Jadi... Semuanya tentang Vanessa?
Wyns masih melamun sambil memeluk lututnya dan memandang bosan ke luar jendela apartemennya. Masih teringat jelas di kepalanya kejadian beberapa hari yang lalu ketika ia melihat Andrea bersama Vanessa; si gadis pirang. Ia tidak tahu apa istilah yang tepat untuk menggambarkan suasana hatinya sekarang. Patah hati? Kecewa? Kesepian? Entahlah... Sebagian hatinya memang merasa kosong, tapi selebihnya ia rasa, ia hanya jenuh.
Bel pintunya berbunyi. Ia menoleh dengan malas kemudian bersungut-sungut. Musim panas sudah berakhir dan sebentar lagi ia akan berulang tahun. Wyns memang bukan wanita yang populer, tapi ia punya beberapa teman akrab di berbagai penjuru negara bagian yang berbaik hati mengiriminya banyak benda-benda sebagai hadiah.
Ia sudah mulai menerima banyak kado sejak dua hari yang lalu. Dan ia yakin yang memencet bel apartemennya tak lain dan tak bukan adalah kurir.
Wyns berjalan tersuruk-suruk mendekati pintu. Ia membuka pintunya sedikit dan melihat pria muda yang tempo hari mengantarkan boneka beruang besar menampakkan wajah.
"Selamat siang, nona Wynstelle." sapanya.
Wyns menyahut pendek.
"Ada paket untuk anda." ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas pembungkus berwarna cokelat muda. Wyns membaca nama yang tertera di tanda terima sambil menandatangani benda itu dengan muka bingung.
Raiden? Dari pria itu lagi.
Kurir itu tersenyum sopan pada Wyns sebelum pergi dari sana. Wyns bisa saja melempar paket itu dari gedung apartemennya, tapi tidak akan ia lakukan. Ia tidak tahu mengapa Raiden suka mengiriminya --mengirimi Adara- hadiah. Ia terobsesi menjadi daddy long legs atau semacamnya, ya? Bahkan masih terlalu awal untuk menjadi sinter klaus. Satu-satunya alasan, mungkin karena ia ingin keberadaannya diketahui. Oh tolonglah, si pengecut mulai sadar diri rupanya.
Wyns kembali duduk di jendela apartemennya sambil membuka paket tersebut. Sebuah buku dongeng klasik Hans Andersen. Ia melempar buku itu ke atas meja kecil di dekatnya. Ia berjanji akan meletakkan buku itu bersama boneka beruang besar dan cokelat mahal yang Raiden berikan tempo hari. Ia akan memanggil jasa pengiriman barang dan mengembalikan semua benda-benda itu kepada Raiden.
******
Hari berlalu. Besok adalah hari ulang tahun Wynstelle. Ia tidak menyiapkan apapun. Demi Tuhan, ia hanya berulang tahun dan ia bertambah tua. Sesuatu yang tidak perlu dirayakan, menurutnya. Hanya mengingatkannya pada keriput dan uban. Apa yang patut dirayakan untuk itu?
Wyns masih menerima beberapa kado dari kenalan jauhnya. Ibu dan Audrey juga sudah mengirimkan pemberian mereka; ponsel baru dari ibunya dan sepasang baju kembar untuknya dan Adara dari Audrey. Jangan berpikir ibunya mengirimkan ponsel itu karena ia peduli. Sesungguhnya itu adalah sindiran karena Wyns jarang menelepon ke rumah. Ia terlalu sibuk dengan urusan tidak penting yang dipenting-pentingkannya. Padahal seharusnya ia tahu bahwa ibunya sangat mencemaskannya.
Jadi setelah menerima ponsel itu, Wyns menjadikan ibunya sebagai orang pertama yang ia hubungi.
"Mom, aku merindukanmu." Ujarnya lirih bahkan sebelum ibunya sempat menyelesaikan sapaannya.
Wyns memejamkan mata untuk merasakan pelukan ibunya. Sudah lama sekali rasanya ia tidak memeluk wanita itu.
"Kenapa kau jarang menghubungi Mom?" Tanya ibunya.
Wyns memutar untuk menemui Adara di meja makan. "Aku sibuk, Mom." Jawabnya. "Hai Adara, Mom sedang berbicara dengan Nana. Kau ingin mengatakan sesuatu?" Ia lalu bertanya pada putrinya di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
ChickLitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...