35- A Float of Memory

7 1 0
                                    

"Mo Gua kenalkan, ini Zhia, adikku." Mo Gua tersenyum dan mata gadis bertubuh kecil yang baru saja dikenalkan dengannya itu semakin berbinar-binar menatapnya.

"Mo Gua." Ujar Mo Gua sembari menjulurkan tangannya. Zhia segera menyambut uluran tangan Mo Gua dengan antusias dan wajah penuh senyum cerianya. "Zhia Han." Slip.

" Mo-Shin, aku menyukaimu! Aku sangat-sangat menyukaimu!" Mo Gua hanya geleng-geleng memandang Zhia sebelum berkomentar, "Ck, gila!"

"Apanya yang gila? Aku benar-benar menyukaimu!" protes Zhia tak terima sembari terus menghalangi jalan Mo Gua.

"Kau masih kecil, belum saatnya bagimu mengatakan hal seperti itu."

"Siapa bilang aku kecil?! Aku sudah besar! Aku hanya berjarak dua tahun dari Xiaoya-ni."

"Kalau begitu biar aku jujur. Aku tidak menyukaimu, aku menyukai kakakmu."

"Aku tahu."

"Apa?"

"Aku tahu kau menyukai kakakku."

"Dan kau masih berani mengatakan kau menyukaiku bahkan setelah kau tahu?"

"Memang aku salah mengatakannya?" wajah terkejut Mo Gua tak lagi bisa ditutupinya. Bagaimana bisa ada gadis sebodoh ini. Sudahlah. Mo Gua lalu beranjak cepat meninggalkannya. Slip.

BRAK. "Mo-Shin!" Suara pintu yang dibuka paksa dengan suara dan wajah yang sangat familiar muncul setelahnya membuat Mo Gua yang seperti baru saja kehilangan nyawanya semakin tak berniat menghadapi tamu tak diundangnya ini.

"Mo-Shin, kau baik-baik saja?" tanya khawatir Zhia yang telah duduk bersebrangan dengannya. Keduanya hanya terpisah meja kecil. Namun Zhia bisa merasakan jika sosok dihadapannya ini begitu jauh dan enggan menggubrisnya. "Mo-Shin... Xiaoya-ni..." wajah panik Zhia tampak ragu dan tak mampu melanjutkan kalimat yang diucapkannya. "Bagaimana ini...? Ini pasti salah... bukan, maksudku Xiaoya-ni hanya... hhhh..."

"Keluar!" perintah Mo Gua pelan.

"Mo-Shin... aku tahu kau tak menyukaiku, tapi kabar yang ku bawa..."

"Aku bilang 'keluar'." Tatapan tajam Mo Gua begitu menusuk Zhia. Zhia tak ingin mengakuinya, namun tetap saja hatinya sakit setiap mendapatkan tatapan tajam yang dingin seolah penuh kebencian itu. Zhia menunduk menanggapi sikap Mo Gua. Ia menggigit bibirnya sebelum berucap lirih, "Xiaoya-ni telah dijodohkan."

"Aku tahu." Zhia sontak kembali mengangkat wajah tertunduknya dan memandang kaget wajah tenang Mo Gua. Bukan, bukan tenang, tapi tanpa jiwa. Ketenangan itu hanya topeng yang ia gunakan untuk tampak baik-baik saja. Begitulah spekulasi Zhia.

"Mo-Shin sudah tahu?" Mo Gua tak menjawab dan hanya mengalihkan visualnya dari Zhia. "Lalu kau akan diam saja? Bukankah kau menyukai Xiaoya-ni?" Mo Gua kembali menatap Zhia.

"Lalu apa yang menurutmu harus ku lakukan?"

"Kau bisa mencoba menahan Xiaoya-ni atau berbicara pada ayah..."

"Kau pikir aku bisa melakukannya?!" potong Mo Gua kesal.

"Kau tak akan tahu jika kau tak mencobanya."

