Part 10

1.8K 52 2
                                    

KAFKA POV
Aku selalu menganggap Tuhan telah menyiapkan rencana indah nya untukku. Tapi dimana rencana indah itu? Mengapa aku malah ditunangkan dengan perempuan yang tidak ku kenal? Dan secara tidak langsung, aku akan meninggalkan Kayla.

Aku benci situasi ini. Semua masalah datang ke dalam hidupku tanpa henti. Aku tidak tahan lagi. Bunuh diri dan melukai diri sendiri sudah terlintas di otakku. Aku berniat untuk menyusul ibu dan ayahku di surga dan melupakan semua persoalan di dunia ini.

Niat ku hilang setelah membayangkan wajah Kayla. Aku tidak mungkin meninggalkannya, aku tidak siap untuk tidak bisa melihat wajahnya. Aku sangat sayang padanya. Dan dialah satu-satunya alasan mengapa aku masih mau bertahan hidup.

Tetapi untuk sekarang ini, aku membutuhkan pelampiasan. Aku langsung menuju kamar mandi ku dan menonjok keras kaca besar yang berada di dalamnya. Kaca itu pecah dan berhamburan kemana-mana.

Kepalan tanganku yang baru saja menonjoknya sudah penuh dengan goresan dan darah yang terus mengalir. Setidaknya, ini tidak akan membunuhku.

Aku terus menonjoki kaca tersebut sampai tidak ada bagian yang tidak hancur. Aku tidak peduli dengan darah ku yang sekarang berceceran di lantai. Aku butuh pelampiasan atas emosiku ini.

Semarah-marahnya aku, aku tahu kalau aku pasti akan ditunangkan dengan putri dari teman ayah itu. Aku tahu itu akan terjadi. Aku tidak mungkin bisa bertahan hidup tanpa ada orang yang mengurusku. Aku belum bisa mencari uang, aku hanyalah anak SMA yang bahkan belum menghadapi Ujian Nasional SMA.

Bagaimana cara aku memberitahu Kayla?

Aku tidak ingin ia menangis karena ku. Memberitahu Kayla tentang hal ini adalah masalah yang sangat amat sulit bagiku. Aku tidak siap meninggalkannya dan aku tidak akan rela bila dia tidak bersamaku lagi.

Teriakan keras dari pintu kamarku menyadarkanku. Itu suara Bi Inah. Aku diam di tempat, aku tidak mau membukakan pintu pada siapapun sekarang ini.

"Den... Den kenapa? Pak Tora dan Pak Steve sudah pulang, jangan mengurung diri di kamar" ucapnya dari balik pintu yang kukunci.

Aku menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Aku tidak mau melampiaskan kemarahanku pada Bi Inah.

"Gaada apa-apa bi, Kafka lagi mau sendiri" ucapku sambil mengatur napas ku yang masih menderu.

Aku menyadari, cepat atau lambat, aku akan bertunangan dengannya. Dia adik kelasku? Siapakah dia? Apakah aku pernah melihatnya di sekolah? Apakah dia salah satu dari cewe-cewe genit yang selalu meneriakkan namaku?

Dan cepat atau lambat, aku akan berpisah dengan Kayla.

------------------
KAYLA POV
Aku merasa senang sekali hari ini. Kafka sudah kembali menjadi Kafka yang sebenarnya. Dia sudah merelakan kepergian ayahnya satu minggu lalu.

Aku segera naik ke kamar untuk mandi. Aku selalu menjadi penyanyi saat berada di kamar mandi, entah kenapa hal tersebut menyenangkan hatiku.

Setelah mandi dan berganti baju, aku segera turun untuk makan bersama keluargaku. Ibuku memasak telur balado kesukaanku dan juga sayur kangkung terasi favoritku.

Aku segera naik ke kamar setelah menghabiskan makananku yang luar biasa enak. Aku menuju meja belajarku untuk mengerjakan beberapa PR sambil mengecek ponsel ku.

Kok gaada sms dari Kafka ya.., batinku.

Aku mengabaikannya dan fokus lagi untuk mengerjakan tugas matematika ku.

Jam menunjukkan pukul 20.00, PR mat ku sudah selesai kukerjakan. Sekarang aku bisa santai-santai terlebih dahulu sebelum tidur.

Hal yang biasa kulakukan saat aku santai adalah membaca novel. Aku suka sekali membaca. Kadang aku sampai terlalu mendalaminya. Jika cerita nya sedih aku akan menangis sendiri, dan jika ceritanya senang dan romantis pasti aku akan teriak-teriak sendiri di kamar.

Dan jikalau ceritanya mengecewakan, aku akan membanting buku itu ke lantai. Aku sadis juga kan.

Tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan ada nya pesan masuk. Aku melihatnya dan nama yang tertera adalah Kafka. Aku segera membukanya.

Kay, besok aku mau ajak kamu pergi. Bisa ya? Besok ku jemput jam 16.00 di rumahmu. Selamat malam Kayla.
-Kafka

Wiiiihhh ada apa ini, kenapa dia tiba-tiba mengajakku pergi? Ini tidak dekat dengan tanggal lahirku, dan tanggal jadian ku dengan Kafka masih sekitar 1 bulan lagi.

Aku segera mencari kedua orang tua ku. Aku menemukan mereka di ruang TV. Aku menghampiri mereka untuk meminta izin, dan untunglah orang tua ku mengizinkan asalkan jangan pulang terlalu larut. Aku berterimakasih dan langsung naik ke kamarku.

Aku memikirkan baju apa yang akan aku pakai besok saat pergi bersama Kafka. Aku membuka lemari pakaianku dan berpikir sejenak. Yaudah lah ya, gausah jaim. Aku mengambil kaus abu-abu bermotif kucing dan celana kulot hitam. Yang penting kan nyaman.

Oh iya, aku lupa membalas pesan Kafka. Segera kuambil ponselku untuk membalas pesan darinya.

Tumben amat... Yaudah, aku dibolehin sama mama. Selamat malam juga..
-Kayla

Setelah mengirimkan pesan tersebut, aku menguap. Aku ngantuk. Kuputuskan untuk beristirahat. Sebelumnya, aku berdoa terlebih dahulu, mengucap syukur atas berkat Tuhan pada hari ini. Kemudian, aku berbaring di kasur, memejamkan mata dan masuk ke dalam alam bawah sadarku.

----------------------
KAFKA POV
Aku sudah mengirimkan sms kepada Kayla. Aku harus siap memberitahu Kayla besok. Semakin cepat dia mengetahui akan semakin baik. Tetapi apakah itu berarti besok aku akan kehilangannya?

Beberapa menit lalu, Om Steve menelponku, dan dengan berat hati aku menjawabnya. Dia menasihatiku sejenak di telepon, dan dia berkata bahwa dia tidak bisa menampungku lagi.

Mau tak mau, senang ataupun tidak senang, aku harus menerima kenyataan pahit ini.

Aku akan ditunangkan.

Tetapi, siapa perempuan itu?

***************
Haiii! Thankyou banget udah mau baca karya ku inii, dan aku butuh saran untuk ceritaku ini jadi kalo kalian punya saran, silahkan comment ajaa ya:)
Jangan lupa di vote dan comment<3 terimakasihhh..
-Stephanie

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang