Part 18

1.4K 50 0
                                    

KAYLA POV

"Abis ini siapa?" tanyaku kepada teman sekelompokku. Kami sedang berada di ruangan kelas untuk mewawancarai beberapa calon pengurus OSIS.

Kami sudah mewawancarai 9 anak dan ada beberapa diantara mereka yang menangis tersedu-sedu di depan kami. Tentu saja, anak-anak seperti itu tidak akan diterima menjadi pengurus OSIS.

Kadang, aku merasa keji telah membentak-bentak mereka. Tetapi, mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi tugasku.

"Anika Talitha, dia yang terakhir" jawab Adel sambil mengecek beberapa kertas yang bertebaran di atas meja di depan kami.

Aku langsung menarik napas panjang dan membuangnya perlahan.

Ini saatnya, batinku.

Tak lama kemudian, satu anak buahku dan seorang perempuan telah berada di luar ruangan. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu. Tetapi, aku tahu, dia bernama Anika.

Aku menegakkan tubuhku dan menatap tajam ke arah pintu. Tak lama lagi, aku akan bertemu dengannya.

Pintu terbuka perlahan seolah orang yang membukanya sedang ketakutan. Aku terus menatap tajam pintu tersebut sampai seorang perempuan muncul di baliknya.

Mata perempuan itu terhenti pada mataku. Aku yakin ia sudah tahu bahwa aku sudah mengetahui alasan aku menatap tajam padanya. Perempuan itu terpaku dengan mata yang masih memandangku.

"Anika Talitha, silahkan masuk" ucapku tenang masih menatap tajam matanya.

Anika menelan ludah dan segera duduk di tempat duduk yang berada di depan papan tulis.

"Siapa yang suruh duduk?" ucapku dengan tenang.

Tugasku di sini adalah untuk menguji mental mereka. Memastikan bahwa calon pengurus OSIS akan siap mental dengan segala makian dan bentakan nantinya. Intinya, mereka diuji di wawancara ini. Dan itulah yang sedang ku lakukan sekarang.

Wajah Anika memucat dan segera berdiri dari duduknya.

"Maaf" hanya kata itu yang terlontar dari mulutnya.

"Perkenalkan diri kamu" ucap Rian.

"Nama saya Anika Talitha, biasa dipanggil Anika. Saya kelas XI IPA 1 nomor absen 5." ucapnya gemetar.

Beberapa pertanyaan sempat ku tanya kan padanya. Aku tidak mengancam ia sama sekali. Aku bahkan tidak bertanya pertanyaan-pertanyaan yang akan menjebaknya. Intinya, aku cukup baik padanya dalam wawancara ini.

"Kamu udah punya pacar?" tanya Adel.

Wajah Anika tiba-tiba langsung memucat setelah mendengar pertanyaan yang Adel lontarkan. Pertanyaan itu memang selalu ditanyakan pada setiap calon pengurus OSIS. Karena bagi kami, itu adalah pertanyaan yang cukup menjebak.

Bayangkan jika pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Mungkin Anika akan langsung pingsan di tempat.

Anika diam beberapa saat, ia seperti berpikir. Dan aku bisa melihat, air mata nya sudah siap keluar jika ia mengedipkan kedua matanya.

"Gue ulangin lagi, udah punya pacar?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Seketika, air mata Anika langsung jatuh. Teman-temanku yang melihatnya menampilkan wajah bingung. Tetapi aku tidak, karena aku tahu alasannya.

Tiba-tiba Anika langsung berlari keluar dari ruangan. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang kuyakini penuh dengan air mata. Aku tidak bermaksud membuatnya menangis, ini tidak seperti yang ku perkirakan.

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang