuk makan siang mereka.

Wyns merebahkan sleeping beauty-ya di kasur. Ia mengamati wajah Adara dalam-dalam.Bahkan saat tertidurpun wajahnya sangat cantik dan menenangkan. Wyns mendaratkan kecupan ringan di kening Adara sebelum bergabung dengan Andrea di ruang duduk. Pria itu menjulurkan kedua kaki sembari menegak sebotol air mineral dingin.

Wyns duduk di sebelah Andrea. Ia mengangkat sebelah tangan Andrea lalu mengalungkannya di pundaknya sendiri. Ia merasa lelah dan dada Andrea adalah tempat yang paling nyaman untuk bersandar.

"Wow." Gumam Andrea lalu terkekeh.

"Berpelukan di siang yang panas seperti ini sebenarnya membuatku gerah." Ucap Wyns. "Tapi aku tidak peduli. Aku membutuhkannya." Imbuhnya kemudian mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang Andrea.

"Well, aku tidak keberatan sama sekali." balas Andrea. Wyns tidak menyahut. Wanita itu memejamkan mata, menghirup dalam-dalam aroma yang sangat familiar dan akhir-akhir ini juga sering menempel di tubuhnya. Aroma musky. Aroma tubuh Andrea. Dan itu selalu berhasil membuatnya tenang.

Keduanya saling mendekap dalam diam. Cukup lama hingga Wyns nyaris tertidur karena terbuai detak jantung Andrea yang gemuruh.

Andrea berdeham untuk membersihkan tenggorokannya. Ia menelusurkan jari-jarinya ke rambut cokelat terang Wynstelle sebelum berkata dengan ragu. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang