Invisible Thing Between Us @ 2

20 2 0
                                    

Hello....! This is the reward for those who wait for the next....^_^

Enjoy....^_^

******

Kaze tersenyum getir. "Mungkin ini takdir kami...Sakura dan aku bertemu kembali hanya untuk berpisah, dan dengan catatan lebih, akulah orang yang akan menghancurkan hidupnya..." air mata Kaze tak mampu lagi ia tahan. "...aku...akulah yang akan..."

Kiza menarik Kaze ke dalam rengkuhannya dengan senarai air mata kedua visual Kaze dan ekspresinya yang tak sanggup lagi ia lihat. "Bahkan dengan air mata ini kau masih yakin kau akan melakukannya?"

"Hey Kiza..."

"Apa lagi...?"

" Apa kau berencana untuk memikul semuanya sendiri lagi? Setelah semua yang terjadi dan membebanimu sepuluh tahun lalu, kau mau melakukannya lagi? Aku tidak akan mengizinkannya." Kiza hanya terdiam tanpa jawaban karena kebenaran perkataan Kaze. "Aku akan melakukannya...tapi aku punya satu permintaan..." lanjut Kaze mantap. Ia melonggarkan diri dari pelukan Kiza.

"Aku tak akan menurutinya."

"Tak masalah. Kau hanya perlu mendengarnya." Kaze kembali meraih Kiza dalam pelukannya. "Aku akan membereskan semua ini secepatnya, aku tak menjamin aku akan kembali dengan selamat. Tapi, apapun yang terjadi padaku, jangan pergi untuk balas dendam! Kau harus keluar dari serikat ini dan menjalani hidup yang sebenarnya... kehidupan yang bahagia di luar sana...dan satu lagi, jangan mengejar salju yang sulit kau jangkau... temukan wanita lain dan hidup bahagia dengannya tanpa ikatan serikat yang akan membahayakannya! Kau bisa melindungi dia dengan pedangmu tanpa harus menghancurkan kebahagiaannya... aku mohon, bahagialah untukku...!" Kaze mengeratkan pelukannya pada Kiza. Seolah inilah salam pelukan terakhir mereka. Kiza turut menangis mendengar permintaan Kaze. Kaze melepas pelukannya. "Maaf dan terima kasih! Selamat tinggal, Kiza!" Kaze beranjak meninggalkan Kiza dengan senyum tulus di wajahnya.

"Apa ini? Dia akan pergi sendiri...dia akan meninggalkanku..." ucap Kiza pada dirinya sendiri sembari menatap langkah kepergian Kaze. Memori bahagianya bersama Kaze berputar di kepalanya.

" Tunggu...!" jerit Kiza kemudian.

Langkah Kaze terhenti. "Kau ingin mengatakan sesuatu?" Kiza berjalan menyusul Kaze.

Langkah Kiza telah sejajar dengan Kaze. Keduanya berhadapan. Kaze menatap Kiza teduh.

"Sssrreett...." Kiza menghunuskan pedangnya ke leher Kaze. Tepat satu senti dari lehernya.

"Apa ini?"

"Jangan bertindak gegabah, bodoh!"

"Aku tidak keberatan jika kau mau membunuhku... aku mebiarkanmu memikul semuanya sendiri untuk kebahagiannku...aku pantas mendapatkan hukuman itu..."

"Jangan bercanda...! Jika ada yang akan ku bunuh karena kecerobohanmu bertindak sebelum perintah, maka itu adalah gadis bernama Sakura itu..."

Mata Kaze terbelalak kaget. "Kau... kau pikir apa yang kau lakukan?!"

"Mulai sekarang, jika kau tak ingin dia terluka, sebaiknya kau mendengarkanku!"

"Cobalah untuk meletakkan ujung jarimu padanya dan pedangku akan menjawabnya lebih dulu sebelum kau sempat melakukannya."

"Oh, kau yakin kau bisa melakukannya? Seperti aku tak mengenalmu saja! Jika kau ingin menjaganya dengan pedang, itu berarti kau harus membunuhku! Kau tahu lebih baik dari siapapun aku sangat ahli dalam hal seperti ini, setidaknya bahkan dengan tusukan pedang darimu aku masih mampu membunuhnya dan memastikannya untuk mati di tanganku... jadi, berhati-hatilah! Tungu perintah dan nikmatilah sisa waktumu bersamanya seperti biasa!" Kiza menarik kembali pedangnya lalu beranjak meninggalkan Kaze yang berubah menjadi geram.

"Sial! Hanya bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku di hadapannya saat aku telah memiliki rencana seperti ini, bodoh!" umpat Kaze pada dirinya sendiri.

Kiza melangkah lurus ke depan masuk ke koridor yang rumit, berkelok, dan panjang menuju ruangannya.

" Kata-katamu itu berlebihan, Kiza...! Kau menusuknya langsung tepat di tempat dia tak mungkin mampu berkutik." Komentar Yun dari balik pintu sesaat setelah Kiza masuk.

"Berisik!"

"Kau mengatakannya karena kau juga akan melakukan hal yang sama jika ada dalam posisinya, bukan?"

"Hhh, aku tak mengerti maksudmu...."

"Jangan berpura-pura bodoh dan amnesia di depanku! Kau akan menuruti perintah dan diam jika yang terancam adalah nyawa Yuki, bukan? Bahkan setelah semua yang dia lakukan..."

"Hey, Yun... terlepas dari benarnya perkataanmu, sebenarnya...aku sangat takut dan tak ingin kehilangannya... setidaknya...jika dia tahu ini adalah akhir untuknya... aku ingin... aku ingin...sekali saja...sekali saja ia mengatakan dan melakukan apa yang ia inginkan...dia itu manusia! Bukan boneka yang hanya mengiyakan perintah dengan senyum palsu di wajah dan air mata di hati seperti itu...dia bahkan memiliki kesempatan yang tak pernah kumiliki...." Paparan panjang tertahan isak itu tertutup tangis yang menderas dari kelopak mata dan hati Kiza.

Yun melangkah mendekat lalu memeluk Kiza. "Pangeranku sudah mulai dewasa, ya... semoga dia tidak salah paham akan niat baikmu..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sakura Yuki to Kaze HyugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang