Part 32

1.8K 71 21
                                    

KAYLA POV
Besok adalah hari dimana aku harus mengucapkan selamat tinggal. Hari dimana aku akan terbang ke negara lain untuk menimba ilmu. Hari dimana aku akan meninggalkan kedua orangtuaku, teman-temanku, dan pacarku. Hari dimana aku pergi demi untuk mengejar mimpiku. Sesuai dengan harapanku dulu, tetapi ini ternyata lebih sulit dari apa yang dulu ku bayangkan.

Aku dan Jeje sedang berada di mobilnya menuju ke tempat yang ku tak tahu dimana. Jeje terlihat berbeda entah mengapa. Kemarin saat aku dan keluargaku sedang makan malam perpisahan bersama, Jeje meneleponku dan mengajakku pergi besok dari siang sampai malam. Entah untuk apa, aku hanya mengiyakan saja.

Tak kusangka mobil Jeje berhenti di depan rumahnya. Aku hanya mengerutkan kening sejadi-jadinya saat ia menyuruh satpam rumahnya untuk membukakan gerbang. Setelah mobil terparkir dengan rapi di garasi rumah, Jeje langsung melepaskan seatbelt kami. Aku hanya menghadapnya dengan wajah bingung setengah mati. Ngapain ke rumahnya? Mau dikenalin ke orang tua nya? Bukannya udah pernah ya? Ah tau ah.

"Nanya nya nanti aja ya, masuk dulu yuk," ucap Jeje lalu keluar dari mobil. Lantas aku ikut keluar dari mobil dan mengekorinya menuju ke dalam rumah.

"Bonyok lu mana?"

"Lagi kerja, ini kan bukan weekend,"

Aku hanya ber "oh" ria dan tetap mengekorinya. Langkahku berhenti saat ia beranjak untuk memasuki kamarnya.

"Ngapain berdiri disitu?" tanyanya menengok ke belakang melihatku yang diam tak mengekori nya lagi.

"Menurut lo?"

"Masuk aja, di luar ada bibi kok, kalo gue ngapa-ngapain teriak aja," ejeknya.

Aku memukulnya pelan dan ikut memasuki kamarnya yang didominasi warna hitam dan putih itu. Aku cukup sering main ke rumah Jeje, hanya sekedar bertemu dengan orang tuanya atau bermain di ruang keluarga. Tetapi, ini pertama kalinya aku memasuki kamarnya. Kamar Jeje jauh dari apa yang selama ini kubayangkan. Semua buku tersusun rapi, sprei nya pun tampak rapi dan bersih, dan tidak ada sampah-sampah di lantai.

"Kaget ya kamar gue rapi?" tanyanya yang tak kusadari sudah berada di hadapanku, sedang menatap lekat wajahku.

"Baru lu beresin ya?" tanyaku, curiga.

Ia hanya tertawa dan menarik tanganku untuk semakin masuk ke dalam kamarnya. Ukuran kamar Jeje cukup besar dan tinggi, dan di bagian kanan belakang terdapat tangga kecil berbentuk melingkar. Jeje membawaku ke tangga itu dan menyuruhku menaikinya terlebih dahulu.

"Ini apaan nih?"

"Ini tangga Kay," ucapnya, polos.

Aku menjitak kepalanya dan segera naik ke atas, lebih tepatnya seperti merangkak.

"Nunduk ya, nanti kejedot," perintahnya.

Ukuran tangga nya terlalu kecil untuk dilangkahi selayaknya tangga pada umumnya. Aku terus melangkah menuju ke atas dan dapat ku rasakan Jeje mengekori ku di belakang. Saat kepalaku tidak menunduk untuk mengintip apa yang ada di atas sana, kepalaku kejedot bagian atas tangga.

Eh kok gak sakit sih?, batinku.

Saat aku melihat ke atas, memastikan apakah aku kejedot atau tidak. Aku melihat telapak tangan Jeje menempel di atas kepalaku untuk sebagai penghalang agar aku tidak kejedot dengan bagian atas tangganya.

"Kan, udah dibilang," ucapnya yang membuatku menoleh.

"Makasih," jawabku langsung menghadap ke depan menutupi salting ku.

Aku segera buru-buru menaiki tangga dengan hati-hati. Sesampainya di atas, aku mengagumi bagian atas kamar Jeje ini. Ruangan ini hanya seperempat dari ukuran kamar Jeje. Ketinggian kamar Jeje ternyata digunakan untuk membuat lantai 2 super mini ini yang mengagetkan sangat nyaman jika dilihat. Aku bisa berdiri saat sudah mencapai atas, tidak takut akan kejedot karena bagian atasnya masih jauh dari jangkauan kepalaku.

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang