"VEGIIIIIIIIIIIII! ERFHANNNNN!" Wanita yang masih tetap terlihat cantik di usianya yang baru akan memasuki dua puluh delapan ini, berteriak dengan suaranya yang melengking nyaring.
Sedangkan dua orang yang dia sebutkan namanya, terdiri dari seorang pria tampan dewasa dan seorang anak laki-laki yang tak kalah tampannya, terkikik geli sambil terus berlari menghindari amukan wanita tadi.
"BERHENTI SEKARANG JUGA!"
Lova masih terus mengejar suami dan anaknya itu mengelilingi ruang keluarga. Lova kesal karena Vegi dan Erfhan telah menghancurkan dapurnya. Hampir sepuluh menit mereka kejar-kejaran yang akhirnya membuat Lova kelelahan. Lova memutuskan duduk di sofa. Sedangkan, Vegi dan Erfhan masih tetap berlari, meskipun Lova sudah berhenti.
"Ck! Bapak sama anak sama aja. Sama-sama gila. Padahal aku-nya udah duduk, eh mereka berdua masih sibuk lari. Emang bener kata orang, like father like son. Fathernya crazy, anaknya out of control."
Lova yang sudah sangat lelah, memilih untuk beristirahat dan memejamkan matanya barang sejenak. Vegi yang baru menyadari kalau Lova sudah berhenti mengejarnya, kini membisikkan sesuatu pada anaknya. Erfhan tersenyum lebar dan mengacungkan ibu jarinya pada Vegi.
Beberapa menit Lova tetap dalam posisinya, sampai dia mulai merasa ada yang aneh. Mengapa suara cekikikan Vegi ataupun Erfhan tidak terdengar di telinganya lagi? Tiba-tiba dari arah belakang, Vegi mencium tepat di pipi kanan Lova dan bersamaan dengan Erfhan yang juga mencium Lova di pipi kiri.
"I'm sorry, mama. Erfhan sayang mama."
"Maaf, queen. Aku sayang kamu."
Lova tersenyum tipis menanggapi perkataan kedua sosok penting dalam hidupnya. Hatinya menghangat dan pipinya bersemu merah. Lova merasa beruntung bisa memiliki keluarga kecil yang begitu menyayanginya. Bahkan, Lova sudah bisa melupakan kemarahannya tadi.
"Iya, mending kita siap-siap sekarang. Kita makan malem di luar aja, ya."
Vegi dan Erfhan mengangguk serempak. Mereka menghabiskan waktu setengah jam untuk bersiap-siap. Lova masih duduk di depan meja riasnya. Vegi duduk di atas kasur dengan santainya sambil menunggu Lova selesai berdandan.
"Papa, mama, Erfhan udah ganteng belom?" Suara anak laki-laki berumur lima tahun itu berhasil menghentikan kegiatan Lova. Lova tersenyum dan mendekat ke arah Erfhan.
"Kesayangan mama selalu ganteng, kok."
Lova mengusap kepala anaknya lembut sambil memerhatikan setiap inchi wajahnya. Erfhan sangat mirip dengan Vegi, bahkan sifatnya pun sebelas dua belas dengan suaminya itu. Melihat Erfhan, seperti melihat cerminan Vegi di masa lalu. Tidak salah Vegi dan Lova memberi nama Erfhan pada putera kecilnya. Erfhan yang merupakan singkatan dari perfect handsome. Si tampan yang sempurna.
"Wih, papanya siapa dulu, dong? Kamu masih inget kata papa tadi, kan?" Vegi beranjak, lalu berjalan ke arah istri dan anaknya.
"Masih, papa." Erfhan manggut-manggut dengan ekspresi wajahnya yang masih tenang.
Lova merasa penasaran dengan hal yang disembunyikan Vegi darinya. Terlebih, Vegi melibatkan Erfhan. Mata Lova memicing tajam pada Vegi, sebelum mengalihkan pandangannya pada Erfhan.
"Erfhan sayang ... kasi tau mama apa yang papa kamu sembunyiin dari mama?"
Erfhan menganggukkan kepalanya. Vegi berusaha mencegah Erfhan berbicara, namun berhasil digagalkan oleh Lova. "Papa bilang kalau nanti ketemu kakak-kakak cantik di restoran, Erfhan harus manggil papa itu kakak ganteng. Kalau ada yang nanya, Erfhan disuruh langsung ngasi nomor HP papa ke mereka." Erfhan berkata sejujurnya dengan wajah polosnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/64883703-288-k481641.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jemuran Zone
Teen Fiction[COMPLETED] [33 Chapter + 2 Extra Chapter + Bonus Chapter] Seharusnya, ketika dua hati saling mencintai, mereka pasti akan sama-sama berjuang. Faktanya, sepasang sahabat--berbeda jenis kelamin, salah satu diantaranya atau mungkin keduanya memendam...