"Lo inget, gak? Waktu lo mau pulang bareng sama Vegi dan lo sempet ngeliat Selina bertengkar sama seseorang?" Brian bertanya pada Lova.
Lova berpikir keras mencoba untuk mengingat. "Ah ya, gue inget. Jangan bilang orang itu ..."
"Itu gue." Brian langsung memotong perkataan Lova.
Lova menunjukkan keterkejutan yang sangat jelas tampak di wajahnya. Sebelum sempat kembali berbicara, Brian menjelaskan hal yang ingin Lova tanyakan.
"Gue emang beda sekolah sama Selina dan gue seumuran sama lo. Gue sama Selina udah pacaran hampir tiga tahun. Waktu SMP, gue senior dan Selina junior. Gue kira dia bakalan seterusnya setia sama gue, tapi setelah Vegi masuk sekolah yang sama kayak lo, Selina mulai berubah. Awalnya gue kira dia cuma bercanda, tapi makin hari gue makin curiga. Untungnya gue punya temen di sekolah lo, jadi gue suruh dia buat mantau Selina. Dan kecurigaan gue terbukti."
Lova masih mendengarkan Brian dengan tampang serius. Dia mulai bisa menyusun teka-teki yang memenuhi pikirannya.
"Gue tau Selina mulai tertarik sama Vegi. Oke, gue akuin Vegi lebih ganteng dari gue, tapi kenapa harus dia? Gue bener-bener ga terima. Di hari gue bertengkar sama Selina, gue bertekad buat nyamperin Vegi. Gue cari informasi alamat rumah Vegi. Gue ke rumah dia, dan gue sadar keputusan gue waktu itu salah besar."
"Keputusan apa? Lo pasti ngancem Vegi?"
"Gue ngancem Vegi supaya dia mau pacaran sama Selina baru buat Seli sakit hati sesakit-sakitnya, karena cuma Vegi jalan satu-satunya buat balesin dendam gue. Vegi nolak awalnya. Tanpa pikir panjang, gue gunain lo sebagai anceman supaya Vegi nurutin kemauan gue. Gue bilang sama Vegi, kalau dia ga mau, gue bakal nyakitin lo. Kebetulan banget bokap gue temenan sama bokap lo. Jadi, gue bilang gue bakal minta dijodohin sama lo, baru gue siksa lo perlahan sampai lo merasa hidup di neraka."
Brian menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dan gue ataupun lo pasti tau, Vegi rela ngorbanin perasaannya demi keselamatan lo. Dia ga bisa ambil resiko kehilangan lo, kalau dia nolak kemauan gue. Vegi bener-bener nurutin perintah gue. Gue seneng, dengan begitu dendam gue pasti terbalaskan."
Lova mengepalkan tangannya dengan kuat. Lova marah, bukankah seharusnya begitu? Dia berdiri dari duduknya dan langsung menampar Brian.
PLAK!
"Lo berengsek! Lo jauh lebih kejam dari iblis neraka! Lo tega ngancurin hidup Vegi, gue, dan Selina demi kepentingan pribadi lo! Lo ga lebih baik dari setan! Gue benci cowok bajingan kayak lo!" Lova terus-terusan memaki Brian, tanpa peduli seisi restoran kini menjadikannya sebagai tontonan.
Lova tidak menyangka kalau laki-laki berengsek di hadapannya saat ini tega memanfaatkan dirinya dan Vegi. Itu artinya, Brian juga yang membuat hubungan Vegi dan Lova merenggang seperti tidak saling mengenal. Brian benar-benar keterlaluan.
Brian ikut berdiri dari duduknya dan menutup mulut Lova. Dia masih ingin menjelaskan hal lainnya. "Ssttt, itu belum selesai. Lo harus dengerin semuanya." Setelah mencoba menstabilkan emosinya, Lova duduk untuk mendengarkan lanjutan perkataan Brian.
"Gue tau gue berengsek. Waktu itu gue bener-bener kalut. Hari dimana Selina mutusin gue dan lebih milih ngejar Vegi. Bukan itu yang buat gue patah hati. Gue sama dia udah sepakat bakal tunangan, waktu dia lulus SMA. Gue terlanjur cinta mati sama dia. Gue udah nyusun masa depan gue sama dia. Dan dia tiba-tiba mutusin hubungan kami. Lo ngerti perasaan gue gimana? Gue hancur. Bahkan, lo ga akan tau gimana rasa sakit yang buat hati gue cidera." Brian menatap Lova dengan wajah sendu dan penuh kekecewaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/64883703-288-k481641.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jemuran Zone
Teen Fiction[COMPLETED] [33 Chapter + 2 Extra Chapter + Bonus Chapter] Seharusnya, ketika dua hati saling mencintai, mereka pasti akan sama-sama berjuang. Faktanya, sepasang sahabat--berbeda jenis kelamin, salah satu diantaranya atau mungkin keduanya memendam...