Part 8

2.1K 67 3
                                    

KAYLA POV
Pagi ini aku dikejutkan dengan kedatangan Kafka ke rumahku. Ia menggunakan baju santai dan mengendarai motornya.

Sudah pasti dia berniat mengantarkanku ke sekolah. Aku tidak mungkin menolak kan? Dia sudah ada di depan rumahku sejak pagi tadi menungguku keluar dari rumah.

Aku menaiki tangga menuju kelas ku. Koridor sekolah sudah cukup ramai, kelas-kelas yang kulewati penuh dengan murid yang sedang menyalin PR temannya dan beberapa bergosip.

Setelah sampai di depan kelas, Nadine yang menyadari kedatanganku langsung bangkit berdiri dan menghampiriku.

"Gimana Kafka?" Tanya Nadine berbisik ke telinga ku.

"Udah baik-baik aja, gue akan cerita semuanya nanti kalo dia udah bolehin ya" jawabku seraya berjalan ke meja ku yang berada di belakang. Untung saja Nadine mengerti dan tidak memaksaku untuk bercerita.

Baru saja aku meletakkan tas ransel ku di kursi, segerombolan teman Kafka sudah memanggilku keluar. Aku berpikir sejenak, apakah aku harus menceritakan kepada mereka?

Tidak. Tidak boleh. Tidak, tanpa persetujuan Kafka.

Aku keluar dengan santai dan menghampiri teman-teman Kafka yang melihatku mengharapkan jawaban. Saat aku sampai di hadapan mereka, mereka langsung bertanya hal yang sama seperti apa yang Nadine tanyakan padaku beberapa menit lalu.

"Tunggu Kafka cerita ya" jawabku singkat yang dibalas dengan helaan napas jengkel dari teman-teman Kafka.

"Woii Kay, cerita aja laaahh, kita telpon dan sms ponsel Kafka berkali-kali bahkan jutaan kali. Tapi dia ga bales, BACA AJA ENGGA" ucap Sam meyakinkan ku.

Tapi itu tidak mengubah pendirianku.

"Dia pasti bakal cerita kok nanti. Tenang aja. Sabar itu baik." Jawabku sambil menepuk pundak Sam.

Teman-teman Kafka berdecak kesal, tetapi aku mendiamkannya. Aku berbalik badan dan langsung masuk ke dalam kelas ku lagi. Aku mendengar teman-teman Kafka masih meminta jawaban dari ku, tetapi aku hanya melambaikan tangan kepada mereka.

Baru saja aku akan duduk di meja, tiba-tiba suara Bu Yaya terdengar di setiap kelas. Suara tersebut berasal dari central yang selalu digunakan untuk doa bersama dan memberikan pengumuman.

Seisi kelas langsung diam untuk dapat mendengarkan sesuatu yang akan disampaikan oleh Bu Yaya.

Panggilan untuk Kayla, kelas XII IPA 2, segera menuju ke Ruang Guru, Terimakasih.

Semuanya langsung menatapku. Seperti aku baru saja membunuh seseorang.

Kenapa harus diumumin lewat central segala si, batinku sambil berdecak kesal.

Nadine memandangku dan menyuruhku untuk cepat ke ruang guru sebelum bel masuk berbunyi.

Aku menghela napas dan berjalan dengan santai ke ruang guru. Semua mata tertuju padaku. Aku mengabaikannya dan segera bergegas ke ruang guru agar cepat bebas dari pandangan-pandangan menyelidik dari murid lain.

Aku mengetuk pintu ruang guru yang langsung dibuka oleh Bu Yaya. Guru yang menyebabkan aku menjadi pusat perhatian pagi ini.

"Ada apa ya Bu? Kenapa saya dipanggil?" tanyaku.

"Kamu kenapa tidak mengikuti acara seminar kemarin sepulang sekolah? Kamu ini Ketua OSIS, Kayla. Kamu seharusnya datang dan menjadi panutan anak-anak buah mu" tegurnya.