"Hahaha..." Mo Gua terbahak dibuat-buat sebelum kembali serius menatap Zhia dan berucap, "Kau benar-benar aneh dan bodoh Nona. Kau bilang kau menyukaiku, tapi disaat seperti ini kau malah berlaga sedih dan seolah ingin menyatukan orang yang kau cintai dengan wanita lain. Ck, kenapa kau harus melakukan hal tak berguna semacam itu? Berhenti main-main dan berpura-pura menjadi baik!" tiap-tiap kata yang diucapkan Mo Gua terasa begitu menyayat hati Zhia. Setetes air mata mulai jatuh membasahi wajahnya.

"Aku melakukannya karena aku tahu kau mencintainya dan kau mungkin akan menyesal seumur hidupmu karena tak melakukan apapun saat ini."

"Kau pikir apa yang bisa ku lakukan?!" amarah Mo Gua akhirnya meledak. "Berhenti seolah khawatir di depanku dan keluar sekarang juga!" Zhia terkejut dan gemetar karena pertama kalinya Mo Gua mengangkat nada suaranya setinggi ini. Zhia menggigit bibirnya sejenak sebelum berdiri dan mengumpulkan keberanian dalam dirinya menatap Mo Gua untuk berucap, "Mo-Shin boleh membenci dan menolakku... tapi, Mo-Shin tak berhak menghakimi bahwa perasaanku dan apa yang ku lakukan palsu! Aku mungkin tak paham apa itu cinta, apa Mo-Shin yakin Mo-Shin lebih memahaminya?" tetesan air mata yang terus mengalir begitu saja di wajah Zhia sejenak menumbuhkan rasa bersalah di hati Mo Gua, namun ego membuatnya enggan mengakuinya dan kembali merasa bahwa ia benar. Zhia menarik selangkah kakinya mundur. "Aku... akan bicara pada ayah dan Xiaoya-ni." Putusnya sebelum ia berbalik dan memutuskan untuk pergi. Namun sayang, ia kalah cepat. Mo Gua langsung berdiri dengan wajah merah menahan marah. Egonya kembali terluka mendengar kalimat Zhia. Ditariknya pergelangan Zhia dengan paksa dan ditatapnya Zhia yang kesakitan dengan tajam. "Kau pikir kau siapa berhak mengatakan hal pribadi tentangku semaumu?!"

"Au!" Zhia mengaduh karena sakit di pergelangannya. "Mo-Shin, ini sakit, lepaskan!"

"Kau masih tahu sakit?!" Mo Gua menambah kekuatan genggaman tangannya pada pergelangan Zhia yang jelas saja tak hanya menyakiti fisik Zhia tapi juga hatinya. Zhia sampai menggigit bibir menahan sakit. Namun, ia tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir.

"Aku tahu Mo-Shin membenciku. Aku tahu Mo-Shin tak ingin aku mengatakan perasaan Mo-Shin pada ayah dan Xiaoya-ni. Tapi, jika Mo-Shin hanya diam dan aku juga diam, maka tidak ada yang bisa membatalkan perjodohan ini..."

"Lalu kenapa kalau perjodohan itu tidak batal? Kau menyukai lelaki yang dijodohkan dengan kakakmu dan itu membuatmu sedih?" Zhia ternganga akan asumsi yang didengarnya. Bagaimana bisa lelaki di depannya yang mengaku lebih memahami cinta berpikir seperti itu? "Hhhh... ternyata aku serendah itu di mata Mo-Shin..." Mo Gua terkejut dan sedikit melonggarkan genggamannya. "Aku hanya tak ingin Mo-Shin menyesal dan bersedih dan melamun seperti tadi seumur hidup. Mo-Shin mungkin tak masalah dengan itu, tapi bagaimana denganku? Hatiku selalu sakit melihatmu seperti itu!" Zhia menarik pergelangan tanganya lalu berlari keluar meninggalkan Mo Gua yang tampak tercenung mendengar kalimat Zhia. Slip.

tbc....

note :

-ni = Panggilan kakak untuk perempuan di negeri Naniwa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakura Yuki to Kaze HyugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang