Part 25

1.5K 53 0
                                    

KAFKA POV
Aku tahu kalian mulai bertanya-tanya sekarang tentang perasaanku pada Anika. Dan ya, benar aku berpacaran dengannya. Tetapi jujur saja, aku belum mengerti arti perasaanku pada Anika sekarang ini. Aku merasa aku hanya sekedar tertarik padanya.

Awalnya, aku merasa bahwa aku akan terus cinta pada Kayla. Tetapi, kenyataan tidak mendukung. Apalagi, satu bulan kemarin berita Jeje dan Kayla yang sudah jadian tersebar luas di sekolah. Awalnya aku memang menganggap itu hanya sekedar gosip. Tetapi, saat aku melihat mereka tidak protes akan berita itu, aku tahu mereka memang sudah jadian.

Dalam pandanganku, Jeje bukan termasuk ke kategori laki-laki baik. Brengsek lebih tepatnya. Mantannya sudah tidak terhitung dengan jari, bahkan aku rasa jika ia disuruh menyebutkan semua nama mantannya pasti ia tidak akan ingat semua karena saking banyaknya. Aku dan Jeje memang berteman tetapi tidak bersahabat. Jeje adalah salah satu pemain basket handal di sekolahku dan tentunya banyak perempuan yang ingin bersamanya. Dan itulah yang membuatku merasa Kayla memilih laki-laki yang kurang tepat.

Kenapa aku bisa jadian resmi dengan Anika? Itu karena, Anika menyatakan perasaannya padaku. Atau lebih tepatnya, ia menembakku. Aku yang baru pertama kali ditembak langsung oleh perempuan langsung ternganga saat ia melakukannya. Aku mulai mengerti perasaan Jeje yang selalu ditembak oleh perempuan di sekolah dan terpaksa untuk menerimanya.

Tetapi ini berbeda, aku menerimanya memang karena aku mau. Itu tidak berarti aku cinta pada Anika, aku hanya tertarik padanya dan menganggap, aku tidak bermasalah jika berpacaran dengannya. Toh Kayla sudah punya pacar baru dan pada akhirnya aku akan ditunangkan dengan Anika.

Hubungan yang kujalani dengan Anika sangat berbeda dengan hubungan yang kujalani dengan Kayla. Aku tidak bisa menjelaskan dimana letak perbedaannya. Tetapi, intinya berbeda bagiku.

Kaf, jalan yuk, bosen nih.
-Anika

Aku melihat pesan yang baru saja dikirim Anika dengan bimbang. Selama beberapa minggu aku berpacaran dengannya, aku menyadari satu sikap Anika yang sangat tidak kusangka akan dimiliki oleh seorang gadis sepertinya.

Anika sangat posesif.

Bagiku seperti itu faktanya tetapi tidak tahu bagi orang lain. Baru pertama kali aku merasa terkekang memiliki pacar. Selama aku dan Kayla berpacaran dulu, Kayla tidak pernah sama sekali melarangku bergaul dengan siapapun. Tetapi sekarang saat bersama Anika, aku harus selalu memberitahu dengan siapa saja aku chat. Posesif bukan? Setidaknya, begitulah menurutku.

Gak bisa, An. Aku bentar lagi UN mau belajar.
-Kafka

Baru saja aku mengirim pesan itu, pesan balasan sudah muncul dari Anika.

Yaudah gapapa, aku sendiri aja.
-Anika

Aku hanya membaca pesan itu lalu mematikan ponselku. Iya, itu sikap Anika. Tidak disangka kan? Gadis manis lugu seperti dia adalah gadis posesif, agak egois, dan pencemburu. Tetapi, dari segala sikap buruknya yang tak terlihat itu, ia adalah gadis baik.

---------------------------------------
KAYLA POV
Hari ini adalah hari paling membahagiakan bagiku. Dan aku yakin, semua anak SMA di Indonesia juga pasti sedang merasakan hal yang sama. Aku sudah selesai menjalani UN yang berarti aku akan segera meninggalkan SMA tercinta ku ini.

"WOI AKHIRNYA" teriak Nadine setelah kami keluar dari ruang ujian.

"Abis ini gue mau bakar buku persiapan UN ah" ucapku.

"Woi jahat"

"Napa jahat"

"Gak ajak-ajak gue, mau bakar dimana?"

