Hari ini, setelah istirahat, ada penjaskes di kelas 11-2. Setelah berganti pakaian, murid-murid cewek segera menuju ke lapangan, sedangkan cowoknya agak belakangan. Pluit berbunyi. Semua langsung baris di depan guru penjas mereka.
"Selamat pagi anak-anak. Udah cukup makannya?" sapa guru laki-laki itu.
"Enggaaak." seru murid-murid serempak.
"Kalo mau olahraga itu jangan makan banyak-banyak, nanti mual."
"Oo siap, siap."
"Iyaa Pak."
"Oke Pak, sip." Para murid menyahuti.
"Ayo kita mulai pemanasan. Hitung mulai." Pak Roy memberi aba-aba dan pemanasan dimulai.
Beruntung lah sekolah mereka, meski ada penjas sampai siang, atau class meeting dan sebagainya, mereka tidak akan tersengat sinar matahari. Karena lapangan basket mereka beratap, hanya lapangan futsal belakang yang tak beratap.
Pak Roy menyuruh semua duduk dan menerangkan materi basket di pertemuan ke lima dengan kelas ini. Sesudahnya, semua berdiri dan memperhatikan sang guru yang memberi contoh.
"Duh, Al, gue takut gak bisa nih. Lay up lagi. Lo bisa?" Hana berkacak pinggang menatap ke anak-anak cowok yang tampak asyik.
Alana mengikuti pandangan Hana, "Makanya latihan dulu ayo." Hana mengangguk.
"Alana! Main nggak?" Tanya Airin mengangkat bola pada Alana.
"Boleh," Alana menangkap bola yang dilemparkan Airin. "Makasih."
Alana mencoba dribble bola dan melakukan teknik lay up lalu melempar bola kearah ring. Tidak masuk. Ia mendesah kecil kemudian mengambil bola itu lagi dan mencoba lagi. Saat itu juga, Arnes yang sedang minum memperhatikan, ia mendekat kearah Alana.
Sekarang percobaan ketiga Alana memasukkan bola. Saat ia mencoba melempar lagi, sebuah suara tepat dari belakang menghentikan kegiatannya. Suara laki-laki.
"Bukan gitu megangnya."
Arnes.
"Hm?" Alana mengernyit bingung, dan menoleh kearah Arnes.
Arnes mendekat selangkah lagi, tangannya meraih bola ditangan Alana. "Tangan kanan lo disini. Kalo ngelempar, power lo di tangan kanan, tangan kiri disini buat ngebantu aja. Fokusin ke kotak itu deh."
Alana memperhatikan Arnes dengan saksama. Lalu ia mencontoh Arnes. "Gini? Kamu jago ya?" ujarnya disambut kekehan.
Arnes mengangkat alisnya dan tersenyum kecil sebagai jawaban. Ia menatap Alana yang barusan berhasil memasukan bola ke ring lalu mendapat tepukan tangan Hana dan Nevan yang menonton.
"Lay up nya coba," suruh Arnes. Arnes memperhatikan setiap gerak Alana melakukan teknik itu.
Sesudahnya, Alana menghampiri Arnes dengan membawa bola basket itu dan tersenyum. "Makasih udah ajarin aku. Nih,"
Arnes mengambil bola basketnya, "Iya, santai aja." Lalu ia segera berlalu kepada teman-temannya lagi.
"Aaa! Alanaa!" panggil Airin yang datang bersama Nasya.
"Rin? Kenapa?" tanya Alana bingung.
"Arnes baik banget sumpah sama lo!" serunya setengah berteriak.
"Emang kalau sama kalian Arnes gak baik, apa?"
"Baik sih baik, tapi isengnya parah sih."
Hana menimpali, "Bikin orang mau tobat, euy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Teen FictionAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...