Wyns berdiri sangat dekat dengan pintu. Entah apa tujuannya, tapi sepertinya ia melakukan itu agar ia bisa menemukan celah terdekat jika sesuatu terjadi dan melarikan diri. Itu adalah rencana terbaik yang bisa ia pikirkan sejak ia berdiri di dalam rumah yang sangat luas itu. Bukan sekedar berdiri di atas kakinya, ia berdiri di hadapan Mr. dan Mrs. Andrews --juga Andrews-Andrews yang lain- dengan muka pucat dan tangan gemetar.
Mr. Andrews melihatnya dengan mata melebar sementara Mrs. Andrews berkali-kali menutup mulutnya dengan tangan. Wanita itu tampak mengagumkan meski hanya mengenakan piyama. Tapi tampaknya pujian seperti apapun tidak akan berguna di saat-saat ini.
"K-kau bilang apa tadi, Raiden? Katakan dengan jelas, Dad tidak mengerti." Kata Mr. Andrews. Wajahnya menegang dan itu mengkhawatirkan semua orang akan kesehatan jantungnya.
"Ya, Dad. Adara adalah putriku dan..." Raiden menoleh untuk meraih tangan Wyns. "Dan Wynstelle adalah ibunya."
Wyns bersumpah ia mendengar semua orang menggumam tak percaya. Sebagian berbisik-bisik dan sebagian lagi terang-terangan mengatakannya.
"Tapi kalian belum menikah..."
"Mom..." potong Raiden. "Berapa banyak orang di negara kita yang punya anak di luar pernikahan? Itu seharusnya bukan masalah yang besar."
"Tapi itu bertentangan dengan aturan agama!" Sergah ayahnya.
Wyns merasakan jemari Raiden memeras tangannya dengan erat.
"Aku tahu, Dad. Dan aku mengerti kalau aku sudah melakukan hal paling berdosa." Balas Raiden dengan suara melunak.
"Lihat, Dad. Anakku sudah besar. Aku tidak bisa menutup mataku dan membiarkannya tumbuh tanpa sosok ayah. Aku pernah bertingkah seperti seorang pengecut, meninggalkannya bersama ibunya. Tapi kemudian aku mengerti, aku harus bertanggungjawab dan aku ingin Adara menjadi bagian dalam hidupku. Menjadi bagian dari keluargaku. Jadi itulah alasan mengapa aku membawanya untuk bertemu dengan kalian." Imbuh Raiden lagi.
Wyns merasa sangat bersalah mendengar itu. Perasaannya kalut dan campur aduk. Sesaat ia menyesal karena telah terlibat dalam kekacauan ini, tapi kemudian ia mendukung keputusan Raiden. Maksud Wyns, ia setuju dengan tindakan Raiden yang ingin bertanggungjawab. Ia tidak boleh selamanya berlari dan menutup mata bahwa ia punya orang lain yang harus ia pedulikan. Seseorang yang kelak akan menjadi orang yang mendoakan dan menghiburnya di hari tua.
"Aku juga ingin minta maaf. Aku tidak mengatakan masalah ini lebih dulu pada kalian." Ucap Wyns. Mr. Andrews menoleh padanya dan Wyns bersumpah melihat sorot kecewa di mata lelaki tua itu.
"Wyns..." desis Raiden, berusaha untuk mencegah Wynstelle. Tapi wanita itu tersenyum tipis seakan mengatakan bahwa Raiden tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Karena Wyns akan melakukan bagiannya.
"Aku melakukan ini karena aku tidak ingin merepotkan siapapun. Terlepas dari apa yang sudah Raiden lakukan pada kami berdua, aku sudah berdamai dengan itu dan mau memberinya kesempatan lagi. Kami sudah memutuskan untuk membesarkan putri kami bersama-sama..." Wyns berhenti sejenak, menyeret pandangannya ke arah Mrs. Andrews yang tampak menahan tangis.
"Jadi, kami memohon restu untuk keputusan itu. Kami belum memikirkan hal-hal yang lebih jauh. Tapi kami sangat ingin putri kami mengenal kakek dan neneknya dan kami rasa, saat inilah yang paling tepat untuk itu." Sambungnya. Ia mengeratkan genggamannya pada tangan Raiden yang membuat Raiden mengangkat wajah, memandang takjub padanya.
Genggaman itu seperti suntikan semangat yang sangat kuat, yang membuat Raiden merasa kekuatannya bangkit dan ia berjanji ia tidak akan menyerah sampai kedua orang tua dan kerabatnya menerima keberadaan Adara --dan Wynstelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
ChickLitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...