"Bego, gak lah mau gue sumbangin aja biar dapet pahala" ucapku seraya berjalan di koridor bersama Nadine.

Nadine hanya menoyor kepalaku yang dibalas kekehan olehku. Oh iya, untuk yang belum tahu, aku sudah melepaskan jabatanku sebagai ketua OSIS dan sudah menyerahkan jabatan tersebut pada adik kelasku yang telah terpilih. Agak sedih sebenarnya saat aku melepaskan jabatan itu, tapi tidak mungkin aku jadi ketua OSIS SMA selamanya kan?

"Kay, abis ini kita kemana ya"

"Ya pulang lah dongo"

"BUKAN ITU MAKSUD GUE KAYLA. Maksud gue, abis selesai SMA ini kita kemana?"

"Ya sesuai rencana aja, Dine. Semoga aja gue bisa keterima di Australia, dan lo keterima di univ tujuan lo"

"Kita pisah dong" ucap Nadine dengan wajah tertunduk.

"Kangen ya lo sama gue" ucapku terkekeh dan memeluknya.

Aku dan Nadine saling berpamitan saat kami sudah mencapai gerbang sekolah dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sedari tadi Aku dan Nadine membicarakan masa depan kami, kuakui sedih memang melepas semua kenangan ini. Tetapi, inilah hidup dan masa depanku sudah menungguku di depan sana.

Seperti biasa, aku diantar Jeje pulang dengan motornya. Hari ini aku dan Jeje tidak mengobrol di restoran dekat sekolah seperti biasa karena kami ingin menikmati kebebasan setelah UN di rumah masing-masing.

"Kayla"

Suara Ibuku menyambutku saat kakiku melangkah masuk ke dalam rumah. Aku mencium punggung tangan Ibuku seperti biasanya.

"Kenapa bu?"

"Pengumuman tes kuliah kamu udah keluar"

Jantungku langsung berdegup tak karuan seketika.

"Ibu udah liat?"

"Belom, Ibu nunggu kamu" ucap Ibuku sambil menarikku ke arah komputer.

Tulisan "The University of Sydney" memenuhi layar komputer ku yang menyala terang. Dengan berani, aku membuka halaman pada web itu dan memasukkan kode nomor serta password yang ku dapat saat menjalani tes waktu itu.

Setelah aku berhasil masuk ke dalam halaman yang ku dapat dari kode nomorku, aku langsung membuka satu pemberitahuan yang ku dapat.

Ini saatnya, batinku.

Aku menarik napas dan membuang nya perlahan sebelum membuka pemberitahuan tersebut. Lalu setelah melihat hasilnya, aku segera menutup halaman itu dan langsung berpaling pada Ibuku yang sedari tadi berdiri di belakangku.

"Ibu jangan sedih ya" ucapku menatap Ibuku lalu memeluknya erat.

Ibuku hanya menatapku sendu dan mengangguk.

"Jangan sedih ya Kay. Nanti Ibu bantu kamu cari kuliah di Indo ya"

"Kayla sedih deh bakal ninggalin Ibu sama Ayah ke Australia" ucapku sambil tersenyum merekah.

Ibuku membelalakkan matanya tak percaya dan langsung kembali memelukku erat.

"ASTAGA KAYLA KAMU BIKIN IBU JANTUNGAN DEH" ucap Ibuku sambil memelukku.

"Eh udah dong, Bu, Kay gabisa napas nih"

Ibuku segera melepaskan pelukan eratnya itu padaku sambil tersenyum ceria.

"Kasih tau ayah sekarang ya" ucap Ibuku, lalu mengambil ponsel nya dan segera menelepon ayah.

Ayahku sangat bersemangat saat mengetahui aku diterima di universitas tujuanku. Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum bahagia. Lalu aku segera masuk ke kamarku untuk memberitahu Jeje dan Nadine. Untuk teman-teman yang lain, biarlah mereka mengetahui nya sendiri.

Jeje dan Nadine segera memberiku selamat setelah aku memberitahu pengumuman itu.

Aku membenamkan wajahku di bantal yang terletak di kasurku lalu membalikkan badanku sehingga mataku menatap langit-langit kamarku.

Terimakasih banyak Tuhan, batinku.

---------------------------------
Haiii terimakasih banget untuk yang udah mau baca dan vote! Silahkan comment kalo ada kritik atau saran:)
Jangan lupa vote dan comment:)
-Stephanie

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang