Teng nong neng
Jam istirahat pertama sudah berakhir. Vegi kembali ke kelas dengan malas-malasan. Kalau bukan karena ada Lova, Vegi mungkin tidak memiliki semangat untuk belajar lagi.
Sekarang adalah jam pelajaran biologi. Guru yang mengajar bernama Bu Jamilah. Bu Jamilah masuk ke dalam kelas dengan senyum mengembang.
"Langsung saja ya, ibu akan membagi kalian ke dalam enam kelompok. Setelah itu, ibu akan memberikan tugas untuk kalian dan bisa dikumpulkan bulan depan," ucap Bu Jamilah tanpa aba-aba.
Semua murid mendesah kecewa. Mereka berpikir kalau Bu Jamilah itu sedang berbaik hati dan tidak memberikan mereka tugas. Tapi, nyatanya tidak begitu. Apalagi mereka tahu betul, Bu Jamilah pasti akan membentuk kelompok secara acak dan campuran sesuka hatinya.
"Kelompok satu adalah Edo, Wina, Rasti, dan Dedi. Kelompok dua adalah Bima, Tika, Aldo, dan Maya. Kelompok tiga adalah Sandy, Rama, Celsi, dan Khila. Kelompok empat adalah Vio, Hani, Jefri, dan Nando. Kelompok lima adalah Anissa, Lova, Reno, dan Vegi. Sisanya masuk kelompok enam."
Beruntunglah untuk Vegi, karena Bu Jamilah menjadikannya satu kelompok dengan Lova-nya. Dengan begitu, Vegi pasti akan sangat semangat untuk kerja kelompok sekaligus menggoda Lova. Sedangkan Lova bersikap biasa saja, karena menurutnya ini bisa disebut sebagai simbiosis komensalisme, di mana akan menguntungkan pihak Vegi, tapi pihak Lova tidak untung dan juga tidak rugi.
***
"Lov, lo pulang sama gue aja, ya." Setelah pelajaran sudah berakhir dan waktunya untuk pulang, Vegi menawari Lova untuk pulang bersama. Lova membalas dengan dua kali anggukkan kepala.
Mereka berjalan berdampingan dengan Vegi yang menggenggam tangan Lova. "Udah, biarin kayak gini. Daripada nanti lo digangguin," kata Vegi sambil mengeratkan genggamannya. Tanpa dia sadari, Lova tersenyum tipis menanggapi sikap perhatian Vegi.
Sesampainya di tempat parkir, Vegi memasangkan helm di kepala Lova. Dia memang sengaja membawa dua helm, satu untuknya dan satu lagi untuk Lova.
Baru saja Lova ingin naik ke motor Vegi, matanya menangkap sosok Selina. Berdua dengan seseorang yang tidak dikenalnya.
"Veg, coba lo liat. Di sana Selina lagi debat sama siapa, sih? Kok keliatannya mereka lagi bertengkar, ya?" tanya Lova sambil menunjuk ke arah Selina.
"Gue juga ga tau. Ga usah peduliin si Seli, ga penting banget. Ayo, pulang." Meskipun masih penasaran, Lova berusaha untuk tidak peduli urusan orang lain, terlebih orang itu adalah Selina.
Mereka tiba di rumah Lova setelah lima belas menit berada di jalanan. Lova benar-benar merasa lelah. Bahkan dia tidak sadar kalau wajahnya sekarang berubah menjadi pucat.
"Lov, muka lo pucet banget. Lo ga papa?" tanya Vegi khawatir.
Lova menggelengkan kepala pelan. "Gue ga papa, Vegi. Cuma ga enak badan. Sana gih, pulang. Makasih, hati-hati."
Vegi tersenyum patuh. Setelah itu dia pamit pulang. Lova langsung masuk ke dalam rumahnya dan menuju ke kamarnya. Karena kepalanya saat ini terasa seperti berputar-putar.
Ketika sampai di kamar, Lova pergi mandi, lalu tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Lova tidur sangat lama. Bahkan, jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Hal itu membuat mamida merasa sangat cemas, apalagi Lova belum sempat mengisi perutnya sejak pulang sekolah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jemuran Zone
Fiksi Remaja[COMPLETED] [33 Chapter + 2 Extra Chapter + Bonus Chapter] Seharusnya, ketika dua hati saling mencintai, mereka pasti akan sama-sama berjuang. Faktanya, sepasang sahabat--berbeda jenis kelamin, salah satu diantaranya atau mungkin keduanya memendam...