Tiga belas

404 51 13
                                    

Selama beberapa detik Alex mematung menatap dua insan di hadapannya ini. Tak lama, kedua matanya digenangi cairan bening.

Allysa tersenyum hangat kepada Alex, membuat pria itu merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam batinnya. Alex menyerah, ia tak kuasa lagi untuk diam, ia bergerak merengkuh tubuh yang sangat ia rindukan itu.

Alex mendekap Allysa dengan erat, seolah ia tak ingin lagi Allysa pergi darinya. Indera penciumannya menangkap aroma manis yang sudah lama tidak ia hirup.

"I miss you." bisik Alex di telinga Allysa hingga wanita itu mengeratkan pelukannya lebih lagi.

***

Di ruang tengah rumah Alana, sebuah keluarga yang utuh tengah berkumpul dengan binar bahagia yang terpancar jelas di wajah mereka masing-masing.

Anggota keluarga mereka yang pergi, telah kembali. Mengembalikan kepingan kebahagiaan yang pernah ikut pergi bersamanya.

Allysa bercerita kepada suami dan putrinya tentang apa yang terjadi padanya. Bahwa kecelakaan pesawat itu memang benar, bahwa ia tidak pernah sampai ke orkestra itu memang benar, dan bahwa ia sempat "mati" itu benar.

Sebenarnya, Allysa tidak meninggal dalam kecelakaan pesawat itu. Hanya ia, dan dua korban lainnya yang selamat, walau tidak sadarkan diri dan tubuh dipenuhi luka. Dalam perjalanan ke rumah sakit yang lumayan jauh, dua orang lainnya meregang nyawa. Hanya Allysa seorang yang dapat bertahan sampai Rumah Sakit. Betapa beruntungnya wanita ini.

Allysa mengalami amnesia akibat benturan keras di kepalanya. Seorang dokter perempuan yang menanganinya, menawarkan Allysa untuk tinggal di rumahnya, karena ia tidak ingat apa-apa. Allysa pun setuju.

Selama ingatannya hilang, Allysa yang dikenal oleh Alana juga Alex mati. Tidak ada lagi Allysa yang mereka kenal. Hidup Allysa saat itu terasa kosong. Namun, seiring waktu berjalan, Allysa menemukan kembali ingatan demi ingatannya.

Dokter yang menjadi teman Allysa juga senang melihat perkembangan Allysa. Allysa kemudian bekerja sebagai pianis di sebuah cafe, ia menabung gajinya agar mencukupi untuk kembali ke Indonesia. Sangat besar keinginannya untuk segera kembali kepada keluarganya.

Dan selanjutnya, ia kembali bersama putri dan suami terkasihnya. Mutiara hatinya yang paling berharga. Kerinduan terbesar dalam hidupnya.

"Al sekarang udah jago, Mom, main piano." ungkap Alana girang.

Allysa mengangguk lembut. "Mommy bangga sama kamu. Mommy sayang sekali sama kamu."

"Alana juga sayang banget sama Mommy."

"Honey," Alex memanggil Allysa yang duduk di sebelahnya. "Kamu pasti mau tau ini," Alex menggantungkan kalimatnya.

"Apa?"

Alex melirik Alana sambil tersenyum penuh arti, putrinya itu balas menatap dengan senyum tipis dan rona merah di pipinya. Alana mengerti apa yang ingin disampaikan Alex kepada Mommy-nya.

"She has a boyfriend." Alex mengarahkan pandangannya pada Alana.

Allysa menatap putri sematawayangnya dengan senyum lebar. Senangnya ia mengetahui putri yang selama ini dirindukannya sudah memiliki tambatan hati. Gadis kecilnya sudah tumbuh besar.

"Siapa, Al?" tanya Allysa.

Alana membuka mulutnya hendak menyebut nama Arnes, namun ia tidak jadi melakukannya. Ia teringat bahwa ibunya Arnes adalah sahabat dari ibunya.

"Al, Sayang? Siapa?" ulang Allysa sekali lagi dengan senyuman.

"Kasih tau Mommy dong, Princess." tambah Alex membuat pipi Alana kembali merona.

Heart Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang