Part 26

1.5K 60 2
                                    

KAYLA POV

"Duh Kay, gue takut nih" ucap Nadine dengan wajah paniknya.

Hari ini adalah hari dimana Nadine akan mengetahui apakah ia diterima di universitas negeri tujuannya atau tidak. Beberapa murid yang lain, termasuk Jeje juga sama paniknya dengan Nadine. Sekarang mereka sedang mondar-mandir dan berdoa dengan serius. Aku yang memandangnya hanya bisa ikut mendoakan dan berharap yang terbaik.

"OKE ANAK-ANAK, DAFTAR MURID YANG DITERIMA SUDAH IBU TEMPELKAN DI PAPAN PENGUMUMAN. SILAHKAN DILIHAT YA" teriak Bu Yaya memecah keheningan. Raut wajah mereka sekarang berubah menjadi panik plus takut. Aku tahu benar perasaan mereka. Detik-detik dimana mereka akan tahu apakah masa depan mereka akan sesuai dengan rencana atau tidak.

"ASTAGA KAYLA GUE GA BERANI SUMPAH" ucap Nadine sambil memegang erat tanganku.

"Dikira gue berani apa" timpal Jeje yang sedari tadi diam karena panik. Lucu juga melihat tampangnya HAHAHA. Oke tidak baik ketawa di saat yang tidak tepat seperti ini.

"Tuh kan Kay, Jeje aja mentalnya ciut adepin beginian" ucap Nadine sambil menatap panik ke arahku.

"Udah-udah jangan takut begitu napa mukanya. Kalian berdua kan udah usaha belajar juga kan. Kalo emang ga keterima, ya pasti Tuhan udah tentuin yang lebih baik." ucapku dengan nada menenangkan yang dibalas dengan tahanan tawa Nadine dan Jeje.

"HAHAHHAH Bijak juga lu" ucap Jeje dan Nadine hampir bersamaan.

"Iya lah jelas hehe, btw ini sampe kapan ya mau disini terus? Itu semua udh pada ke papan pengumuman" ucapku sambil menarik Jeje dan Nadine ke arah dimana para murid-murid berkumpul untuk mencari nama mereka di papan pengumuman.

Aku duduk di bangku seberang papan pengumuman. Membiarkan para murid leluasa berebutan untuk melihat nama mereka. Nadine dan Jeje sedang berusaha untuk menerobos kerumunan agar dapat melihat apakah nama mereka tercantum pada daftar anak yang keterima atau tidak. Nadine dan Jeje mendaftar di satu universitas negeri yang sama yang terletak di daerah Depok. Aku berharap mereka berdua diterima.

"SELAMAT KAFKA" teriak salah seorang gadis yang membuatku menoleh.

Anika sedang berteriak kesenangan di depan Kafka yang terlihat super bahagia. Aku yakin Kafka diterima di universitas negeri di Bandung yang sudah menjadi incarannya dari dulu. Well, selamat untuknya, aku bangga padanya.

"KAYLAAAAAAAAAA" teriak Nadine yang memekakkan telingaku.

"DINE AUTIS, GENDANG TELINGA GUE PECAH NANTI" ucapku sambil menutup telingaku yang cukup berdenyut.

Tak kusangka, Nadine langsung memelukku erat. Aku merasakan pundakku sudah mulai basah karena air matanya. Suara isakannya juga cukup terdengar. Nadine sedang menangis. Tetapi aku tidak tahu ini tangisan bahagia atau tangisan kecewa.

"Dine, kok lu duluan meluk sih, gue kan juga mau peluk" ucap Jeje di hadapanku.

"Bodo Je bodo" ucap Nadine sambil mengangkat wajahnya dari pundakku. Wajahnya merah dan basah karena air mata yang masih mengucur dari kedua matanya.

"Kabar bahagia atau buruk?" ucapku sambil menghapus air mata di wajah Nadine.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Nadine malah memelukku erat dan mulai terisak lagi. Ini ada apaan sih sebenarnya.

"Yeee nih anak, malah meluk lagi, bagian gue nya mana" ucap Jeje sambil duduk di sebelahku.

"Kay..." ucap Nadine pelan dalam isakannya.

"Ya? Kenapa Dine?"

"Makasih ya Kay. Gue keterima" ucap Nadine yang membuat hatiku lega seketika.

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang