[]
Mungkin, hari ini adalah hari tersial Ane. Sudah hampir seminggu tidak hadir, saat ia baru memasuki kelas dan memulai pelajaran. Ternyata malah ada ulangan Sejarah wajib. Gadis itu memandang Dii tajam karena seharusnya sahabatnya itu memberitahukan prihal ulangan harian ini. Tapi ternyata gadis itu juga lupa karena terlalu banyak menonton vidio BTS semalaman suntuk hingga ia sampai hampir terlambat. Ya ampun, apa sebodoh ini sahabatnya hingga lupa dengan ulangan harian tapi masih sempet-sempetnya liat Jimin shirtless di atas panggung? Edan dasar.
Ane menghela nafas lelah setelah berhasil menyelesaikan soal dalam waktu hampir kepepet karena bu Tika sangat bawel saat meminta kertas jawaban. Alhasil, soal terakhir ia isi dengan asal. Masa bodo tuh guru bakal ngomel ke Ane atau malah ngakak gara-gara jawaban Ane yang cukup absurd. Setelah pelajaran Sejarah yang sangat menguras otaknya, Ane bernafas lega mendengar bel istirahat dibunyikan.
Gadis itu bersama dengan Dii segera keluar kelas untuk pergi ke kantin membeli mi ayam bang Sarmi. Sampai di kantin, Ane segera mencari tempat duduk yang enak sedangkan Dii langsung menghampiri bang Sarmi dan memesan 4 porsi mi ayam.
“Aneeee,” panggilan cempreng dari Aca membuat Ane yang tadi sedang menopang dagu sambil jarinya mengetuk meja karena bosan langsung menoleh ke asal suara. Aca dan Ami menghampiri dirinya dan duduk berhadapan dengannya.Ane langsung tersenyum jahil ke arah Ami yang tampak masih malu-malu. “Jadi... lo udah jadian, hah?! Songong yah, jadian malah dirahasiain,” keluh Ane dengan tampang sok kecewa.
Ami mengusap lehernya, tanda salah tingkah. “Hehe, sori. Abisan Ne, lo juga ngilang ‘kan selama hampir 5 hari. Yaudah, salahin diri lo sendiri pake ngilang nggak ngasih kabar.” Ami malah balik mengomeli Ane tajam.
Ane terkekeh dan tiba-tiba ia merasa seseorang merangkulnya, tanpa menoleh juga Ane tau kalo yang merangkulnya adalah Iyan. “Belum makan?” tanya Iyan dengan senyum tipisnya. Seharusnya, Ane bersorak riang melihat senyum Iyan yang jarang ditampilkan di muka umum. Walau Iyan bukan cowok dingin dan datar—macam cowok yang duduk di samping meja mereka—Iyan itu jarang banget nampilin senyumnya depan orang lain. Makanya, banyak gadis yang tergila-gila dengannya karena Iyan tampak cool dan juga ramah pada sekitar. Tidak dengan—ah, sudahlah lupakan.
“Belum,” jawab Ane tampak tidak berminat. Dia tau kalau Iyan sedang akting di depan Mousa tapi.. gak usah ngerangkul juga. Banyak siswi yang melihat mereka penasaran. Mencuri dengar pembicaraan antara vokalis dan gitaris dari band inti sekolah itu.
“Ooii,” seru Dii sambil menaruh nampan berisi 4 porsi mi ayam dengan 3 jus jeruk. Gadis itu memandang Iyan bingung. “Lo ngapain, Yan?” tanya Dii sambil duduk di samping Aca.
“Nemenin cewek gue makan,” jawab Iyan santai lalu mengambilkan satu mangkuk mi ayam dan satu gelas berisi jus jeruk dan meletakkannya di hadapan Ane.
Ane melirik sekeliling dan benar saja. Banyak siswi yang menatapnya tajam bahkan yang berdiri di sekitar bangku yang mereka duduki dengan seenaknya mencemooh Ane seakan-akan gadis itu yang bersalah.
Tiba-tiba, Ane merasakan hembusan nafas pada telinganya dan terdengar bisikan pelan dari Iyan. “Gak usah ditanggepin, anggap angin lewat.”
Ane terdiam, kaku, seakan hembusan nafas itu mengingatkannya pada kejadian 4 hari lalu. Di mana Ane menyuruh Mousa untuk menjauh dan cowok itu yang memang menepati janjinya. Bahkan hari ini, ia tidak merasa ada seseorang yang selalu memandangnya jika ia sedang bernyanyi dengan suara cempreng miliknya. Tidak ada seseorang yang menyumpal mulutnya dengan bola kertas saat gadis itu sedang bernyanyi dengan teriak-teriak gak jelas. Tidak ada lagi yang membuatnya naik darah karena pertanyaan miliknya jarang dijawab. Intinya, tidak akan ada lagi masa-masa seperti itu sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...