9. Setan Junior

6.5K 659 341
                                    

Satu persatu murid dipersilahkan maju ke depan. Mereka menampilkan puisi original buatan mereka. Sampai tiba giliran murid terakhir yang belum tampil, Anissa. Puisi Anissa adalah sebagai penutup untuk pelajaran Bahasa Indonesia kali ini.

"Untuk mantan pacar saya yang sekarang keberadaannya tidak terdeteksi. Mungkin dia sudah mati. Berhubung saya lupa namanya siapa, jadi mari sebut saja dia tai," ucap Anissa sebagai prakata sebelum membacakan puisinya.

"Kamu punya mantan? Saya kira kamu jomblo dari lahir. Keliatan dari wajah," kata Pak Kumis sadis.

Anissa membulatkan mata mendengar perkataan gurunya. "Astagfirullah ... gini-gini tampang saya lumayan cantik, pak. Saya ga pacaran itu karena saya mau fokus belajar. Pacaran itu nomor dua. Percuma pacaran kalau ga mikirin masa depan." Anissa menyengir lebar dengan tampang tidak berdosa.

"Jangan jadikan fokus belajar sebagai alasan menjomblo, kalau faktanya kamu itu tidak laku. Sudah, jangan banyak bicara lagi. Cepat baca puisimu."

Anissa mendengus sebal, lalu menarik napas dalam sebelum mulai membuka suara.

Cinta
Oleh: Anissayang mama papa

Cinta,
Penuh dengan teka-teki yang membingungkan semuanya.

Empat belas tahun lamanya,
Cinta menunggu kehadiran Rangga
Cinta yang begitu setia,
Cinta yang begitu mencintai Rangga.
Cinta dengan kalimat khasnya,
"Apa yang kamu lakukan ke saya itu jahat."

Ada apa dengan Cinta?
Wanita dengan wajah cantiknya dan multitalenta.
Dia selalu percaya, kalau Rangga pasti akan kembali dipertemukan dengannya.
Hingga dia melihat Rangga di sebuah bandara.

Tidak, orang itu bukanlah Rangga. Bukan Rangga-nya yang ia cinta.
Hanya seseorang yang memiliki tubuh mirip namun berbeda rupa.

Semua orang di bandara seperti tengah memerhatikannya.
Waktu seolah-olah sengaja diberhentikan detik itu juga.
Cinta mematung dengan mulut yang menganga sempurna.
Keringat dingin mengalir dari dahi mulusnya.

Ternyata dia butuh sebotol Aq*a.

Setelah selesai, semua yang berada di kelas terdiam. Anissa ikut bergeming, melihat reaksi teman-teman dan juga guru sablengnya. Sedetik kemudian, suara tawa meledak dari kelas ini. Bahkan, telah mengalahkan ledakan bom nuklir yang mampu meratakan suatu daerah dalam sekejap mata. Juga mengalahkan ledakan di hati, ketika menyaksikan musuh bebuyutan bergandengan tangan dengan doi.

"Jiah ... Anissa korban pilem AADC."

"Jomblo, jomblo aja udah. Elo udah jomblo, ga waras pula. Kasian gue."

"SUDAH-SUDAH! SIAPA YANG MENYURUH KALIAN MELEDEK ANISSA?!"

Mendengar suara Pak Kumis yang nyaris seperti suara sangkakala, membuat para murid menghentikkan tawanya. Anissa hanya mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan tangan di depan dadanya.

Teng nong neng

Bel berbunyi tanda istirahat kedua telah tiba. Pak Kumis menutup pembelajaran hari ini dan memberi waktu istirahat kepada para muridnya. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas. Hanya Vegi dan Lova yang masih berdiam diri di kelas.

Jemuran Zone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang