Terhitung sejak enam puluh empat hari yang lalu, hubungan Vegi dan Lova semakin merenggang. Mereka bersikap seakan-akan mereka memanglah dua orang asing yang tidak saling mengenal. Anissa menjadi satu-satunya orang yang tahu masalah Vegi dan Lova. Namun, dia memilih untuk tutup mulut dan tidak ikut campur. Tugasnya hanya mendukung keputusan yang diambil oleh Lova.
Sedangkan Reno, dia sudah berulang kali mencoba bertanya masalah apa yang sedang dihadapi Vegi dan Lova. Sayangnya, Reno tidak mendapat respon dari keduanya. Setiap Reno ingin mewawancarai Vegi, sahabatnya itu pasti mengalihkan pembicaraan.
Berbeda dengan Anissa dan Reno, keadaan ini dimanfaatkan oleh si kembar, Netha dan Natha. Si kembar itu mencoba menerobos celah-celah kecil yang tercipta, agar dapat masuk ke teritorial Vegi dan Lova. Natha dapat mendekati Lova tanpa ada hambatan lagi. Dan Netha juga dapat mengikuti Vegi ke manapun ia pergi, tanpa harus melihat Lova. Seperti saat ini, Vegi dan Netha sedang berada di kantin. Hanya ada mereka berdua.
"Vegi, nanti gue pulang bareng lo, ya? Please?" Netha memohon pada Vegi. Namun, respon yang Netha dapatkan tidak seperti yang dia inginkan.
Vegi tetap pada posisinya dengan pandangannya yang menerawang jauh. Netha tidak tahu apa yang dilamunkan oleh Vegi, yang pasti itu mungkin ada kaitannya dengan Lova.
"Vegi, jawab gue, dong. Jangan bengong terus." Netha menyenggol lengan Vegi, untuk mengembalikan kesadarannya.
"Eh-iya-kenapa Lov?"
"Lov? Gue Netha, Veg. Lo lagi ngelamunin Lova?" Vegi hanya terdiam tanpa mau membalas perkataan Netha.
"Lova, Lova, dan selalu aja Lova. Bukannya lo pernah bilang ke gue, kalau Lova yang nyuruh langsung buat lo mundur, lo bakalan mundur ya, kan? Tapi apa? Gue bisa buat lo bahagia, tapi kenapa lo tetep stuck di dia? Udah beberapa bulan kita deket dan masih gini-gini aja. Gue berharap lebih kayak gini, karena sikap lo juga. Lo itu nganggep gue siapa, sih?"
Netha menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis. Vegi lagi-lagi bungkam. Netha menyerah dan memilih pergi meninggalkan Vegi sendiri. Ternyata, ada seseorang yang sengaja menguping pembicaraan mereka tadi. Orang itu adalah Natha.
"Lo nyerah secepat ini? Ternyata lo lebih pengecut dari yang gue kira."
"Ga usah bacot. Apa tujuan lo nyamperin gue?" Jujur, Vegi sedang malas berdebat dengan Natha. Tapi, laki-laki itu memang sangat senang memancing emosi Vegi.
"Gue cuma mau bilang sama lo, kalau lo ga bisa jagain Lova mending lo kasi dia buat gue. Gue lebih bisa bahagiain dia ketimbang elo."
Vegi memandang Natha dengan senyum meremehkan. "Kalau gue ga mau gimana?"
"Lo bener-bener cari masalah ya sama gue? Lo udah nyakitin dia. Itu sama aja dengan lo berurusan sama gue."
"Dengan lo nyamperin gue gini, lo berpikir bisa dapetin hati dia? Cih!"
Natha bangkit dari duduknya, lalu menarik kerah baju Vegi.
BUGH!
Satu tonjokkan yang keras mendarat mulus di pipi kanan Vegi. "Ini karena lo udah mainin hati Lova!"
BUGH!
Satu tonjokkan lagi mendarat di pipi kiri Vegi. "Ini karena lo udah berani bikin Lova nangis!"
BUGH!
"Dan yang terakhir balasan karena lo cuma jadiin Thata sebagai pelampiasan!" Setelah puas, Natha pergi meninggalkan Vegi yang cukup babak belur. Vegi tidak membalas pukulan Natha. Karena dia tahu, dia pantas mendapatkan ini semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jemuran Zone
Teen Fiction[COMPLETED] [33 Chapter + 2 Extra Chapter + Bonus Chapter] Seharusnya, ketika dua hati saling mencintai, mereka pasti akan sama-sama berjuang. Faktanya, sepasang sahabat--berbeda jenis kelamin, salah satu diantaranya atau mungkin keduanya memendam...