Part 2

114 7 11
                                    

[]

Sampai hari ini, Ane masih penasaran dengan sosok yang ia lihat di makam dekat sekolahnya kemarin. Karena, entah kenapa dia penasaran dengan sosok Mousa di sana. Saat ia melihat dari bus kemarin, memang sosok itu sangat mirip dengan Mousa. Rambut jabrik dengan poni panjang disisir ke samping lalu rompi biru dongkernya, benar-benar mirip dengan Mousa hari ini. Sungguh deh, ini pertama kalinya Ane memperhatikan cowok es itu dengan sedetil ini. Biasanya, ia hanya memandang Mousa sebagai teman sekelas yang dingin dan suka menyumpal mulutnya dengan kertas ketika sedang bernyanyi.

“Kenapa lo?” tanya Mousa datar saat cowok itu sudah berada di samping meja Dii. Omong-omong, Ane duduk di pojok sedangkan Dii di pinggirnya.

Ane langsung merengut kesal. “Nggak kenapa-kenapa, emang kenapa?” tanya Ane dengan kalimat aneh.

Mousa menggeleng tidak mengerti lalu berjalan ke bangkunya yang tepat di belakang gadis itu. Saat cowok itu sudah duduk, Ane berbalik, menatap Mousa curiga. “Kemarin, lo kemana?” tanya Ane.

Mousa mengernyitkan dahi, bingung. “Maksud lo apaan, emang gue siapa lo?” tanya Mousa datar tapi terdengar dingin dan tidak ingin diganggu.

Ane menepuk jidatnya. Bodoh. Rutuknya dalam hati lalu nyengir ke arah cowok itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Eum, kemarin gue ngeliat lo di makam dekat sini. Makanya gue nanya,” jelas gadis itu.

Mousa yang seakan tersengat listrik lantas melotot sebentar sebelum ekspresinya kembali datar. “Oh.” Cowok itu mengeluarkan earphonenya yang sudah terpasang dengan iPod lalu memasangnya ke telinga dan mulai mendengarkan musik. Sedangkan Ane masih menatap Mousa aneh lalu menghadap ke depan lagi.

Gadis itu masih penasaran, apa benar yang kemarin ia lihat itu Mousa. Jika iya, kenapa Mousa ke sana? Untuk apa cowok berwajah batu itu berada di makam. Apa ia ingin menakuti penghuni makam dengan wajah batu dan mata elangnya? Ya ampun, kenapa pikiran Ane jadi berkelakar aneh seperti ini?

Karena masih penasaran dan Ane itu memang orangnya sangat kepo, gadis itu kembali menoleh ke belakang dan memergoki Mousa sedang menatapnya aneh lalu sedetik kemudian kembali datar. “Apa?” tanya Mousa datar.

“Jadi, lo kemarin nggak ke makam?” tanya gadis itu balik.

“Nggak.”

Ane menekuk bibirnya lalu kembali menghadap ke depan kemudian menatap Mousa kembali. “Jadi kemarin, gue salah liat kali yah?” tanya gadis itu lebih pada diri sendiri.

Mousa mengedikkan bahu acuh. “Au,” ucap cowok itu tidak peduli.

Ane kembali menghadap ke depan, memasang earphone lalu menyetel lagu yang kemarin Aca kasih melalui email. Ternyata, lagu pemberian Aca bagus juga dan memiliki arti yang menarik. Gadis itu bersandar pada tembok di sampingnya sambil memejamkan mata. Saat bagian reft, gadis itu membuka suara. “You and me got a whole lot of history, we could be the greatest thing that the world has ever seen. You and me got a whole lot of history, So don't let it go, we can make some more, we can live forever.”

“Lagu yang kemarin yah?” tanya Dii tiba-tiba. Ane membuka matanya lalu menatap Dii dengan senyum lebar dan mengangguk semangat.

Gadis itu melepas salah satu earphonenya lalu memberikannya pada Dii. “Dengerin deh,” katanya sambil memutar balik lagu one direction yaang berjudul history.

Ane memandang Dii yang mulai menikmati lagu yang diberikan Aca kemarin. “Enak ‘kan?” tanya gadis itu pada Dii. Dii mengangguk dengan senyum lebar.

“Morning class,” sapa Miss. Erika, guru Bahasa Inggris mereka. Ane dan Dii yang sedang asik mendengarkan musik langsung mencopot earphone yang mereka pasang ke telinga dan menaruh benda tersebut ke kolong meja.

Kepo-persTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang