Part 4

60 4 5
                                    

[]

Kkeojin bulkkoccheoreom, tadeureogabeorin. Uri sarang modu da, neomu apeujiman ijen neol chueogira bureulge.*” Ane dan Bagas mengakhiri lagunya disusul tepukan riuh dari Dii, Aca dan Ami. Ketiga sahabat Ane tersebut, memaksa untuk ikut latihan di hari Jum’at ini. Tadinya, mereka ingin main ke apartemen milik Ane kembali. Tapi, Ane tidak memperbolehkan mereka karena Ane tau alasana ketiga sahabatnya itu, ingin lebih tau apa Mousa benar-benar tinggal di sebelah apartemennya.

Pikiran licik seperti itu mah, udah kebaca oleh Ane.

Setelah latihan selesai, Ane berpamitan lebih dulu karena hari sudah mulai maghrib dan ia harus sampai di rumah sebelum kakaknya pulang. Apalagi, ini jadwal untuk Ane yang memasak makanan. Karena ketiga sahabatnya itu telah pulang sejam setelah dia latihan lagu pertama, Ane jadi harus naik bus sendiri atau memesan ojek online. Tapi bodohnya, gadis itu lupa memesan gojek dan sekarang iPhonenya malah lowbat. Gadis itu menghembuskan nafas lelah lalu berjalan menuju halte bus tapi sebuah motor berhenti di motornya.

Pemilik motor itu adalah Iyan.

“Butuh tumpangan?” tanya Iyan sambil menaik turunkan alisnya. Ane tersenyum tipis lalu mengangguk semangat. Karena dia juga sudah terburu-buru.

“Ke apartemen Cempaka yah,” pinta Ane saat Iyan mulai melajukan motornya.

Iyan mengernyit bingung tapi tak urung cowok itu mengantarkan gadis itu ke apartemen tersebut. Saat sudah berada di depan lobi, gadis itu turun begitu juga Iyan. Sebelum gadis itu masuk, Iyan menahan lengannya. “Kenapa tinggal di apartemen? Aka juga di sana, ‘kan?” tanya Iyan dengan tampak penuh khawatir.

Ane sempat terpaku sebelum akhirnya mengangguk. “Iya, du—“

“Iyan?” Aka tiba-tiba sudah berada di dekat mereka. Cowok itu memandang Ane tajam sedangkan yang ditatap mengernyit bingung.

“Kenapa lo tinggal di apartemen?” tanya Iyan kepada Aka.

Cowok itu mengusap wajahnya frustasi lalu mengajak Iyan untuk mampir sebentar karena suara azan maghrib sudah terdengar. Setelah salat, Ane berjalan menuju dapur untuk memasak makanan yang cepat dan mudah. Gadis itu memilih untuk memasak nasi goreng seafood.

Sedangkan Aka dan juga Iyan mengobrol di ruang tivi sambil menunggu Ane memasak.

“Kenapa lo gak ceriata ke gue?” tanya Iyan sambil meminum cola yang diberikan Ane saat sebelum gadis itu memasak.

Aka cemeberut lalu memandang ke arah Ane sebentar dengan tajam dan kembali menoleh ke arah Iyan. “Bukan gitu, gue tuh nunggu waktu yang tepat. Lagipula, Anto juga belom tau,” jelas Aka lalu mengganti saluran televisi.

Tiba-tiba, bel apartemennya berdenting membuat Aka beranjak dari duduknya lalu membuka pintu. Terlihatlah cowok datar yang tinggal di sebelah apartemennya sedang memegang sebuah kumpulan kertas naskah. Sebelum Aka bertanya, cowok itu sudah membuka suara.

“Ane-nya ada?” tanya cowok itu datar dengan wajah flat membuat Aka ingin sekali mencakar wajah itu.

Aka menarik nafas lalu membuangnya pelan sebelum mulai berteriak. “ANEEE, ADA TEMEN LO NIHHH!”

Ane dengan apron yang masih melekat ditubuhnya juga Iyan yang penasaran siapa teman Ane yang datang, lantas keduanya mematung. “B-batu? Ngapain lo?” tanya Ane sambil menghampiri cowok datar itu.

Mousa memutar matanya kesal lalu menatap gadis itu dingin. “Nih, naskah pemberian Fanya. Buat latihan besok,” jawab cowok itu lalu mulai beranjak untuk pergi.

Ane segera menahan lengan cowok itu. “Eh tunggu.”

Cowok itu berbalik, memandang Ane datar namun terkesan malas. “Apa?”

Kepo-persTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang