Part 12

1.7K 60 4
                                    

KAFKA POV
Aku sampai di rumah dengan keadaan yang kacau. Aku sudah putus dengan Kayla. Aku sudah kehilangan satu-satunya orang yang berharga di hidupku ini.

Aku membanting pintu kamar dengan keras. Semua barang yang ku lihat segera ku lempar. Bantal, guling, selimut, buku pelajaran, pajangan, semuanya.

Dalam beberapa detik, kamarku sudah hancur berantakan. Sama berantakannya dengan hatiku. Aku mengepalkan tangan keras menahan emosi.

Aku dan Kayla sudah berpisah.

Fakta itu selalu terngiang-ngiang di otakku. Melihat Kayla menangis tadi membuatku merasa seperti laki-laki keji yang telah mempermainkan perasaannya.

Hari ini, semua kenangan dan momen indah yang telah kulewatkan dengannya sudah hilang.

Kayla tidak menamparku atau mencaci makiku. Bahkan dia masih bisa tersenyum dan berjanji kalau ia akan selalu mengganggap ku sahabat laki-lakinya. Hal itu malah membuat hatiku sakit.

Aku hanyalah seorang sahabatnya, aku tidak memilikinya.

Mataku menatap sebuah foto yang berada di dinding kamarku. Seorang perempuan cantik yang sedang tersenyum lebar. Semakin aku melihat wajahnya, semakin hatiku terasa sakit.

Aku melepas foto tersebut dan menyimpannya di laci yang langsung ku kunci. Aku tidak akan pernah membuang foto itu sampai kapan pun.

Dia adalah perempuan pertama yang membuatku jatuh cinta.

------------------
KAYLA POV
Aku diantar pulang oleh Kafka, laki-laki yang beberapa menit lalu sudah berubah status menjadi mantanku.

Selama perjalanan, kami berdua menutup mulut. Aku tidak melingkarkan tanganku pada pinggangnya seperti biasa. Aku hanya sahabatnya sekarang, dan aku merasa aku tidak punya hak untuk itu.

Aku hanya menatap punggung Kafka sambil berpikir keras. Aku menahan air mataku yang sedari tadi sudah ingin menetes. Aku sangat kecewa dengan situasi ini tetapi aku tidak tahu harus menyalahkan siapa.

Aku termenung. Mungkin sekarang ini adalah terakhir kalinya aku diboncengi olehnya. Fakta itu membuatku tersenyum pahit. Senyum yang berisi semua kesedihanku.

Motor Kafka berhenti di depan rumahku. Aku segera turun dan memberikan helm yang kupakai kepadanya. Ia mengambilnya dalam diam.

Ia membuka helmnya dan tersenyum padaku. Aku berterimakasih dan langsung berbalik badan untuk masuk ke rumah. Sebelum sempat aku melangkahkan kakiku, lenganku ditarik olehnya.

Aku segera menghadapnya, dan ia hanya tersenyum padaku.

"Maafkan aku Kay, dan terimakasih untuk dua tahun ini" ucapnya menatapku dan mengelus pelan pipiku.

Aku menyingkirkan tangannya perlahan dan mengangguk.

"Sampai jumpa, Kafka" ucapku lalu langsung berbalik badan dan melangkah menuju rumahku.

Saat aku sudah memasuki rumah, baru terdengar suara motor Kafka meninggalkan rumahku. Aku mengintip lewat jendela, dan aku hanya bisa tersenyum pahit.

"Bye Kaf" ucapku berbisik pada diri sendiri. Ini adalah patah hati pertamaku. Dan rasanya, sakit sekali.

Tanpa kusadari, pipiku sudah basah lagi dengan air mata. Aku segera menghapusnya dan bergegas menuju kamar. Aku tidak mau orang tuaku melihatnya. Aku tidak siap bercerita pada mereka sekarang.

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang