Kaze tampak berdiri dengan ragu di depan sebuah pintu gerbang yang teramat lebar. Entah berapa lama ia berdiri di sana dengan sebelah tangannya yang juga telah memegang pengetuk pintu.
"Apa yang aku lakukan disini? Jika ini adalah kebenaran, maka aku harus segera mengetahuinya. Dan jika ini adalah sebuah kesalahan, semakin cepat aku mengetahuinya, semakin cepat pula aku bias kembali seperti sebelumnya, kan?" ucap Kaze pada dirinya sendiri. Tangan kanannya mulai bergerak untuk mengetuk....
"Kau... teman Sakura waktu itu, kan?" Tanya seorang gadis mendahului ketukan Kaze.
Kaze menoleh. "Oh, ya...." Kaze terperangah sesaat setelah menoleh dan melihat wajah gadis yang bertanya padanya. Persis sama seperti ekspresi gadis itu sesaat setelah melihatnya.
"Ka-ze..." panggilan terbata itu refleks terucap dari bibir gadis itu.
"Kau... jadi, kau benar-benar datang kemari...selama ini..."
" Jika kau mencari Sakura, dia sedang tidak ada di rumah...."
"Aku tidak datang untuk menemuinya."
"Kalau begitu, maukah kau... berbicara sebentar denganku di suatu tempat?"
" Tidak sampai aku bertemu orang yang ku cari."
"Siapa dia? Jangan katakan padaku..."
" Aku ingin bertemu ayah Sakura... antar aku dan aku akan bicara denganmu setelah semuanya selesai."
" Kau tidak bermaksud untuk..."
"Bawa aku bertemu beliau! Tidak perlu khawatir, aku tidak akan berbuat macam-macam...."
"Baiklah, tapi yang akan membunuhmu jika sampai kau angkat pedang!"
"Hhh, kau tidak berubah! Sama seperti kakakku yang menyedihkan."
"Kaze..."
"Cepat, antar aku!"
Gadis yang tak lain adalah Yuki mendesah panjang lalu mulai berjalan mengantar Kaze bertemu ayah Sakura.
"Apakah Kiza baik-baik saja?" Tanya Yuki di tengah perjalanan.
"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu sampai urusanku selesai."
"Kau benar-benar menyebalkan!"
" Itu yang membuat banyak orang merindukanku!"
"Oh, itu ayah Sakura!" Yuki menunjuk sebuah surau megah di tas air dengan seorang lelaki paruh baya di dalamnya. Ia tampak sedang menunggu seseorang.
"Sampai di sini..."
" Hah?" Yuki tak paham.
Kaze berdiri tepat di depan surau megah itu. Ayah Sakura yang sejak tadi tampak menunggu seseorang tersenyum dalam duduk penantiannya. "Kau sudah datang, Kaze..." kata terlontar bersamaan dengan akhir senyum tulusnya. Kaze sedikit menundukan kepalanya memberi hormat dalam diamnya.
Ayah Sakura berdiri. "Duduklah, anakku!" Kaze mengangkat kepalanya lalu bernjak duduk. Ayah sakura kembali duduk lalu menuangkan minum untuk Kaze.
" Minumlah! Kau pasti lelah."
"Terima kasih. Tapi, sayang sekali, aku tidak kesini untuk minum teh darimu."
Ayah Sakura tersenyum. "Tentu, aku tahu itu. Kau sudah bersusah payah sampai kesini, karena itu aku ingin setidaknya memberimu minum."
"Anda tahu kenapa aku datang kesini, bukan?"
"Jangan terlalu memaksa dirimu untuk serius di saat seperti ini... itu menyakitkan, bukan?"
"Aku sama sekali tidak mengerti alur bicara Anda."
"Bersikap seperti ini saat kau sebenarnya berharap semua itu tidak benar, itu menyakitkan."
Beberapa pelayan datang membawa makanan. Ayah Sakura meminta mereka menatanya di meja tepat ia dan Kaze duduk berhadapan. Tangan Kaze mengepal geram menahan amarahnya. Dan sesaat kemudian pelayan yang telah menyelesaikan tugasnya itu pun pergi.
"Bagaimana bisa Anda bertindak seolah tak terjadi apapun di sini? Apa Anda tak mengerti kenapa aku datang kemari?! Atau, apakah Anda sedang berusaha meluluhkan hatiku dengan makanan ini?"
"Tidak ada yang mampu melumpuhkan hati seseorang keculi Pemilik hati dan orang yang hati itu sendiri izinkan untuk melumpuhkannya. Berhentilah bersikap sedingin ini, ini bukan dirimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Yuki to Kaze Hyuga
Historical FictionSebuah kisah romansa kehidupan dimasa kerajaan di sebuah negri Indah bernama Naniwa yang berkerabat dengan Jepang dan menceritakan perjalanan kompleks cinta Sakura yang dalam bahasa jepang berarti bunga sakura, juga Yuki yang berarti salju, dan Kaze...