Part 19

1.5K 48 0
                                    

KAFKA POV
Aku membaringkan diri ku di kasur setelah selesai mandi dan berganti pakaian. Kejadian tadi di sekolah masih saja terngiang di otakku.

Mengapa Kayla ingin aku membantu Anika?

Pikiran ku tersadar kembali saat aku mendengar suara ketukan dari pintu kamarku.

Dengan malas aku berdiri dari posisiku dan berjalan menuju pintu kamarku. Aku membukanya dan cukup kaget melihat Om Steve sudah berdiri di hadapanku.

"Ada yang om mau bicarakan sama kamu" ucapnya.

Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya ke lantai bawah. Setelah kami duduk di ruang tamu, Bi Inah datang untuk mengantarkan minuman.

"Kaf, ini masalah Anika" ucap Om Steve setelah Bi Inah meninggalkan kami.

Aku hanya menghela napas malas dan menyuruh Om Steve untuk melanjutkan kata-katanya.

"Om sudah bicara dengan Om Arnold. Dan kami sepakat, karena pertunangan kalian akan dilaksanakan setelah kamu lulus SMA maka sementara ini kamu setidaknya harus menjaga Anika." ucap nya menjelaskan.

"Bila mungkin menjadi kekasihnya" lanjutnya.

Aku hanya membelalakkan mataku tak percaya.

Aku harus pacaran dengan Anika sekarang?

"Om tahu kamu akan menolak, itu wajar, tetapi Om mohon sama kamu. Walaupun kamu gak jadi kekasihnya, setidaknya kamu akan menjaganya dan perlakukan dia seperti seorang teman dekat" lanjut Om Steve tak menunggu jawaban dariku.

"Contohnya?" tanyaku.

"Seperti.. Antar jemput dia dan selalu ada waktu dia butuh kamu" ucap Om Steve sedikit terbata.

Aku tidak ingin membicarakan hal ini lebih lama lagi. Aku sudah muak. Aku hanya bisa menganggukan kepalaku kepada Om Steve yang dibalas dengan senyuman dan tepukan tangannya pada bahuku.

--------------------
Aku bangun cukup pagi hari ini. Dan seperti janjiku tadi malam, aku akan antar jemput Anika. Aku lebih terdengar seperti ojek pribadi nya daripada "teman dekat"nya.

Aku sudah mendapatkan alamat rumah Anika dari Om Steve. Letaknya tidak jauh-jauh amat dari rumahku sehingga aku tidak perlu bangun subuh untuk menjemputnya.

Jujur saja, aku sangat malas melakukan ini. Tetapi, ini semua demi ayahku.

Aku meminta Bi Inah untuk mengambilkan helm tambahan untuk Anika. Aku melihat helm itu dengan tatapan sendu. Beberapa minggu lalu, helm ini sepenuhnya hanya pernah dipakai oleh Kayla. Dan sekarang, Anika akan menggunakannya.

Aku mengendarai motorku ke rumah Anika. Setelah sampai di depan rumahnya, aku segera turun dari motor dan menghampiri satpam yang berada di gerbang rumahnya.

Aku memberitahu namaku dan sepertinya ia sudah mendapat perintah dari Om Arnold sehingga tanpa ku minta, ia sudah memanggilkan Anika yang berada di dalam rumah.

Anika keluar dengan seragam sekolahnya, ia menghampiriku di luar gerbang dengan tatapan bingung.

"Sebelum lu tanya kenapa gue disini, gue disini mau jemput lu. Sekarang tugas gue anter jemput lu. Dan sebelum lu tanya lagi kenapa gue mau, ya karena gue baik dan hanya melaksanakan perintah." jelasku panjang lebar.

Ia hanya mengangguk kaku mendengar kan penjelasanku dan akhirnya menaiki motorku. Aku dan Anika tidak berbicara apapun selama perjalanan. Tangannya pun tidak berpegangan pada tubuhku. Dan aku tidak mengharapkan dia melakukannya.

Setelah sampai di gerbang sekolah, semua mata tertuju pada kami. Pandangan anak-anak terlihat bingung dan tidak sedikit yang berbisik-bisik. Jelas ini dikarenakan oleh tidak menahunya mereka tentang putusnya aku dan Kayla. Pasti sekarang di pikiran mereka, aku sedang selingkuh dengan seorang adik kelas.

Aku berusaha cuek dengan pandangan-pandangan itu dan meng klaksoni siapapun yang menghalangi jalanku ke parkiran.

Setelah sampai di parkiran, kami berdua turun dan langsung berpencar. Anika sempat mengucapkan terima kasih padaku yang tidak kubalas dengan apapun. Aku tidak tahu harus menjawab apa.

Aku berjalan di koridor lantai 1 untuk menuju tangga ke lantai 3. Semua mata tertuju padaku, aku sungguh tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

Dan buruknya, Kayla sedang berjalan ke arahku.

Aku berpapasan dengan Kayla tanpa mengatakan apapun. Aku dan Kayla sempat bertatapan mata beberapa saat tetapi kami tidak saling menyapa. Aku yakin Kayla sudah tahu aku mengantar Anika pagi ini.

Saat aku dan Kayla berpapasan, suara "ehem" sangat terdengar di telingaku. Ini adalah momen paling canggung yang pernah ku lalui bersama Kayla. Aku hanya menggaruk tengkukku dan berjalan menuju tangga seperti biasa tanpa mengecohkan pandangan adik-adik kelasku di koridor lantai 1.

Penderitaanku tidak berakhir sampai situ saja. Saat aku melangkahkan kaki di lantai 3, semua teman-temanku langsung menyerbuku.

"WAH ADA GOSIP BARU NIH"
"KAF LU PUTUS YA SAMA KAY?"
"KAF LU SELINGKUH YA?"
"TUH CEWE SIAPA KAF?"
"LU BERANTEM YA SAMA KAY?"

Aku sangat lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. Apa mereka tidak mementingkan perasaanku? Mereka malah mengingatkanku lagi dengan Kayla.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda tak mau menjawab. Aku bahkan sudah capek sebelum pelajaran dimulai. Tetapi usahaku nihil, mereka terus saja menghalangi jalanku dan mengancam akan menghalangiku terus jika aku tidak memberitahu mereka.

"MINGGIR!" Teriakku kencang.

Aku sudah lama tidak melampiaskan amarahku seperti ini. Kedua tanganku terkepal erat di sisi tubuhku. Aku tidak boleh menghajar siapapun di sini. Aku harus meredam emosiku sekarang.

Semua anak-anak langsung diam dan langsung memberiku jalan. Wajah mereka menampakkan rasa takut dan kaget. Aku memang jarang marah seperti ini. Tetapi, aku sudah tidak tahan sekarang.

Aku langsung masuk ke dalam kelasku dengan langkah kesal. Sahabat-sahabatku langsung menghampiriku saat aku sudah duduk di bangku ku. Mereka tidak bertanya apapun tentang kejadian tadi, mereka hanya menenangkanku.

Tetapi aku tahu, suatu saat pasti mereka akan bertanya. Dan aku harus siap menjawabnya dan tanpa amarah tentunya.

-------------------
Haiii! Makasih udh mau baca cerita ini yaa<3 kalau ada saran dan kritik boleh comment aja! Jangan lupa di vote dan comment:)
-Stephanie

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang