[]
Tepat jam 1 siang, mereka sampai di Hotel Candra. Tempat di mana acara akad nikah sekaligus resepsi pernikahan dari Fikri Candra dengan Alenia Maharani dilaksanakan. Ane dan ketiga sahabatnya turun dari mobil Aca sedangkan ketiga cowok itu sudah turun dari motor masing-masing. Mereka ber-tujuh berjalan memasuki hotel mewah dan terbesar di Jakarta itu. Ketiga cowok yang berperan hanya sebagai pengawal itu lantas menjaga keempat gadis yang saat mereka ingin masuk, mereka ditanyakan perihal undangan pernikahan.
Aka langsung memberikan sebuah undangan tapi karena hanya satu dan cukup untuk dua orang masuk. Dan juga pengawal yang ditugaskan tidak ingin membiarkan orang lain selain Akafian dan Akafiane masuk. Akhirnya, ketiga pengawal itu langsung dibekap oleh sebuah sapu tangan yang sudah diberi obat tidur membuat ketiganya terjatuh dan tertdur pulas. Lalu Aka, Iyan dan Anto mengganti posisi mereka dan keempat gadis itu bisa masuk dengan aman.
Saat melihat Fikri—papanya—sudah duduk dengan wanita selingkuhannya. Dan di hadapan mereka sedang dimulai akad nikah dengan pembukaan terlebih dahulu. Keempat gadis itu duduk di bagian paling belakang, menunggu acara itu selesai.
Setelah 20 menit berlalu dan akad nikah itu sudah dibacakan 10 menit yang lalu, Ane dan ketiga sahabatnya bersiap di panggung pertunjukan yang di sana memang dipasang sebuah layar lebar untuk menonton beberapa video tentang foto pre-wedding mereka. Ane terkekeh geli lalu membatin. Abis ini, kalian bakal malu abis-abisan.
Ketiga sahabatnya berjalan ke belakang panggung untuk menyuruh petugas yang menangani tayangan di layar tancep dadakan itu untuk mensetel vidio milik Ane dan Ane bersiap-siap untuk berdiri menunggu namanya dipanggil oleh pembawa acara. Nanti, sebelum video memalukan itu ditampilkan, Ane dan ketiga sahabatnya akan menyanyikan lagu I Love You dari 2NEI1. Sebagai sebuah persembahan bahagia untuk papa dan wanita selingkuhan yang mulai sekarang, mungkin, berstatus sebagai ibu tirinya. Saat melihat ketiga sahabatnya telah kembali, gadis itu tersenyum puas lalu menunggu pembawa acara memanggilnya dan ketiga sahabatnya ke atas panggung.
“Ya, untuk Bapak Fikri. Anak Anda, Akafiane, akan menyanyikan sebuah lagu sekaligus memberikan vidio romantis dari Ane untuk Bapak beserta istri baru Bapak.” Ane bisa melihat papanya tersenyum lebar sambil menunggu penampilannya. “Untuk Ane dan ketiga kawannya, dipersilahkan untuk naik ke atas panggung. Lalu menyanyikan lagu I Love You dari 2NEI1.” Setelah pembawa acara mengakhiri kalimatnya, Ane segera menaiki panggung dengan ketiga sahabatnya yang mengikuti dari belakang. Gak usah tanya tentang Aca, karena gadis itu juga hapal dengan lagu yang akan mereka nyanyikan nanti.
Setelah menyanyikan lagu dari 2NEI1 tersebut, Ane segara memulai pertunjukan yang memang sudah ia tunggu-tunggu. “Hai Pa, maaf yah aku malah menghindar dari Papa. Aku gak benci kok sama Papa, aku juga senang karena Papa bahagia sekarang.” Gadis itu menyeringai jahat lalu kembali berbicara. “Papa dan Mama baru aku, Tante Alenia. Ini, aku ada vidio yang aku dapatkan khusus buat kalian. Karena ini momen kebersamaan kalian dan semoga, kalian menikmatinya yah! Dan untuk yang memutar film, jangan setel dulu sebelum aku dan ketiga sahabat ku ini masih di panggung. Saat aku sudah turun, baru deh kalian setel,” ucap gadis itu lalu melambai ke arah papanya yang menatapnya bingung lalu turun dari panggung dan tepat saat ia turun, vidio memalukan itu tersetel semula.
“Aku ingin kita menikah!” ucap wanita di vidio tersebut.
Pria yang sedang mengutak-atik laptopnya menoleh pada wanita itu tidak berminat. “Apa sih, sudah ku bilang, itu bukan salah ku! Kamu yang menggodaku!” bentak pria itu.
Wanita itu menampar pipi pria itu keras lalu berteriak histeris. “Lalu, kenapa kamu mau? Hah?! Kamu itu sudah tidak menyukai istrimu! Aku tau itu, Fik,” gadis itu berujar lalu duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut.
