14. Si Pantat Ketombe

6K 586 246
                                    

Beberapa hari setelah kejadian di kantin waktu itu, Lova memutuskan untuk memaafkan Vegi. Mereka kembali menjadi seperti biasanya. Vegi tukang gombal dan Lova yang terkadang membawa perasaan. Mulai saat itu juga, tidak ada yang berani menghina Lova secara terang-terangan.

Hari ini adalah hari Jumat. Lova datang ke sekolah lebih awal. Dia langsung duduk di kursinya dan mengeluarkan sebuah barang. Suasana kelas masih sepi, hanya ada segelincir siswa rajin dan juga dirinya. Lova memutuskan untuk menulis curhatan di buku diarynya.

12 Februari 2016
Dear diary,

Hai. Bahas soal Vegi ga bosen, kan? Padahal, waktu dia membajak handphoneku, aku benar-benar marah. Tapi, kenapa kami bisa kembali menjadi seperti biasa lagi secepat ini?

Masih tentang Vegi. Menurutku, dia baik, perhatian, lucu, intinya dia bisa bikin aku nyaman. Aku ga bisa kalau marahan terlalu lama sama dia. Aku selalu suka senyumnya. Aku selalu suka cara dia bicara padaku. Cinta? Vegi? Aku? Mungkin ... ini hanya perasaan kagum semata.

Mengenai Selina eh ralat, maksudku biji pantat ketombe, dia masih suka mengangguku dan Vegi. Tapi, tidak separah dulu. Lagipula, Vegi sama sekali tidak memedulikan si TaBe itu.

Bye the way, dua hari lagi adalah hari ulang tahunku. Di mana umurku akan genap menjadi tujuh belas tahun. Aku tidak mengadakan sebuah pesta, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Pesta tidak terlalu berguna, yang terpenting aku mendapatkan hadiahnya, hehe.

Karena terlalu asik menulis diary, Lova tidak sadar kalau kelasnya sudah cukup ramai. Baru saja dia ingin mengakhiri curhatannya, sebuah tangan langsung merebut buku diarynya. Dan orang itu adalah Vegi. Sontak, Lova langsung bangkit dari duduknya.

"BALIKIN DIARY GUE, VEGI! LO TU APA-APAAN, SIH?! BISA GAK, SEHARI AJA GA NGERUSUH?!" Lova berteriak sangat keras, sehingga menyebabkan semua pasang mata di kelas langsung mengarah pada mereka.

"Relax, baby girl. Gue cuma mau tau lo nulis apaan." Belum sempat Vegi membaca diary Lova, Lova berusaha untuk merebut kembali miliknya.

Tapi, Vegi masih jauh lebih gesit dari Lova. Vegi berjinjit agar Lova tidak bisa mengambil diarynya. Biar bagaimanapun juga, Vegi beberapa senti lebih tinggi dari Lova.

"VEGI! GUE BILANG BALIKIN SEKARANG!"

"Calm down, queen. Jangan teriak-teriak, nanti suara seksi kamu jadi serak. Kalau mau, ambil aja sendiri."

"GUE LAGI GA MOOD BERCANDA! BALIKIN!"

Sekarang mereka terlihat seperti Tom and Jerry. Lova berlari mengejar Vegi yang mengelilingi ruang kelas. Beberapa murid yang terlihat berlalu-lalang di depan kelas Vegi dan Lova, mulai tertarik dengan apa yang dilakukan kedua most wanted itu. Dan jadilah mereka sebagai bahan tontonan bebas biaya.

"VEGI, BERHENTI!" Napas Lova terlihat memburu, karena lelah mengejar Vegi.

Vegi menghentikkan langkahnya. Dia membalikkan badan agar dapat melihat Lova. Lova menutup wajahnya dengan kedua tangan. Beberapa detik kemudian, bahunya terlihat bergetar. Dan suara isak tangis mulai terdengar. Semua yang menyaksikan memilih untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apapun.

Vegi mendekati Lova dengan raut wajah khawatir. Dia menyentuh bahu Lova untuk memastikan. "Lov, lo kenapa nangis? Gara-gara gue, ya?" Vegi merasa heran, karena tidak biasanya Lova menangis kalau hanya sekedar dijahili Vegi.

Jemuran Zone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang