[]
Hembusan angin selalu menerpa rambut hitam Mousa dikala ia berada di atap sekolah, menikmati rokok dengan khidmatnya, ditambah secangkir pelastik kopi hitam panas yang ia beli di kantin. Cowok itu menghisap rokoknya sekuat tenaga lalu menghembuskan asapnya secara perlahan. Rasa rokok memang pait, namun ada kemanisan di balik paitnya rokok yang sering ia hisap tiap harinya itu. Mousa masih ingat saat-saat di mana ia tertidur di roof top dengan Ane di sampingnya.
Gadis itu memang risih saat Mousa menaruh kepalanya di atas paha kurus milik Ane. Tetapi, Mousa hanya nyaman jika di sampingnya ada Ane dan mungkin sebaliknya.
Jika memikirkan Ane, ia jadi ingat peristiwa 2 bulan yang lalu. Lagi-lagi, kalimat perpisahan antara dirinya juga Ane di bawah guyuran air hujan. Tambah suara petir menyeramkan juga awan yang benar-benar menjadi kelabu—hampir hitam—Mousa memeluk gadis itu, seakan mereka tidak akan bertemu hingga sekian tahun lamanya. Bahkan, walau sudah dua bulan yang lalu, Mousa masih ingat harum baju dari Ane yang lebih ke bau buah apel yang menyegarkan.
Gadis itu sangat ngangenin jika mengingat bahwa dirinya dan Ane sudah berpisah 2 minggu yang lalu.
Yap, Ane benar-benar pergi dari kehidupannya. Hanya sementara memang, tetapi itu cukup membuat Mousa menderita akibat terkena penyakit meriang alias merindukan kasih sayang. Hih, andai Mousa tidak terkenal sebagai cowok datar, dia pasti sudah berjoget ria sambil menyanyikan lagu dangdut itu. Meski, Mousa hanya hapal bagian reft saja.“Sa!” Mousa menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Ia melihat Iyan dan Anta memasuki roof top dengan kantung pelastik berwarna hitam di tangan mereka. Jantung Mousa berdebar seiring kantung pelastik itu diletakkan di hadapannya.
“Ini apaan? Lo pada make begituan ya? Gila, sumpah kalian gila!” Mousa berteriak histeris seakan isi dari kantung pelastik itu adalah benda haram yang Mousa saja tidak ingin menyentuhnya. Atau, bisa saja kedua kantung pelastik itu isinya ialah bom rakitan buatan mereka karena mereka tau bahwa Mousa berniat bunuh diri akibat tidak dapat kabar dari gadis pujaannya sejak tadi malam.
Anta segera menggeplak kepala Mousa kencang hingga bunyi nyaring dari tempurung kepala Mousa terdengar. Cowok itu duduk di hadapan Mousa lalu berujar, “Lo tuh, gila! Cuman gegara nggak dapet kabar dari Ane, udah berniat bunuh diri.” Cowok itu membuka salah satu kantung pelastik yang berisi permainan ular tangga untuk meredakan penyakit yang menyerang Mousa hari ini. Kemudian Anta mengambil kotak kardus yang berisi permainan ular tangga itu untuk ditunjukkan pada Mousa, “Nih, liat, udah tau cuma permainan ular tangga.”
Iyan yang sedari tadi hanya memperhatikan pun tertawa. “Au nih.” Cowok itu membuka smarthphonenya untuk menghubungi kedua sahabatnya yang lain.
Mousa pun menatap Iyan penuh curiga. “Ngapain lo? Lo nggak berniat ngasih tau Ane, ‘kan?”
“Ya nggak lah, kurang kerjaan banget.”
Setelah itu, ketiganya pun mengobrol soal pelajaran di kelas 12 semester 1 ini, sudah seperti mengikuti les tambahan. Tiap hari, guru pun tidak pernah absen, mereka saperti sangat semangat akibat mereka sudah kelas 12. Ditambah tugas menumpuk juga jam pelajaran menambah, lalu kebanyakan guru pada mengajar dengan cara kilat—alias kejar bab agar tidak tertinggal. Hingga obrolan tentang pak Rohim yang mengajar dengan pukulan rotan yang semakin kencang pun terpotong karena kedatangan ketiga gadis yang berstatus sahabat Ane, membuat keributan hingga Anta—selaku pacar dari salah satu gadis itu pun menegur mereka agar diam.
“Ta, lo beneran mau nganterin kita-kita ke fanmeet Seventeen, ‘kan?” Ami bertanya dengan pandangan penuh harap. Gadis itu sudah duduk di samping Anta dengan kedua telapak tangan disatukan, juga pandangan memohon, membuat Anta menghela nafas hingga mengangguk pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...