Aku lupa kalau aku tidak mengikuti acara seminar kemarin. Bagiku, kemarin yang terpenting adalah berada di samping Kafka. Tapi tidak mungkin kan aku menggunakan alasan itu kepada Bu Yaya?

Atau mungkin saja.

"Saya temenin Kafka bu kemarin, saya minta maaf tidak melaksanakan tanggung jawab saya. Ibu boleh menghukum saya, karena saya memang salah. Tapi jangan salahin Kafka. Ini kemauan saya untuk menemani dia" jelasku tanpa takut.

Bu Yaya menghela napas dan geleng-geleng kepala melihat sikapku. Baru kali ini aku tidak melaksanakan tanggung jawabku. Tapi aku sama sekali tidak menyesal akan hal itu.

"Saya mengerti alasan kamu. Tetapi tanggung jawab tetaplah tanggung jawab. Kamu akan dihukum sepulang sekolah. Temui saya di ruang guru dan saya harap kamu akan memenuhi tanggung jawabmu" jelasnya dengan wajah mengancam.

Aku mengangguk dan meminta izin untuk kembali ke kelas. Dan tentu saja Bu Yaya mengizinkannya.

Saat aku sampai di kelas, semuanya menatapku dengan wajah berharap aku memberitahu apa yang terjadi saat aku dipanggil Bu Yaya. Satu kelas menjadi hening dan terus menatapku penuh arti. Aku merasa suasana ini super canggung.

"Hai" ucapku karena tidak tahu harus berkata apa lagi.

Semua anak di kelasku langsung kembali pada kegiatannya masing-masing dengan canggung dan mengabaikan sapaan ku tadi.

Nadine yang melihatnya tertawa kencang. Mata anak-anak sekelas langsung tertuju padanya yang membuatku ingin sekali tertawa. Tetapi aku berusaha untuk menahannya.

Bel mulai pelajaran dibunyikan. Guru sudah memasuki ruang kelas dan siap untuk mengajar. Kami berdoa bersama-sama sebelum pelajaran dimulai.

Aku berdoa dengan memejamkan mata dan aku langsung mendongak dan membuka mata saat terdengar suara guru yang memimpin doa berkata sesuatu yang menarik perhatianku.

Ya Tuhan, kami juga berdoa bagi ayah dari teman kami, Kafka, yang telah Kau panggil petang kemarin.

Aku menelan ludah, aku tidak boleh menangis. Aku menarik napas dalam dan membuangnya perlahan.

Semua anak sembunyi-sembunyi menatapku dengan hati-hati. Apalagi, sebelahku, anak kepo tingkat dewa. Siapa lagi kalau bukan Thomas. Pasti setelah doa ini, aku akan segera diintrogasi olehnya.

Doa selesai dan kami mengucapkan salam pembuka pada guru, dan memulai pelajaran seperti biasa.

Tebakanku 100% benar, saat guru sedang tidak memperhatikan anak-anak. Thomas sudah memberikan sejuta pertanyaan yang seharusnya dia tahu tidak akan aku jawab.

"Kepo amat si lu" jawabku singkat setelah dia melontarkan sejuta pertanyaan tentang Kafka.

----------------
Saat jam istirahat, semua anak tetap terus memandangku. Tidak sedikit yang bertanya tentang Kafka. Tetapi pendirianku tetap ku tegakkan. Aku tidak akan bercerita apapun sebelum Kafka memberiku izin bercerita.

Semakin orang-orang bertanya tentang Kafka, aku semakin memikirkannya. Sedang apa dia? Apakah dia menangis lagi? Apa dia sudah bisa menenangkan dirinya? Apa dia mogok makan? Apa dia mengurung dirinya sendiri di kamar?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu berkeliaran di otakku.

****************
Haaaii! Thankyou udah mau baca ceritaku ini<3 kalau ada saran dan kritik bisa di comment yaa:) jangan lupa di vote dan comment yaah, terimakasihhh<3
-Stephanie

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang