Apa yang lebih memalukan daripada meninggalkan konser lebih cepat karena masuk angin dan merengek minta waffle ke orang yang kau benci? Oh, tentu saja ada; mengira orang yang kau benci itu tidak akan muncul lagi setelah kejadian itu, tapi ia malah menampakkan diri di depanmu dengan waffle dan milkshake di tangannya.
"Ugh, dear..." desah Wyns dengan pandangan kosong dan rahang seperti mau jatuh. Bahu kurusnya merosot dan rasanya ia ingin sekali duduk berselonjor di tepi jalan, berharap Elliot dan Miranda tidak berada disana untuk memergokinya --memergoki si bodoh Raiden yang menghampirinya. Sungguh, ini sama sekali tidak direncanakan. Tidak seperti ini kejadiannya.
Baiklah, mari kita lihat apa yang terjadi sebelumnya.
Seperti hari senin pada umumnya, semua orang --tidak terkecuali Wyns-- terserang tuntutan untuk sibuk. Ia bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan sarapan sungguhan --bukan sereal-- untuk Adara. Karena akhir pekan kemarin ia pakai untuk merayakan ulang tahunnya yang... sedikit aneh karena ia menghabiskan satu hari itu bersama Raiden. Ia tidak pernah membayangkan itu sebelumnya. Kalaupun ia memang pernah membayangkan, ia berharap yang bersamanya di hari ulang tahunnya itu adalah Andrea. Tapi, apa mau dikata? Ia sudah berhenti melibatkan Andrea dalam kehidupannya. Terhitung sejak kemarin hingga seterusnya.
Setelah Adara selesai sarapan, Wyns mengantarkan gadis kecil itu ke sekolah dengan VW Beetle-nya yang entah mengapa, secara otomatis mengingatkannya pada Figaro Raiden. Ia kembali dari sekolah Adara setengah jam kemudian, memarkirkan mobilnya di driveway dan ia bertemu dengan Elliot dan Miranda yang sedang sarapan di kafe Inggris di seberang. Ia bergabung dengan mereka, memesan earl grey dan menumpang sarapan Miranda.
"Seharusnya kau ikut menonton konsernya, Miranda. Seru sekali. Adam benar-benar tampan." Celoteh Wyns sambil mengunyah sandwich-nya --sandwich Miranda.
"Ya, aku setuju kalau aku seharusnya ada disana, Wyns. Kalau saja tiketnya mudah didapatkan. Kau tahu sendiri, tiketnya terbatas." Gumam Miranda dengan mimik muka menyesal.
"Benar juga. Aku mendapatkan tiketnya secara gratis dari Chika. Itu hadiah ulang tahun yang cukup keren karena aku bisa melihat Adam secara langsung." Kata Wyns semangat.
"Beruntungnya kau..." desah Miranda.
Wyns mengangguk mengiyakan. Ia menyeruput earl grey-nya dengan terburu-buru lalu melanjutkan.
"Sayangnya aku tidak menonton konsernya sampai selesai. Padahal setelah itu ada sesi foto-foto." Wyns jadi teringat pada kejadian malam itu ketika ia mendadak sakit perut dan akhirnya harus pulang lebih cepat.
"Kalian, para gadis. Kenapa, sih, kalian sangat tergila-gila dengan Adam Levine?" Tanya Elliot dengan muka sebal. Ia sebal sungguhan. Ia tidak pernah suka Maroon 5 karena menurutnya suara Adam terlalu menyakiti telinganya.
Miranda dan Wyns menoleh dengan kompak. Miranda mendengus, memberi tatapan 'kau serius bertanya begitu pada kami?' Sementara Wyns membuka mulut untuk menjawab dengan antusias.
"Tidak bisakah kau lihat dengan matamu itu, El? Adam itu seksi dari kepala sampai kaki." Tandas Wyns.
"Banyak yang lebih tampan dari dia." Sanggah Elliot. "Justin Timberlake?" Imbuhnya sambil mengangkat kedua bahu, meminta persetujuan. Tapi kedua wanita itu malah memalingkan muka, mengabaikannya dan melanjutkan obrolan mereka soal Adam Levine.
Elliot bersungut-sungut, merasa hanya jadi si culun di tengah-tengah dua gadis populer yang sedang membahas warna cat kuku mereka. Ia mendesah dramatis.
"Seandainya disini ada Andrea. Dia pasti akan membelaku." Keluh Elliot.
Wyns dan Miranda memutar mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
ChickLitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...