[]
Sekarang, di hadapan Ane sudah duduk ayahnya beserta ibu tirinya yang paling Ane benci. Gadis itu masih bingung atas kedatangan keduanya yang mendadak, juga membuat Ane merasa malas meladeni keduanya. Bahkan, setelah dipersilakan masuk, keduanya hanya diam. Membuat Ane ingin sekali keluar apartemen untuk menyusul abangnya ke rumah Iyan—iya, tadi abangnya mengirim Ane pesan bahwa cowok itu akan pulang malam karena ia masih betah di rumah Iyan. Menyebalkan sekali abangnya itu.
“Ada apa sebenarnya, kedatangan kalian berdua?” tanya Ane setelah akhirnya ia mengalahkan debat batin akibat kedua manusia di hadapannya ini tidak mau membuka suara.
Ane melihat ayahnya mengusap leher, lalu menatap Ane dengan senyum aneh. “Papa ada kerjaan di Jerman. Kamu bisa gak, jagain Mama tiri kamu beserta adik yang ada di dalam perut Mama? Cuman dua minggu kok, mau yah?” Ayahnya menatap Ane penuh harap.
Bahkan di saat seperti ini, Ane diuji kebaikan hatinya dalam menerima tamu. Bukannya apa-apa, Ane ini orangnya gak tegaan. Dan ayahnya benar-benar tau kelemahan Ane yang satu ini. Jika bisa, Ane mungkin akan memilih jadi seorang gadis yang egois penuh dengan amarah. Bukan gadis ceria penuh rasa peduli terhadap sesama.
“Gimana?”
Mau atau tidak, Ane pasti mengangguk. Jangan salahkan Ane, salahkan hatinya yang terlalu baik. Padahal, di pikiran Ane sudah bersarang bagaimana kejamnya seorang ibu tiri jika ditinggal berdua dengan anak tirinya. Ane sudah membayangkan dirinya akan disuruh untuk mencuci piring, memasak, atau memijit punggung wanita laknat di hadapannya ini. Tetapi, jika memang ia akan diberlakukan seperti itu, Ane tidak masalah. Karena dia sudah biasa mencuci piring, pakaian, kemudian memasak lalu menyapu juga mengepel lantai. Itu sudah biasa, kecuali... jika dia disiksa oleh ibu tirinya. Itu mungkin akan menjadi pengalaman baru juga sangat buruk untuknya selama dua minggu ke depan.
“Beneran?” ayah Ane bertanya kembali, kini nadanya penuh dengan rasa senang. Segitu sayangnya kah, Papa dengan wanita iblis ini? Ane membatin dengan hati yang bergemuruh penuh amarah. Rasanya, jika bisa, ia ingin sekali membentak ayahnya dengan mempertanyakan ‘Kapan Papa bisa khawatir pada Mama kayak Papa khawatir pada wanita ini?’. Tapi sayangnya, itu hanya bisa Ane simpan dalam benaknya.
Ayahnya menghela nafas lega, lalu beranjak dari duduknya diikuti oleh wanitu itu. “Kalo gitu, besok Papa ke sini lagi bareng Mama Alen sambil bawa koper buat keperluan menginap. Oh iya, Aka ke mana?”
“Ke rumah Iyan,” jawab Ane datar tanpa ekspresi sama sekali. Gadis itu sama sekali belum percaya bahwa mulai besok, ibu tirinya ini akan tinggal bersamanya. Lalu, apa yang akan Aka lakukan jika tau hal ini?
Ayahnya hanya ber ‘oh’ ria lalu keluar bersama ibu tirinya. Meninggalkan Ane yang kembali duduk di sofa ruang tivi lalu memasukkan beberapa butir kacang mede ke dalam mulutnya. Gadis itu masih bingung dengan kalimat yang akan ia lontarkan nanti saat Aka pulang. Apa abangnya akan marah karena dirinya mengizinkan wanita iblis itu, untuk tinggal bersama mereka dua minggu ke depan? Ah, itu bisa jadi. Abangnya itu ‘kan juga sama bencinya dengan Ane. Lagipula, siapa sih yang tidak marah pada wanita perebut suami orang?“Dek.” Deg, Ane termangu di tempat ia duduk. Ia bisa merasakan seorang merangkulnya lalu satu lagi menpuk kepalanya pelan. “Woi!” Ane mengerjap, menoleh ke abangnya yang sedang nyengir tiga jari. Lalu ia menoleh ke belakang untuk melihat wajah Iyan juga Anto yang tengah tersenyum ke arahnya.
“Yee, katanya mau pulang malem,” kata Ane galak lalu beranjak dari duduknya menuju meja makan. Ia sudah sangat lapar, apalagi mendengar suara adzan magrib, membuatnya membelokan tujuannya menuju kamar untuk mendirikan salat.
“Yah elah, Ne, gitu aja ngambek,” Aka berujar sambil menyembulkan kepalanya untuk melihat Ane yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mengambil wudu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...