[]
Ane terbangun saat merasakan tepukan di pipinya, gadis itu mengerjap sebentar sebelum benar-benar duduk di sandaran kasur dan melihat Mousa berdiri di samping ranjang tidurnya. Cowok itu masih mengenakan sarung—yang ia tau pasti, sarung itu milik kembarannya. “Salat gih,” suruh cowok itu lalu berjalan keluar kamar. Sebelum benar-benar keluar, cowok itu kembali bersuara. “Gue balik yah,” lanjutnya lalu pintu pun benar-benar tertutup sempurna.
Ane yang masih bingung lantas mengingat-ingat sesuatu hingga dia menepuk jidatnya lalu berkata pelan. “Oh iya, si batu ‘kan, emang lagi nginep di sini.” Gadis itu segera turun dari ranjangnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk salat. Setelah itu, ia memutuskan untuk mandi karena ternyata sudah jam 6 pagi. Lagipula, biasanya ‘kan dia dibangunin oleh Aka. Tapi kakak kembarnya itu malah memilih menginap di rumah Anto, sahabatnya. Lagian salah sendiri sih, siapa suruh memilih sekolah di SMA Karya Indonesia yang jauh dari rumah dan juga apartemennya sekarang. Jadilah cowok itu sering sekali cerita pada Ane kalo dia sering telat. Itu sih, salah dia sendiri yang tidak mau ikut Ane bersekolah di SMA yang sama dengan Iyan.
Setelah mandi, gadis itu segera bersiap memakai seragam putihnya beserta rok putih rempel selutut. Ane memasangkan dasi berwarna abu-abu ke kerah bajunya lalu mengencangkannya tapi tidak terlalu ketat. Setelah itu, gadis itu menguncir rambut sebahunya agar tidak kegerahan. Barulah saat melihat penampilannya sudah cukup bagus, gadis itu segera memakai kaus kaki panjang namun tidak sampai lutut dan memakai sepatu converse hitam miliknya.
Gadis itu mengambil sehelai roti yang terletak di atas meja makan tanpa mengoleskan selai atau mentega terlebih dahulu karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 20 menit. Masuk sekolah memang masih 40 menit lagi tapi, jarak dari apartemen ke sekolah menempuh hampir 30 menit jika menaiki bus. Jika memang tidak ada yang namanya macet di jalan raya ibukota. Pastilah Ane tidak akan sepanik ini hanya karena bangun telat.
Tepat saat gadis itu membuka pintu apartemen dengan mulut sedang mengulum roti. Gadis itu saling tukar pandang dengan Mousa. Saat Ane mulai berjalan ke arah lift, suara Mousa membuatnya diam di tempat. “Tas lo mana?” tanya cowok itu datar namun memberi efek sangat berarti pada gadis itu. Dengan cepat, Ane membuka pintu apartemennya kembali menggunakan kunci yang entah kenapa jadi macet begini. Mousa yang melihat gadis di hadapannya ini bergerak panik, segera membantu gadis itu membuka pintu. Setelah pintu terbuka, dengan tergesa-gesa Ane memasuki apartemen menuju kamarnya kemudian mengambil tas jansport berwarna biru muda dan menggendongnya di bahu kanan. Saat keluar dari apartemennya, gadis itu berjalan menuju lift dengan langkah cepat dan langsung menekan tombol turun yang tersedia di samping pintu lift. Dengan pandangan gelisah gadis itu terus memperhatikan jam yang melingkar di tangannya, Ane mengucap syukur saat lift terbuka dan ia masuk bersama Mousa yang ternyata dari tadi menunggunya.
Sampai di lantai satu, baru saja gadis itu ingin keluar lift dan berlari menuju halte untuk menaiki bus. Pergelangan tangannya dicengkram oleh Mousa membuat gadis itu mau tidak mau menoleh ke arah cowok itu, bingung. “Bareng gue aja,” ucap cowok itu datar dan Ane tersenyum lebar sambil mengangguk senang.
Sampai di parkiran, Mousa memberikan helm miliknya pada Ane dan cowok itu memakai helm yang lain dengan warna yang sama. “Itu helm baru?” tanya Ane sambil menunjuk helm yang udah cowok itu kenakan.
Mousa menoleh lalu berdeham tanpa menjawab dengan kalimat.
Ane pun segera menaiki motor tersebut dan duduk nyaman di jok belakang. Gadis itu refleks mencengkram pinggang Mousa yang dilapisi oleh rompi biru dongkernya saat cowok itu melajukan motor ninja miliknya dengan kecepatan tinggi. Tanpa berniat mengomel, gadis itu hanya mendengus keras saat mendengar suara keras Mousa.
“Kita udah mau telat, jadi jangan berpikiran aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...