Part 4

2.3K 71 3
                                    

KAYLA POV
Jam dinding sekolah menunjukkan pukul 14.05, seharusnya bel surga (atau bel pulang sekolah) sudah berbunyi, muka suntukku masih memperhatikan Pak Rudi, guru matematika ku yang daritadi masih menjelaskan pembahasan soal di papan tulis.

Penjelasan Pak Rudi terpotong oleh bel surga yang memenuhi koridor sekolah, mata ku langsung terbuka lebar dan tanpa ku sadari aku berteriak,

"YESSSSSS"

Seisi kelas langsung menengok ke arahku, aku langsung salah tingkah dan melihat Pak Rudi yang menatapku sadis.

"MAKSUD NYA YAAAHHHH KOK SELESAI SIH PELAJARANNYA" ucapku dengan muka sedih yang ku buat-buat.

Kata-kata ku disambut dengan tawaan keras dari teman-teman kelasku dan gelengan kepala dari Pak Rudi yang masih memperhatikanku. Aku hanya tersenyum salah tingkah sambil menjitak kepalaku sendiri.

Setelah memberikan salam kepada Pak Rudi dan berdoa bersama, anak-anak langsung menuju ke arah pintu kelas. Nadine menghampiriku di belakang yang sedang merapikan buku matematika ku.

"Bego abis lu" ucapnya sambil tertawa kencang.

"Reflek lah maap" balasku sambil terkekeh.

Aku dan Nadine pun keluar dari kelas dan aku berniat untuk mencari Kafka seperti biasanya.

Aku berdiri di depan kelas ku dan menghadap ke arah kelas XII IPA 3. Teman-teman Kafka keluar berbarengan, tapi kok gaada Kafka ya?

Saat mereka melewatiku, aku bertanya pada Sam, salah satu teman dekat Kafka.

"Samm, Kafka dimana? Kok lu ga bareng?" tanyaku sambil celingak-celinguk.

"Ohh Kafka, tadi waktu pelajaran terakhir, dia dipanggil sama Pak Hari, terus ga balik-balik sampe sekarang. Mungkin dia dihukum, tuh tas nya aja masih ada di kelas" ucapnya santai sambil menunjuk tas Kafka yang masih berada di meja kelas.

Setelah mengucapkan terimakasih kepada Sam, aku langsung menuju ke kelas Kafka untuk mengambil tas Kafka yang enteng sekali. Setelah itu aku dan Nadine langsung menuju ke arah ruang guru. Saat aku menengok ke dalam ruang guru, aku melihat Pak Hari di dalam ruangan.

Aku mengetuk pintu ruang guru dan memanggil Pak Hari. Aku dan Nadine menunggu Pak Hari di depan ruang guru. Tidak lama kemudian, Pak Hari sudah berada di hadapanku.

"Maaf pak, saya mau tanya, Kafka ada dimana ya? Katanya tadi bapak panggil dia" ucapku sesopan mungkin.

"Loh memangnya Kafka ga balik ke kelas tadi?" tanya nya bingung.

"Kata Sam enggak, ini tas nya" jawabku bingung sambil menunjukkan tas Kafka yang kutenteng daritadi.

Wajah bingung Pak Hari berubah menjadi panik. Aku yang melihatnya langsung degdegan. Dengan tingkat kepo ala Thomas, aku bertanya

"Kalau saya boleh tahu, bapak ngapain panggil Kafka tadi?" tanya ku hati-hati.

Pak Hari hanya menengok pada ku tanpa mengatakan apa-apa.

"Emmm... Kalau bapak gamau kasih tau gapapa kok, tapi siapa tau saya tau alesan kenapa Kafka ilang" jawab ku lebih hati-hati, takut menyindir perasaan Pak Hari.

Pak Hari sempat berpikir sejenak dan akhirnya berbicara

"Baiklah, silahkan masuk" ucap Pak Hari menyuruhku masuk ke ruang guru.

Nadine yang merasa canggung akan situasi ini akhirnya berkata
"Mmm... Gue balik deh Kay" ucapnya padaku

"Hati-hati ya, Dine, makasi udah mau temenin gue" balas ku dengan senyuman.

"Pak saya pulang ya, selamat siang" pamit Nadine sopan pada Pak Hari yang dibalas dengan anggukan Pak Hari.

Aku memasuki ruang guru dengan hati berdebar. Entah mengapa aku jadi takut mendengar alasan Pak Hari memanggil Kafka tadi. Aku menghela napas sebelum duduk di sofa yang ditunjuk Pak Hari.

"Saya akan cerita pada kamu, karena kamu adalah pacar Kafka. Saya mohon kamu jangan memberitahu berita ini pada siapapun, sebelum Kafka menyetujuinya. Saya percaya pada mu, Kayla" ucapnya dengan mata sendu.

Aku semakin bingung dengan situasi ini. Mengapa wajah Pak Hari sendu begitu? Apa ada berita menyedihkan?

"Iya pak saya janji" ucapku meyakinkan Pak Hari.

Pak Hari berdehem sebelum menceritakan apa yang ia katakan pada Kafka. Aku mendengar dan menyimak dengan baik.

Dan saat cerita itu selesai, aku hampir saja menitikkan air mata ku. Aku menutup mulutku. Ini tidak mungkin terjadi. TIDAK MUNGKIN.

Aku segera berpamitan dan keluar dari ruang guru. Aku melupakan tanggung jawab ku untuk mengikuti seminar sepulang sekolah. Itu tidak penting. Sekarang, tujuan ku hanya satu

Mencari Kafka.

KAFKA, KAMU DIMANA?

*************
Ini part selanjutnyaaa! Semoga kalian suka yaaa, kalau kalian punya saran dan kritik silahkan comment ajaa!:) Thankyou banget udah mau baca ceritaku iniii<3
-Stephanie

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang