"Sakura lagi?" Yuki tiba-tiba muncul dengan pertanyaan yang lebih tepat dikatakan tebakannya disaat melihat Hyuga yang tengah menyandarkan kepalanya di bagian bawah pohon favoritnya.
"Hhhh...siapa lagi itu kalau bukan Yuki..." Hyuga menebak ganti orang yang datang.
"Wah, kau paham suaraku, ya...?"
"Bukan hanya suaramu...caramu berbicara tanpa legalisasi itu menjadi kunci utama mengenalimu.... Lagi pula aku juga tidak mengerti kenapa kau memanggilnya seperti itu. Biar bagaimanapun dia adalah nonamu."
Yuki duduk di samping Hyuga menyandarkan punggungnya dengan tawa palsu di bibirnya. " Wah, senangnya menjadi Sakura...kau bahkan membelanya di belakangnya begini..."
"Ini bukan hal lucu yang pantas untuk ditertawakan...selain aku tidak membela selain yang benar...?"
"Ah, benarkah? Aku jadi penasaran, bagaimana jika aku yang benar dan Sakura yang salah, apa kau bahkan masih akan membelaku?"
Hyuga menoleh menatap Yuki yang seperti biasanya hanya mampu mengukir senyum getir yang tetap menghias manis di wajah cantiknya. " Apa lagi ini?"
"Bercanda, lupakan saja!" Yuki mengalihkan wajahnya dari tatapan Hyuga. Hatinya sepertinya sangat kuat untuk terus menyembunyikan dan bertahan seperti itu. " Bercanda, huh?" tanyanya pada dirinya sendiri.
" Hhhh, baiklah jika itu maumu. Yuki..."
"Hmm..." Yuki menahan perih hatinya.
"Ada satu hal yang ingin ku tanyakan padamu..."
"Hmm, katakanlah!"
" Kau ingat, dulu ketika kau sedang di hutan dan berbicara dengan seseorang bahwa kau tidak menyukainya dan tidak ingin bertemu lagi dengannya karena kau takut kehilangan sesuatu yang berharga bagimu karenanya, siapa orang itu?"
Deg. Yuki menoleh ke arah Hyuga. Apa yang dia tanyakan? Dia benar-benar tidak tahu siapa orang itu? Benarkah? Tapi, kenapa bahkan semuanya sudah senyata ini...
"Kenapa kau menanyakannya?"
"Aku juga mengatakannya pada seseorang tak lama setelah itu."
Yuki tertawa kemudian. " Benarkah? Apa yang dia ambil darimu hingga membuatmu mengatakan itu?"
" Itu tidak penting sekarang, tapi kau tahu jelas itu menyakitkan, bukan?"
"Huh? Aku tak mengerti alur bicaramu..."
" Kenyataan ini kadang memang begitu menyakitkan. Tapi, bukankah itu bodoh untuk terus mencintai orang yang sama sekali tak memiliki tempat di hatinya untuk kita? Bukankah akan lebih baik jika berhenti di sini dan berjuang untuk menemukan kebahagiaan sendiri?"
Mata Yuki berkaca-kaca. " Kau menujukan itu padaku, bukan?"
"Tidak, mungkin tidak."
"Hhh..lalu bagaimana dengan kau berhenti di sini untuk Sakura?" Yuki menahan kuat bulir air di pelupuk matanya.
Hyuga menoleh sontak dan menatap Yuki dalam. Ia kemudian tersenyum. " Aku tak ingin kau terluka dan merasakan apa yang aku rasakan. Aku rasa aku masih sanggup untuk..."
"Hentikan!" air mata Yuki menetes. " Bagaimana bisa kau memintaku untuk berhenti sementara kau sendiri tak sanggup untuk berhenti? Bagaimana bisa kau memintaku untuk menyerah saat kau bahkan tak mau menyerah? Kau tak ingin aku terluka, huh? Mustahil. Setelah sayatan luka yang aku bahkan tak mengerti berapa banyak ini ku tahan, kau bilang kau tak ingin melukaiku? Bagaimana bisa?" mata Hyuga berkaca-kaca menahan tangis. Yuki beranjak meninggalkan Hyuga. Air mata Hyuga mengalir tak tertahan. Aku melakukan hal yang salah lagi....
"Kau benar-benar buruk saat berhadapan dengan wanita..." sebuah sura yang Hyuga kenali membuatnya menyahut dalam air matanya.
"Diamlah! Kau tak perlu menghiburku!"
"Kau benar-benar payah!" sosok yang familiar itu mendudukkan dirinya di samping Hyuga. "Bagaimana jika dia benar-benar berhenti dan pergi meninggalkanmu? Apakah kau akan baik-baik saja?"
" Itu akan lebih baik baginya. Dia tak perlu terluka lalu menangis lagi..."
"Bodoh. Tidak bertemu denganmu sudah cukup untuk membuatnya menangis..."
"Tapi, aku,,, aku tidak ingin dia merasakan rasa sakit itu lebih lama lagi,,, karena aku tahu bagaimana rasanya,,, aku tidak ingin..."
"Apa kau tidak sadar apa yang baru saja kau lakukan?"
"Hhhh...aku melukainya dan membuatnya menangis lagi...."
"Aku tahu kau sudah menyadarinya sejak lama. Dan aku juga tahu, kau berusaha menjaga perasaannya hingga beberapa saat yang lalu. Tapi, meluapkannya saat kau sedang merasakan keterpurukan yang dalam padanya bukan solusi yang tepat untuk hal semacam ini. Aku tahu, rasa sakit yang kau rasakan di saat ini membuatmu mengatakan semua itu agar ia tak merasakan luka yang sama denganmu, karena biar bagaimanapun kau sangat menyayanginya sebagai teman masa kecil hingga hari ini, kau tak ingin melukainya sejauh kau terluka. Tapi, kau harus tahu satu hal, Hyuga. Tak peduli seperti apa kita benci atau tak ingin seseorang menyukai dan mencintai kita, kita tak mempunyai hak untuk membuatnya berhenti mencintai kita."
"Kau pasti sangat mencintainya, Ryu..." Ryu tersenyum tanpa jawaban. " Lalu apa yang harus ku lakukan?"
"Kata-kata baik cukup untuk menghibur hati yang terluka. Jadi, pastikan kau tak mengatakan hal buruk padanya...biarkan berjalan seperti biasanya... karena terkadang, berpura-pura bodoh dan tak ada yang terjadi di saat seperti ini merupakan cara terbaik yang bisa di tempuh."
"Aku tidak yakin aku mampu bersikap seperti itu..."
Ryu berdiri dari tempatnya. " Ada satu hal yang harus kau ingat, itu akan sangat menyakitkan untuk mendengar orang yang kita cintai meminta kita untuk berhenti mencintainya dan pergi menjauh darinya. Kau tahu lebih dari siapapun, bagi orang seperti kita, bisa bersamanya sudah lebih dari cukup." Ryu beranjak meninggalkan Hyuga.
" Hey, Ryu..." Ryu menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Terima kasih..." Ryu tersenyum tipis beranjak melanjutkan langkahnya meninggalkan Hyuga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Yuki to Kaze Hyuga
Ficción históricaSebuah kisah romansa kehidupan dimasa kerajaan di sebuah negri Indah bernama Naniwa yang berkerabat dengan Jepang dan menceritakan perjalanan kompleks cinta Sakura yang dalam bahasa jepang berarti bunga sakura, juga Yuki yang berarti salju, dan Kaze...