When You Couldn't Say That You Are The One Who Hurt Deeper

37 4 0
                                    

Kaze berjalan setengah terhuyung meninggalkan tempat pertemuannya dengan ayah Sakura. "Pilihan, kah?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Kaze...! Tunggu!" teriak seorang gadis ke pada Kaze. Kaze tak menggubris dan terus berjalan pelan ke depan. "Kaze, tunggu! Apa kau tak mendengarku?!" gadis yang tak lain adalah Yuki berlari menghampiri Kaze.

" Hei, Kaze! Kau sudah janji untuk..." kalimat bernada tinggi itu terputus seketika saat Yuki melihat exspresi wajah Kaze. " Maaf... kau... baik-baik saja?" Kaze hanya menjawab dengan senyum paksa di bibirnya. Menyakitkan. Itu yang Yuki baca dari senyumnya.

"Ah, aku punya janji untuk membiarkanmu berbicara padaku, bukan?" Kaze memastikan dengan senyum biasnya yang masih melekat. Yuki masih terdiam memandang Kaze dalam. "Jangan berpikir aku menyedihkan seperti saudara kembarku yang kau tinggalkan...!" Kaze berusaha kembali menjadi dirinya yang biasanya.

"Hhh...kau sudah pulih secepat ini? Betapa menyebalkan!"

"Hhh, kau tak akan pernah mendapatkan orang yang kau kejar dan kau cintai dengan cara seperti ini!"

"Hei, berhentilah meledekku!"

"Aku serius." Kaze mendekat ke arah Yuki. " Biar aku beritahu kau sesuatu, laki-laki lebih suka wanita yang menunjukkan cinta dan sayangnya secara nyata...bukan dengan marah namun memendam cinta seperti yang kau lakukan." Kaze memainkan wajah meledeknya puas.

"Aku bilang berhenti meledekku!!" Yuki menggerakkan tangannya untuk memukul Kaze. Namun, gerakkan tangannya kalah cepat dengan gerakan kaki Kaze yang telah menarik langkah mundur kemudian berjalan beberapa langkah menjauh dari Yuki.

"Baiklah, mari kita dengar apa yang ingin kau katakan!" Kaze melanjutkan langkahnya pasti dengan Yuki yang masih berdiri di depannya.

" Hei, Kaze! Kau pikir kemana kau akan pergi?!"

"Kemanapun kau mau. Tapi, yang pertama harus kulakukan adalah keluar dari tempat ini."

"Tidak lewat sana!"

"Kenapa tidak?" Kaze tersenyum dan hendak melanjutkan langkahnya memancing emosi Yuki.

" Aku bilang tidak lewat sana!" Yuki kembali menegaskan.

" Heh... sayang sekali, aku ingin lewat sini..."

"Aku bilang ikut aku, Kaze!" suara menahan amarah itu kian jelas terdengar di telinga Kaze.

" Jangan menyamakanku dengan saudaraku yang menyedihkan yang akan menyerah saat kau telah berkata seperti itu! Aku akan melakukan apa yang ingin ku lakukan..." Kaze kembali mengambil langkah majunya.

"Disana ada Sakura! Aku tidak berpikir kau bahkan bisa untuk tetap berdiri saat melihatnya dengan senyuman yang telah meluluhkan hatimu di saat seperti ini...." Kata-kata lugas yang tajam itupun berhasil menghentikan langkah Kaze. Kaze mengepalkan tangan kanannya menahan luapan perasaannya. Hening sejenak.

"Hhhh...ha...ha..ha..." tawa buatan penuh kepalsuan yang kian mendekati tangis tertahan itu memecah keheningan. " Tak mampu tetap berdiri, kau bilang? Jangan bercanda! Ha..ha..."

"Hhh..."Yuki merasa miris dan tertusuk melihat ekspresi yang sangat mudah dibacanya itu. Palsu, sarat dengan kepedihan tertahan, dan sebuah penyesalan. "Tertawalah sepuasnya saat kau telah tiba di tempat aku ingin bicara! Sekarang penuhi janjimu sebagai laki-laki dan ikuti aku!"

"Ah, aku sangat buruk di depan orang yang mengenali diriku yang dulu....!"

Yuki hanya sedikit menoleh sembari meneruskan langkahnya ke depan. Keduanya berjalan hingga keluar dari rumah megah Sakura.

"Jangan berjalan terlalu cepat! Tunggu aku!" protes Kaze dari belakang. Yuki tak menggubris.

"Hhhh," Rona bahagia mulai menghiasi wajah Yuki bahkan saat ia baru saja melihat orang yang sangat disukainya dan berusaha untuk memanggil namanya. Kakinya hendak melangkah ke arah sosok itu pasti. "Hyu..."

"Hyuga...kemarilah!" panggilan lain untuk sosok yang sama telah menduluinya. Langkah kakinya terhenti. Lagi...

Hyuga sempat menoleh ke arah Yuki yang meneriakan setengah namanya, ia merasa ada seseorang yang sempat memanggilnya sebelumnya. Namun, panggilan Sakura membuatnya berhenti memikirkan suara lain. Ia hanya fokus mendatangi sosok yang serasa dekat namun sangat jauh itu. Senyum indah Sakura sontak membuat senyumnya turut terukir tulus. Keduanya tertawa.

Tawa Hyuga dan Sakura menjadi sebuah tontonan bagi Yuki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa Hyuga dan Sakura menjadi sebuah tontonan bagi Yuki. Pipi Yuki basah tanpa disadarinya. Terdiam dalam sebuah luka yang sejatinya ia ciptakan sendiri. "Lagi...aku kembali terkalahkan dan tersingkirkan...lagi...kau mengambil sesuatu yang berharga bagiku...kau..." Yuki membatin dalam diam dan keterpatungannya.

Kaze terdiam sejenak memandang gadis di hadapannya yang tiba-tiba meneteskan air matanya tanpa ia sadari. "Hhhh... aku kira tadi kau bilang aku yang tak akan mampu berdiri tegak jika melihat Sakura, tapi apa yang ku lihat sekarang?? " Yuki hanya mematung tanpa kata. Hatinya masih terluka. " Kau tidak mendengarkanku?" Kaze melanjutkan. Yuki menggigit bibirnya menahan tangis. Kaze menarik tangan Yuki paksa. "Ikut aku!" Yuki hanya menurut tanpa kata.

Sakura menoleh ke luar dengan senyumnya yang masih mengembang indah. Matanya sejenak terkunci pada sosok yang bahkan sangat ia kenali dari belakang tubuhnya, cara berjalannya, dan.... " Kaze... apa yang ia lakukan dengan...Yuki?" tanyanya membatin.

"Nona..." Hyuga memanggil menyadarkan Sakura. Sakura tersadar. "Oh...ya..." sahutnya kemudian.

"Ada apa? Anda seperti sedang memikirkan sesuatu."

"Oh, tidak. Aku hanya sempat berpikir tentang sesuatu..."

"Oh, benarkah?"

"Hmm." Sakura tersenyum meyakinkan. Meyakinkan sesuatu yang tak benar adanya.

 Meyakinkan sesuatu yang tak benar adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sakura Yuki to Kaze HyugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang