Hi, everyone! it has been a while... May you enjoy the story^_^
.
.
Sirezawa terus berjalan hingga ia tiba di tempat tujuannya. Lama ia hanya berdiri memandangai tempat tujuannya sebelum akhirnya dengan langkah gontai ia mendekat ke kedua gundukan serupa yang dikunjungi Mo Gua dengan papan nama yang berbeda "Zhen Shen & Mei Hua Shen"
"Mei... kau marah padaku?" diletakkannya bunga yang di bawanya diatas gundukan. "Hhhh... pertanyaan bodoh. Kau pasti marah. Tapi, coba lihat, aku memberimu hadiah terbaik dengan menguburkanmu di samping orang yang paling kau inginkan... walaupun aku sangat benci mengakuinya, aku tetap melakukannya... Bisakah kau memaafkanku yang tak mampu lagi melindungimu dan memilih untuk melindungi orang lain dengan... mengorbankanmu?" tawa pahit yang terdengar pilu menghias wajah Sirezawa. "25 tahun... 25 tahun aku mencintaimu tanpa balasan... bahkan setelah aku menikah, aku tak bisa menghilangkan rasa itu... bagaimana kau berharap aku akan mampu melihatmu menatapku dengan mata yang penuh kebencian jika aku membiarkanmu untuk tetap hidup...? Aku tak bisa Mei... itu terlalu berat..." Sirezawa memandang ke gundukan dengan papan nama Zhen Shen lalu mendengus pelan. "Aku sangat ingin kau menyalahkannya... salahkan suamimu yang terlalu gagah berani itu... salahkan dia yang dengan bodohnya memancing kemarahan raja negri Shi dengan membunuh putra kesayangannya hanya karena nyawa seorang pelayan." Gema tawa menyakitkan kembali terdengar dari bibirnya. "Tapi lagi, bagaimana bisa aku memintamu menyalahkannya saat aku tahu itulah yang membuatmu mencintainya? Dia yang dimata semua orang selalu istimewa dan hidupnya dianggap berharga, namun dia sendiri tak pernah berpikir seperti itu, baginya hidup orang-orang di sekitarnya sama pentingnya dengannya. Mei... tak bisakah kau berhenti menghukumku? Setidaknya berhenti menghukum orang-orang di sekitarku... Biarkan mereka bahagia... Kau tahu aku tak bisa memilih antara dirimu dan Yuki..." mata Sirezawa mulai memerah berkaca-kaca. "Aku memang tak mencintai Xiaoya sebanyak aku mencintai dirimu, tapi aku menghormatinya sebagai istriku sejak aku menikahinya terlepas dari alasan terjadinya pernikahan itu. Dia seperti teman yang tahu semua hal tentangku. Dan dia hanya mencoba tersenyum saat mendengar hal-hal yang berkaitan dengan dirimu. Dia tak menuntut atau meminta apapun dariku. Hingga..." air mata Sirezawa menetes. "...saat Yuki lahir, untuk pertama dan terakhir kalinya dia meminta sesuatu padaku. Dia memintaku merawat Yuki dengan baik dan berjanji akan melindunginya apapun yang terjadi. Dia... bahkan tak meminta sesuatu untuk dirinya sendiri. Yuki... Yuki adalah darah dagingku... bagaimana mungkin... aku tak melindunginya? Hhhh... aku tak pernah begitu memikirkannya saat itu. Hingga hari itu tiba. Hari dimana aku harus memilih antara kau dan sebagian temanku atau Yuki... Hhhh... aku... tak bisa melupakan hari diamana Xiaoya melahirkan Yuki. Wajah kesakitannya... darah... genggaman kuat tangannya di tanganku... dan permintaannya. Saat aku memikirkannya yang harus menikah denganku dan melalui semua itu, aku menyadari satu hal. Aku terlambat memberikan hatiku untuknya meski hanya sebagian... dan selama itu dia juga mengalami hal yang sama denganku, bertepuk sebelah tangan... betapa buruknya aku sebagai seorang suami untuknya... karena itu kali ini... aku bertekad untuk setidaknya memenuhi permintaan terakhirnya. Aku tak akan meminta siapapun untuk memahami keputusan yang kupilih, karena hanya orang yang pernah merasakan kehilangan hal berharga yang terlambat disadarinya yang akan mengerti..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Yuki to Kaze Hyuga
Historical FictionSebuah kisah romansa kehidupan dimasa kerajaan di sebuah negri Indah bernama Naniwa yang berkerabat dengan Jepang dan menceritakan perjalanan kompleks cinta Sakura yang dalam bahasa jepang berarti bunga sakura, juga Yuki yang berarti salju, dan Kaze...