"Hhhh...akhirnya sampai juga..." Kaze melepaskan tangan Yuki dari genggamannya lalu menyatukan dua tangannya dan mengangkatnya ke atas dengan seulas senyum khasnya. "Tempat yang indah...." Tambahnya kemudian.
Yuki hanya terdiam tanpa respon. Pikirannya belum bisa menghapus apa yang tadi dilihatnya. Wajahnya kian memerah menahan air mata. Kaze menoleh ke arah Yuki lalu tersenyum. Kaze kemudian melepas jubahnya dan memakaikannya di atas kepala Yuki dari belakangnya.
"Kau bisa menangis sepuasmu sekarang, tak ada yang akan melihatmu di sini.... Aku akan memastikannya...."
Yuki menggengam erat ujung jubah di dekat lehernya lalu merendah berjongkok kian menyembunyikan dirinya yang mulai membiarkan butiran kaca yang sedari tadi tertahan pecah membasahi pipinya. Kaze mengawasinya dari belakang dan sesekali menoleh ke berbagai arah memastikan keadaan.
Kaze kemudian berjalan beberapa langkah ke bawah pohon rindang di dekat mereka. Ia kemudian merebahkan badannya di atas rumput hijau bernaungkan daun lebat pohon rindang itu. Ia mengangkat tangan kanannya ke atas dengan jari yang ia regangkan menutupi sebagian visualnya. Bibirnya kemudian menyunggingkan senyum penuh makna. " Hey, Yuki! Apa kau pernah melihat dunia kecil yang seindah ini? Kau pasti tak pernah tahu karena kau hanya memikirkan sedihnya tak bisa memiliki orang yang kau inginkan..." Kaze bersuara kemudian.
"Hhh...hiks...hiks...be..ber-henti...me-ledek-ku...Bodoh!"
"Oh, alangkah tak sopannya kau mengatakan orang yang menghiburmu bodoh! Hyuga pasti tak suka gadis seperti itu."
"Hey, Kaze! " Yuki berdiri sebal dengan tangan yang ia angkat dan kepal untuk memukul Kaze. Jubah Kaze terjatuh dari tubuhnya. "Jaga bica..."
"Oh, aku melihat wajahmu setelah menangis!" Kaze berujar meledek memutus ucapan Yuki yang kini berdiri disampingnya yang sedang merebah dengan tangan terkepal untuk memukulnya.
Wajah Yuki memerah malu dan refleks kedua tangannya segera menutup mukannya, " Dasar kau Kaze...!!!" Yuki menjerit meluapkan emosinya.
Kaze beranjak duduk lalu tertawa kecil. " Jika kau mau menangis lagi, tolong pastikan saudaraku yang bodoh itu tidak melihatnya! Kau tahu apa yang akan dia lakukan jika dia melihatnya, bukan?"
"Kaze...." Yuki membuka kedua tangannya yang tadi ia gunakan untuk menutup wajahnya.
"Bagaimana rasanya mencintai orang yang tak pernah mampu melihatmu tak peduli apapun yang kau lakukan lalu melihatnya menangis karena ulah orang yang dia sukai?"
Yuki terdiam berpikir. "Maaf..." ucapnya kemudian.
"Aku rasa kata itu lebih baik kau tujukan langsung pada saudaraku yang bodoh itu. Mungkin dia bisa hidup sedikit normal setelah mendengarnya."
" Hey, Kaze! Berhenti memanggilnya bodoh! Dia sama sekali tidak bodoh!"
"Hmm...benarkah? Dia pasti sangat bahagia jika tahu kau membelanya seperti ini."
"Mmm... Kaze..."
"Ya, kenapa?"
"Bagaimana keadaan Kiza?"
Kaze tersentak dan terdiam sejenak. Ia tak menyangkan Yuki akan menanyakan tentang saudara bodohnya seterang-terangan itu.
"Hhh...hey,Yuki! Kau...hhh...aku menyesal tak membawanya kemari bersamaku..."
"Apa maksudmu?"
"Apa kau tahu bagaimana dia ingin kau memanggil namanya? Bagaimana dia ingin kau sedikit saja menoleh dan menganggapnya ada? Bagaimana dia ingin..." mata Kaze memerah berkaca-kaca. "Sial...! Aku tidak seharusnya menangis untuk si bodoh itu!"
"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"
Kaze menatap Yuki. " Kau mau tahu apa yang sebenarnya terjadi?"
"Jangan katakan padaku...."
"Kau tahu pasti itu, bukan? Tapi, kau berusaha seolah itu tak mungkin, bukan?"
"Kaze...tapi aku..."
"Kau mau tahu kenapa aku memanggil si brilian itu bodoh?! Karena dia selalu menangis saat mendengar namamu disebut! Karena dia akan merasa begitu sedih saat melihat salju yang juga merupakan arti dari namamu! Dan karena bahkan setelah kau meninggalkannya untuk laki-laki lain ia masih tetap saja menyukaimu dan tak peduli pada yang lain. Saat kau melihat seorang laki-laki sehebat dirinya menangis lebih hebat dari tangisanmu untuk Hyuga, bagaimana bisa kau tidak memanggilnya bodoh...?" setetes air mata menutup pertanyaan menggebu Kaze untuk Yuki.
Air mata Yuki turut menetes. "Maaf, maafkan aku..." ucapnya tulus kemudian.
"Dia tidak mendengarmu." Kaze menyahut cepat.
" Tapi, aku... aku tidak bisa menemuinya..."
"Aku akan mengaturnya." Kaze berdiri lalu mengambil jubahnya dan memakainya.
"Tidak, tidak bisa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Yuki to Kaze Hyuga
Historical FictionSebuah kisah romansa kehidupan dimasa kerajaan di sebuah negri Indah bernama Naniwa yang berkerabat dengan Jepang dan menceritakan perjalanan kompleks cinta Sakura yang dalam bahasa jepang berarti bunga sakura, juga Yuki yang berarti salju, dan Kaze...