Part 36

2.3K 92 28
                                    

KAYLA POV
Mataku disambut oleh beragam papan nama yang diacungkan oleh orang-orang. Satu hal yang langsung terlintas di benakku.

Gila.

Gue di negara orang.

Seumur hidupku aku memang mendambakan ingin pergi dari kebisingan kota Jakarta, ingin mencoba jauh dari orang tua dan hidup sendiri. Tapi saat aku benar-benar mencapai mimpi itu, aku malah tidak percaya dengan apa yang ku alami sekarang.

Aku berusaha mencari namaku di papan-papan nama tersebut. Disini aku dijemput oleh seorang kenalan ayahku di Australia yang kebetulan sempat bekerja di perusahaan ayahku saat aku kecil. Kakiku terus berjalan sementara tanganku menyeret koper ukuran besar yang ku bawa dari Jakarta.

Aku bersyukur lega saat menemukan namaku pada salah satu papan nama. Segeralah aku memanggil dan menuju pria tersebut yang sedang celingak-celinguk juga mencariku.

"Selamat siang Pak, saya Kayla Andari," ucapku berusaha seramah mungkin padanya.

"Siang juga, Kayla. Kamu udah besar banget ya, dulu waktu saya kerja sama ayah kamu tinggi kamu gak sampai pundak saya," ucapnya sambil tersenyum.

Aku hanya tertawa singkat mendengar perkataannya. Cukup bersyukur mengetahui ia pria yang ramah, bukan yang tegas dan jutek seperti pada bayanganku.

"Oh iya, mungkin kamu lupa, nama saya Tommy, panggil aja Om Tom, kalau kamu nanti ada butuh atau kesulitan bisa hubungi saya saja ya, nanti pasti saya bantu," ucapnya sambil menyerahkan nomor ponsel dan yang ku yakini nomor rumahnya pada secarik kertas.

Selama aku di Sydney aku akan tinggal di apartemen dekat universitasku. Awalnya, aku ingin tinggal di asrama nya saja, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya aku dan orang tua ku memutuskan untuk aku tinggal di apartemen yang letaknya tidak jauh dari universitasku.

Om Tom mengantarku ke dalam apartemen dan membantuku membawa barang bawaanku yang super banyak dan berat. Setelah selesai, Om Tom pamit dan terus memberitahuku bahwa jika aku mengalami kesulitan silahkan menghubunginya.

Aku melangkah dan terus menatap sedetail mungkin dari apartemenku ini. Tempat yang akan menjadi rumahku selama beberapa tahun ke depan. Apartemenku ini tidak termasuk dalam kategori besar. Di dekat pintu masuk ada dapur, di seberang dapur ada kamar mandi, dan sisanya hanya ada ruang TV dan juga kamar tidur.

Aku membuka koper dan memajang foto keluargaku di meja samping tempat tidurku. Aku masih ada waktu 3 hari sebelum benar-benar masuk kuliah dan disibukkan akan hal itu. Aku segera membereskan barang-barangku, menaruhnya di tempatnya dengan rapih, dan segera mandi.

Setelah sudah selesai urusan beres-beberes, aku mengambil tas dan tak lupa kartu kunci apartemenku lalu keluar menuju lift. Aku keluar dari gedung apartemen dengan niat berjalan-jalan dan membeli beberapa kebutuhan. Tak lupa sudah ku unduh aplikasi peta agar tak tersesat di negara orang.

Gedung apartemenku letaknya cukup strategis. Di sekitarnya ada supermarket, beberapa butik kecil, tempat ngopi, dan beberapa restoran serta toko cemilan yang pasti akan sering ku datangi. Setelah keluar masuk beberapa toko butik dan pernak-pernik lucu, aku pun menuju salah satu tempat ngopi yang tidak terlalu ramai saat dilihat dari luar.

Aku memesan iced vanilla latte. Setelah mendapatkan pesananku, aku pun duduk di kursi yang berada di pojok dekat jendela. Aku meminum pesananku sambil menatap keluar jendela. Masih tak ku percaya aku sudah berada di sini. Bagaimana keadaan rumahku sekarang? Apa yang sedang keluargaku lakukan?

Astaga.

Aku lupa menghubungi mereka.

Segeralah aku mengambil ponsel yang sedari tadi berada di kantongku. Aku memegangnya dari tadi, tetapi tidak menyalakannya. Aduh, mengapa aku jadi bodoh begini. Ku non aktifkan mode airplane mode yang masih saja ku nyalakan sejak masuk pesawat tadi. Bodoh memang.

About Love and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang