Raiden and Madagascar Elephant

5K 404 22
                                    

Satu hal yang bisa Wyns simpulkan soal Raiden; ia benar-benar pria yang keras kepala. Ia terus muncul, dimana saja, kapan saja --sekarang ia berhenti menunggu Wyns di kafe Inggris. Lebih parah dari itu, ia menunggu Wyns di depan apartemen Wyns, kadang-kadang ikut sarapan bersama para Hwang dan setelah itu mengekori Wyns. Sudah hampir seminggu Raiden bertingkah seperti itu.

Wyns tidak pernah berbicara, Raiden mencoba meski selalu gagal dan Andrea... menghilang. Pria itu menghilang. Brad, yang tinggal di lantai atas, berkata pada Sylvia yang kemudian didengar juga oleh Elliot dan Elliot sampaikan pada Miranda yang akhirnya menceritakannya pada Wyns --dan Raiden-- bahwa pria itu sudah mengemasi semua barang-barangnya dan di suatu malam, ia terlihat dijemput oleh sebuah mobil mewah dengan plat nomor Italia.

Miranda sudah mendengar rumor tentang rencana pernikahan Andrea berkat Wyns. Wyns harus menangis sepanjang malam dan Miranda sangat berhasil menghiburnya.

"Kau bukannya patah hati. Kau hanya kecewa karena sahabatmu akan pergi. Hubungan persahabatan pria dan wanita memang begitu."

Dan kata-kata itu menjadi jimat yang terus Wyns pegang teguh. Ia yakin ia bisa move on dari ini semua. Ia cuma kehilangan satu teman lagi saja. Ia bahkan tidak menangis saat Yuuki pergi, kenapa ia harus menangis untuk Andrea, 'kan?

Sekarang ia punya hal lain untuk benar-benar dipusingkan. Komputer kerjanya di Prinstemps rusak dan ia kehilangan seluruh laporan yang sudah ia kerjakan sepanjang bulan itu. Ia hanya memikirkan masalah itu sebagai kesibukannya. Ia bersyukur --sebenarnya-- karena ia merasa terisolir dari dunia luar yang kejam dan ia punya waktu lebih banyak bersama Adara karena ia membawa anak gadisnya itu ke kantornya. Mereka menghabiskan waktu yang menyenangkan; ia bekerja, Adara bermain dan makan kue sepuasnya. Adara bukan anak yang sulit diatur. Ia penurut dan sangat manis. Jadi ia tidak akan merepotkan siapapun.

Suatu siang Chika masuk ke kantor Wyns. Bukan hal yang aneh sebenarnya kalau saja wanita itu tidak membawa sebuah paper bag kecil berwarna cokelat dan satu milkshake berukuran jumbo. Wyns merasa de javu --juga merasa sial. Apalagi wajah Chika mulai memberengut.

"Ini penghinaan, kau tahu." Cetus Chika.

Wyns memasang wajah polosnya seolah ia tidak tahu menahu soal benda-benda keramat di tangan Chika.

"Ada apa?" Ia bertanya sok lugu.

Chika mendesah. "Ada pria muda tampan yang memberikan ini padaku."

Wyns melebarkan mata dengan dramatis. "Oh, beruntung sekali." Pungkasnya.

"Bukan buatku, tapi buatmu. Masalahnya bukan itu sebenarnya..." kata Chika dengan wajah sebal. "Menitipkan milkshake dari kafe lain ke pemilik kafe yang juga menjual milkshake yang lebih enak. Ini namanya penghinaan." Gerutu Chika. Wyns tahu itu hanya bercanda, jadi ia hanya meringis sambil buru-buru menerima kedua benda itu.

"Baiklah, maafkan aku. Aku akan mengurusnya. Biar kuambil benda itu darimu." Kata Wyns kemudian.

Chika tertawa kecil sementara Wyns meletakkan paper bag berisi waffle dan milkshake itu di atas meja lalu memutar untuk duduk di kursinya kembali.

"Mau kemana kau?" Cegah Chika.

Wyns memandang bingung. "Tentu saja aku akan kembali bekerja."

Chika mendecak. "Tidak sekarang. Karena Mr. Milkshake-mu menunggu di luar."

Sudah Wyns duga! Dengan langkah malas, Wyns keluar dari ruangannya. Ia menuruni anak tangga dengan lamban seolah kakinya terbuat dari gummy bear. Saat ia sampai di depan counter dimana ia bisa melihat Chris sedang menyeduh kopi untuk dua orang gadis remaja yang bertopang dagu untuk mengaguminya, Wyns bisa melihat Raiden berdiri sangat dekat dengan jendela, mungkin melakukan penelitian kecil terhadap bunga lili yang Chika tanam disana.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang