Lampu hias Charlotte's Heart masih menyala di tengah ruangan, meskipun tanda 'tutup' telah ditempel di pintu kaca depan. Suasana begitu tenang; ada beberapa orang yang berbincang-bincang, namun tidak begitu gaduh sehingga mengganggu orang lain.
Lilin-lilin beraroma bunga dinyalakan di tengah-tengah meja. Beberapa orang tampak mengitari meja berbentuk bulat tersebut.
Di seberang Wynstelle, Miranda menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya, Elliot. Yuuki membiarkan tangannya digenggam erat oleh Andrea yang duduk tepat di sebelah Elliot. Irene sedang berusaha menghabiskan makanan penutupnya sementara Dave bertopang dagu untuk mengamati istrinya tersebut. Disisi lain, ada pula Arash yang sedikit berdebat tentang sesuatu dengan Velvet. Dan di samping Raiden, yang fokus mengagumi setiap gerak-gerik Wynstelle, adalah pasangan Noah dan Jessica yang terdengar mengomentari makan malam mereka yang benar-benar lezat.
Musik telah berhenti, para koki sudah pulang dan orang-orang tua --Ibu Wyns dan orang tua Raiden-- serta Adara telah kembali ke penginapan. Tinggal mereka yang jumlahnya selusin itu saja, ingin berlama-lama di Charlotte's Heart, menuntaskan cerita dan meluruskan kesalahpahaman yang kemungkinan masih terselip di antara mereka.
Ini adalah bentuk perayaan kecil mereka untuk rencana lamaran yang berakhir bahagia itu.
"Mari kita tanyakan pada pahlawan kita hari ini. Mr. Andrews, bagaimana perasaanmu?" Elliot bersuara.
Raiden tertawa kecil. "Kau bercanda? Tentu saja aku sangat bahagia." Jawabnya.
"Ya, tentu saja dia bahagia. Bagaimanapun, dia telah banyak membohongiku untuk ini. Kalian juga." Komentar Wynstelle seraya mengedarkan telunjuknya.
Mereka tertawa kecil mendengar itu.
"Aku heran saja mengapa kau sama sekali tidak curiga pada kami." Tandas Dave.
"Itu karena hatiku begitu murni. Mana bisa aku berpikiran yang tidak-tidak pada kalian?" Gerutu Wyns.
"Seharusnya aku mengambil kelas akting." Cetus Dave lagi. "Aktingku benar-benar memukau. Masih ingatkah kalian saat aku mengatakan bahwa Raiden sedang sakit? Kalian langsung percaya begitu saja. Padahal, saat itu, aku hanya mengemukakan apa yang ada di kepalaku saja. Kenyataannya, pria ini memang sakit, bukan? Sakit jiwa." Lanjut Dave sambil menunjuk Raiden.
Raiden tergelak. "Karena ulahmu, aku dan Arash harus berpikir keras mencari solusinya. Apalagi, setelah Wyns memutuskan untuk datang ke New York."
"Jadi kalian sudah merencanakan ini sejak lama?" Wyns menyela.
Arash dan Raiden sama-sama mengedikkan bahu.
"Awalnya dia memesan tempat ini untuk awal musim semi. Tapi, kekacauan sudah terlanjur terjadi." Balas Arash.
Wyns menatap Raiden dengan sebelah alis terangkat tinggi. "Kenapa harus musim semi?" Tanyanya.
"Karena gagasan itu kedengarannya romantis saja." Jawab Raiden.
"Kau tahu tidak bagaimana aku harus menahan diriku untuk tidak memberitahumu sepanjang hari-hari itu?" Kali ini Miranda ikut mengeluh.
"Intinya kami semua benar-benar berhati-hati." Pungkas Andrea. "Yuuki bahkan harus bolak-balik ke Rumah Sakit untuk memastikan apakah Raiden benar-benar pindah ke New York." Imbuhnya.
"Seperti menginjak lapisan es tipis. Aku masih bisa mengingat momen-momen krusial saat Wyns mengamuk dan langsung memesan tiket pesawat hari itu juga." Kata Yuuki.
"Masalah terberatnya adalah ibumu." Raiden menoleh untuk menatap Wynstelle.
Wyns melebarkan matanya. "Ibuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
ChickLitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...