Blade Masters

18 2 0
                                    



"Jika kau mengejarku hanya untuk mengatakan hal seperti ini, aku mohon berhenti dan kembalilah! Katakan pada kakakku bahwa aku akan menerima tawaran Tuan Hiryu untuk tinggal bersamanya...! Dan lagi...terima kasih untuk semuanya, Azuki! Aku tak akan melupakannya. Tolong jaga Kakakku di tempatku..." Ryu tersenyum sembari melepaskan tangannya dari tangan Azuki lalu beranjak melangkah pergi meninggalkan Azuki yang mematung tak menyangka akan keputusan yang diambil Ryu. –Ryu...apa yang kau pikir sedang kau lakukan...?- tumpuan kaki Azuki melemah. Ia jatuh terduduk dalam keterperangahan. Slip. Angin masih berhembus dengan santainya membelai dua ksatria yang tengah bereuni setelah sekian lama. Kenyataan kembali menyadarkan mereka.

Azuki membuka penutup wajahnya yang telah robek setengah oleh pedang Ryu. "Kau tak akan mampu membunuh seseorang saat kau masih menangis karena kesedihan yang mereka rasakan." Ryu berkomentar setelah melihat wajah Azuki.

"Hhhh... kau benar-benar penuh percaya diri, Ryu! Kau pikir aku menangis karena dirimu yang menyedihkan itu? Kau terlalu meninggikan dirimu!"

"Benarkah? Kalau begitu, mungkinkah kau menangis karena menyesal bergabung dengan Sindikat Teratai Biru untuk melindungi kakakku di tempatku?"

"Menyesal? Jangan bercanda?! Aku bukan orang yang akan menyesali apa yang sudah ku pilih dan ku putuskan!"

"Baguslah. Lalu untuk apa air mata itu?"

"Untuk apa kau bilang? Untuk perpisahan dengan seorang yang sangat aku hargai dan banggakan di masa lalu yang hancur hanya karena seorang wanita yang bahkan tak pernah mengerti bahwa dia mencintainya. Untuk orang bodoh yang bahkan melupakan apa yang terjadi pada ayah dan ibunya hanya karena wanita yang membuatnya tersihir di pertemuan pertama. Aku akan mengakhiri hidupnya di sini..." Ryu tersenyum. –Kau masih tak berubah, Azuki... berkata kasar seolah kau tak peduli padahal kau sangat peduli... aku merindukanmu, Azuki...- air mata Ryu menetes.

"Ttaak." Kaki kanan Ryu selangkah mundur menahan pedang Azuki yang baru saja ia hunus dan hentakkan tepat di hadapan Ryu setelah ia mengambil langkah secepat kilat mendekat ke arah Ryu. Ryu menahan dengan satu pedangnya. Wajah keduanya bertemu. Azuki sejenak tersentak melihat ekspresi wajah Ryu. Namun, ia segera menyembunyikan ekspresi khawatir dan terkejut-nya dengan mengembalikan wajahnya pada kondisi normal. "Ada apa denganmu? Kau sudah lelah? Hanya sampai di sini?" Ryu tak menjawab dan hanya tersenyum. "Cukup basa-basi dan omong kosong kita...!" Azuki menambah kuat dorongannya.

"Taaak...Sssrraattt..." keduanya terlempar mundur. Azuki mengangkatujung bibir kanannya tersenyum senang. "Akhirnya...aku membangunkan singa dalam tubuh lawanku... aku sudah menanti hari ini begitu lama, Ryu..." Ryu mengangkat kepalanya tersenyum.

"Kau tak berubah Azuki..." mata Azuki melebar kaget. "Tapi, kemampuan pedangmu telah meningkat pesat. Aku bangga untuk itu..." Azuki menggenggam pedangnya kian erat terpengah dalam hati. "Selamat Azuki! Ayo kita mulai duel serius kita...sahabatku..." Ryu megambil langkah awal mendekat dan melancarkan serangan.

"Clank...clank...clank...zzrreeesss....seeett...clank...clank...tak...tak...wwuuussh...clank..." pertarungan serius dua sahabat yang baru kembali bertemu itu berlangsung indah dan menakjub-kan dengan kekuatan dan kemampuan berpedang yang tinggi beriring alunan alam, sentuhan angin dan kibaran serta senarai dedaunan yang jatuh turut meramaikan suatu duel yang amat berkeharmonisan.

******

Sebuah suara dari sebuah daun penghasil suara yang ditiup teratur menghasilkan harmoni ritme indah dalam alam yang mulai kelam dengan sinar purnama yang terpantul jelas di permukaan danau yang membentang tenang di hadapan peniup daun yang tak lain adalah Kaze. Ia mengangkat kepalanya memandang langit yang terhias bintang dan bulan penuh yang tampak begitu memukau. Ia menghentikan tiupannya. "Bunga sakura dan angin ada di bawah langit yang sama... namun, mengapa mengetahui bahwa kita ada di bawah langit yang sama saja rasanya tak cukup...? Aku merindu-kannya..." ucap Kaze pada dirinya sendiri.

Sakura Yuki to Kaze HyugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang