KAYLA POV
Aku sampai di rumah pukul 7 malam. Aku masih tak menyangka hari ini adalah hari terakhir ku berada di Indonesia, berada di dekat orang-orang tersayangku. Tangisku tadi masih menyisa di kedua mata dan pipiku. Jeje sampai menjelaskan kepada kedua orang tua mengapa aku menangis sampai lebay begitu. Untung orang tuaku tidak menanyakan terlalu banyak. Aku jadi bisa menghela napas lega.Ku kira kesedihanku akan stop sampai disitu saja. Tetapi ternyata belum selesai. Ayah dan ibuku masuk ke kamar setelah aku membersihkan diri. Mereka mengajakku mengobrol santai, tetapi air mata mereka tak tertahan. Aku pun ikut menangis. Ayah dan ibuku memberikan berbagai nasihat padaku. Mereka memelukku erat sekali yang semakin membuat hatiku tidak ingin meninggalkan mereka.
Setelah itu ayah ibuku membantuku untuk packing. Aku sudah menyelesaikan packing sekitar beberapa hari lalu, tetapi kami hanya memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal. Setelah semua siap, aku tidur bersama kedua orang tuaku, mereka meminta untuk tidur bersamaku terakhir sebelum aku pergi.
------------------------
Aku memandangi kamarku sekali lagi. Memastikan aku mengingat setiap sudutnya. Entah untuk apa, aku malah membuat diriku semakin sedih sekarang."Kay, ayukk." ucap Ibuku lalu menarik tanganku untuk turun.
Selama perjalanan menuju bandara aku bercanda tawa dengan kedua orang tuaku. Aku masih bisa melihat raut wajah sedih mereka walaupun mereka sedang tertawa. Aku tidak menyangka meninggalkan semuanya akan sesedih sekarang ini.
Setelah sampai di bandara, ternyata banyak temanku yang datang untuk mengucapkan perpisahan padaku. Aku memeluk mereka satu per satu, dan tak kusangka Thomas menangis kejer saat aku memeluknya.
"Cengeng lu, Tom," ucapku.
"Lu juga nangis, goblok," balasnya melihat aku ikut menangis bersamanya. Tak bisa kupungkiri, temanku yang super menyebalkan ini ternyata bisa buat aku menangis juga. Aku yakin akan kangen dengan tingkat ke kepoannya yang sudah diatas manusia rata-rata.
Nadine nangis sesunggukan di sebelah Thomas. Aku yakin sedari tadi Thomas sudah modus melihat Nadine menangis seperti itu. Aku memeluk Nadine erat sekali, setelah bertahun-tahun tiba saatnya aku akan pergi meninggalkannya. Meninggalkan sahabat terbaikku.
"Kalo ada cowo bule ganteng, kenalin ya," ucap Nadine masih sambil menangis.
Aku hanya terkekeh lalu menjitak kepalanya. Di situasi sedih begini masih saja memikirkan cowo. Aku juga sih.
Jeje hanya tertawa melihat kelakuanku dengan Nadine. Aku bisa melihat mata sembab Jeje yang terlihat cukup jelas. Aku memeluknya dan mengucapkan terima kasih entah untuk apa. Tak kusadari, air mata ku masih terus saja mengalir sedari tadi.
"Tuh ada yang mau ketemu," ucap Jeje setelah memelukku.
Aku mengernyitkan keningku bingung ke arahnya. Aku mengikuti arah pandang Jeje di belakangku. Aku menoleh dan semakin mengernyit bingung.
"Hai," sapa Kafka.
Aku tersenyum sembari berjalan mendekatinya. Aku melihat lingkaran hitam di bawah matanya, wajahnya pun menunjukkan raut sedih. Aku semakin merasa bersalah telah menyebabkan semua orang menangis karena kepergianku. Katakan saja aku geer, tapi aku merasa seperti itu.
"Sukses ya disana, gue gaakan lupa sama lu," ucapnya sambil menjabat tanganku.
"Me too, sukses juga di Bandung,"
Tak kusangka, Kafka sudah mendekapku dalam pelukannya. Aku yang cukup shock hanya bisa mematung sebentar. Setelah menyadari apa yang terjadi aku pun membalas pelukannya. Aku menganggap Kafka adalah sahabatku, sahabat yang merangkup sebagai mantan pacar legendaris.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Love and You
Teen FictionKayla, seorang gadis yang ceria dan manis menjalin hubungan dengan seorang Kafka, laki-laki yang selalu menjadi bahan omongan para cewe-cewe di sekolah. Tetapi suatu hari, semuanya berubah 180 derajat. It is all about love and you. *Gabisa buat sino...