Tanpa tidak ingin tau kelanjutan dari vidio itu yang pasti sangat memalukan, Ane dan yang lain segera beranjak pergi dari tempat itu dengan tertawa keras. Masa bodo dengan papa kandung mereka yang dilanda malu karena ketauan berselingkuh lalu melakukan hal bodoh lagi. Memalukan.
“Lo dapet dari mana sih, tuh vidio?” tanya Aka saat mereka semua sudah berada di apartemen. Sedang menikmati keberhasilan dari rencana dadakan mereka.
Ane menatap cowok itu malas, karena Ane masih marah sama cowok itu. “Aku dapet dari penjaga ruang CCTV di kantor Papa. Karena aku yakin aja, bahwa di sana pasti ada hal memalukan yang Papa lakukan bersama wanita jalang itu. Eh, ternyata apa yang aku pikirkan benar-benar ada. Benar-benar memalukan.” Cowok itu tertawa namun terdengar lirih dan terkesan memaksa. “Aku nggak nyangka aja, Papa se-brengsek itu,” tambah Ane saat tawa paksaannya sudah terhenti digantikan senyuman lega.
Aka merangkul kembarannya itu dan membiarkan kepala gadis itu bersandar pada bahunya. “Udah sih, gue tau lo pengen nangis.” Cowok itu mencium puncak kepala Ane sayang, sebatas adik dan kakak. “Maaf yah, karena gue ngerahasiain ini dari lo. Habisan, Mama bilang, jangan sampai lo tau. Entar lo bakal nanya lebih detil dan Mama males jawabnya,” lanjut cowok itu dengan diakhiri dengan tawa geli.
Ane mendengus lalu memukul bahu kakaknya keras. “Sialan. Emang Kakak pikir, aku ini wartawan apa,” keluh gadis itu dengan bibir mengerucut lucu.
Iyan tiba-tiba berceletuk. “Ceileh, lo berdua kayak orang pacaran, tau nggak.”
Aka memandang cowok itu tajam lalu mendengus geli. “Bilang aja lo cemburu,” ucap Aka lalu melepaskan rangkulannya pada Ane.
Gadis itu memandang Aka dan Iyan secara bergantian lalu menyimpulkan sendiri apa yang barusan ia pikirkan. “Kalian... punya hubungan khusus?”
Seluruh orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh kaget. Bahkan Aca yang sedang minum cola-nya langsung tersedak dan menoleh ke arah Iyan. “Seriously? Oh my god, dunia mau kiamat!” ucap gadis itu histeris.
Aka memukul kepala Ane keras lalu mengomel. “Astagfirullah, Ne. Jaga tuh mulut, sembarangan amat, yak,” cowok itu mengomel dengan nada jengkel.
Sedangkan Iyan tertawa geli karean ucapan polos Ane. “Ya ampun Ne, lo polos banget sih, minta dicium.” Aka langsung melotot ke arah cowok itu, jenis kakak protektif. “Iya Ka, bercanda elah,” tambah Iyan lalu memakan kaca mede dari toples yang berbentuk bola futsal itu.
Anto yang sedari tadi diam lantas membuka suaranya. “Lagian, lo juga yang bangunin induk macan yang lagi tidur,” kata cowok itu santai. Anto memang gitu, jarang ngomong. Karena menurutnya, berbicara banyak itu hanya membuang tenaga yang sia-sia. Tapi, sekalinya ngomong malah gitu deh. Suka nyakitin hati dan terlalu jujur.
Aka menoyor kepala cowok itu. “Halah, lo juga To. Kapan nembak Diran? Diambil orang, baru tau rasa lo,” ucap Aka dengan nada meremehkan. Lagian salah Anto juga sih, suka sama gadis di sekolahnya dari kelas 10 sampai 11. Tapi belum mau menyatakan perasaannya. Alasannya ialah, takut ditolak.
Hih, udah nyerah sebelum berjuang. Aneh.
“Berisik.” Anto kembali sibuk dengan siaran tivi di hadapannya.
Lalu Ane sedang bercanda dengan ketiga sahabatnya. Suasana memang tidak sepi, tapi mereka membuat kelompok masing-masing. Hingga suara bel dan ketukan pintu terdengar, menghentikan aktifitas mereka. Ane yang memang malas untuk membuka pintu, lantas menyuruh Aka balik. Akhirnya, dengan terpakasa malah Dii yang membuka pintu.
Saat ia baru membuka pintu sedikit, sosok cowok jangkung dengan mata elangnya membuat nyali gadis itu ciut seketika. “C-cari siapa?” tanya Dii pada Mousa.
Mousa dengan tampang datarnya menjawab singkat. “Ane.” Satu nama tapi membuat Dii terdiam. Gadis itu membatin. Sejak kapan Mousa dan Ane dekat? Tapi gadis itu akhirnya memanggil Ane membuat Ane yang tadinya sedang dalam posisi wena lantas berjalan menghampiri Dii. Gadis itu mengerutkan dahi, bingung, karena Mousa mencarinya. Untuk apa coba?
“Tuh, pacar lo nyariin. Gue ke dalam yah,” pamit Dii dengan penekanan dikata pacar membuat Ane mendengus mendengarnya. Gadis itu memandang Mousa malas.
“Ada apa?” tanya Ane sambil bersandar pada kusen pintu. Gadis itu memperhatikan Mousa yang memang hanya bisa diam di tempat. Tanpa berniat membuka suara.
Karena bosan, gadis itu akhirnya berbalik, berniat menutup pintu hingga suara Mousa membuatnya diam. “Ikut gue, jadi temen ke acara ulang tahun. Gue disuruh dateng tapi harus bawa pasangan. Karena temen cewek gue yang paling berani sama gue cuma lo, jadi gue ngajak lo.” Ane terdiam, kalimat barusan adalah kalimat terpanjang dari seorang Mousa. Bahkan Ane dibuat takjub oleh cowok itu.
Ane berbalik, menatap cowok yang juga memandangnya. Walau datar dan terkesan dingin, entah setan apa yang merasuki tubuh gadis itu. Ia sama sekali tidak takut dengan mata elang milik cowok itu kecuali; memang Mousa dalam mode marah. Mata elangnya akan lebih tajam dan dingin. Membuat siapa saja bergidik ngeri lalu kabur, menghindar dari tatapan Mousa.
“Oke,” ucap gadis itu sambil tersenyum kecil.
“Nanti gue jemput jam tujuh.” Cowok itu meneliti penampilan Ane dari bawah hingga atas lalu tersenyum tipis tapi sayang, Ane tidak menyadarinya karena terlalu tipis dan terkesan samar dan tak terlihat. “Penampilan kayak gini cocok, tapi...” jempol cowok itu bergerak menghapus lipstick di bibir bawah Ane membuat gadis itu memandang Mousa tidak percaya. “... gue lebih suka warna bibir alami lo,” lanjut cowok itu datar lalu berjalan memasuki apartemennya. Meninggalkan Ane yang dipenuhi seribu pertanyaan di otak gadis itu.
Ane pun kembali ke dalam, melihat seluruh temannya sedang menunggu cerita dari Ane dan Mousa. Bahkan, kakaknya sudah memandangnya tajam seakan ia adalah kakak paling protektif di dunia.
“Apa?” tanya Ane datar sambil duduk di samping Ami.
Aka bertanya balik dengan nada datar. “Ngomong apa aja tuh cowok?”
Ane memandang kelima orang di ruangan itu secara bergantian lalu pandangannya jatuh bada abangnya. “Dia ngajak aku, buat nemenin dia ke ultah temennya,” jawab gadis itu santai.
Iyan mencibir. “Halah, itu sih cuma modusan dia doang, Ne. Jangan percaya.” Cowok itu mendelik jengkel ke arah tivi yang sedang menyiarkan acara berita tersebut.
Ane mengangkat bahu tidak peduli. “Bodo ah, yang penting gue nggak jomblo untuk malam ini.” Gadis itu beranjak dari duduknya dan kembali mengajak ketiga sahabatnya untuk mengobrol secara privasi di kamar gadis itu.
Di kamar, Ane mulai menceritakan dari Mousa yang berbicara dengan kalimat lebih panjang dari sebelumnya. Lalu Mousa yang bilang bahwa penampilan seperti yang Ane kenakan bagus. Lalu Mousa yang menghapus lipstick merah di bibir bawah Ane dan berkata manis tapi tetap dengan aksen datarnya. Lalu Mousa yang, yang, yang pokoknya membuat Ane berpikir keras akibat perubahan sikap cowok itu.
Ami terkekeh geli. “Itu sih, udah Ne. Udah deh pokoknya,” ucap gadis itu lalu tertawa geli dengan pikiran anehnya.
“Udah apaan?” Dii yang masih tidak mengerti lantas bertanya.
Aca langsung merangkul sahabatnya itu. “Anak kecil, nggak boleh tau.”
“Tai lo.” Dii menepis tangan Aca yang melingkar di lehernya lalu menatap Ami penasaran. “Ayolah Mi, udah apaan? Gue nggak ngerti,” pinta Dii dengan wajah memelas.
Ami menggeleng. “Nggak boleh, lo itu masih kecil, Dii.”
“Argh! Kalian mahhhh,” Dii mengacak rambutnya kesal karena terus dipanggil anak kecil. Padahal, ulang tahunnya lebih dulu dibanding ketiga sahabatnya. Terkadang, umur tidak berpengaruh kalau tubuh kalian tidak sesuai umur. Benar-benar menyedihkan.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...