[]
Seakan diterpa angin peting beliung, gadis itu terhempas jauh karena sentuhan angin itu hingga tidak tau caranya untuk kembali tegak. Ane memandang Iyan yang menatapnya serius, saat mendengar dehaman seseorang. Cengkraman di pergelangan tangan Ane mengendur. Cowok itu tetap menatap Ane lalu tersenyum tipis. “Nggak usah dijawab, gue bakal sakit hati kalo denger jawabannya. Jadi, tunggu saat gue bisa bikin lo jatuh cinta sama gue, Ne,” ungkap cowok itu lalu menyantap es buahnya dengan ganas. Seakan cowok itu sudah menahan dahaga dari subuh hingga azan magrib. Padahal mah, bulan puasa juga belum dateng.
Ane memandang es buahnya tidak nafsu. Padahal, tadi dia cukup senang mendengar Iyan ingin mengajaknya untuk makan es buah. Tapi, kenapa sekarang dia jadi malas untuk makan atau sekedar meminum air dari es buah tersebut yang berwarna merah muda.
Iyan yang melihat Ane jadi malas makan lantas berhenti menyuapakan buah ke mulutnya lalu mencubit pipi kanan gadis itu. “Dimakan Ne. Jangan gara-gara gue, lo jadi gak nafsu makan gitu. Ah, jadi gak enak di guenya juga,” ujar Iyan lalu menjauhkan tangannya dari pipi Ane untuk mengacak rambut gadis itu. “Udah, makan aja. Laper ‘kan?” tanya Iyan sambil menaik-turunkan alisnya.
Ane yang melihat Iyan sepertinya tidak menunjukkan kekecewaannya lantas tersenyum tipis lalu mengangguk. “Iya.” Gadis itu mulai menyendokkan potongan buah strawberry dan naga ke mulutnya lalu bergumam pelan. “Enak Yan.”
Iyan yang sedang meminum air dari es buahnya menggunakan sedotan lantas mengadah, menatap gadis yang sedang tersenyum dengan mulut yang penuh buah. Cowok itu tertawa pelan lalu mengambil tisu untuk mengelap pinggiran mulut Ane yang berantakan. “Pelan-pelan Ne.”
Ane tersenyum malu lalu mengangguk pelan. Mereka pun kembali memakan es buahnya sampai akhirnya es itu habis dan mereka memilih untuk langsung pulang. Apalagi ditambah dengan musim pancaroba yang memang selalu gak jelas. Padahal saat mereka berangkat dan sampai di sini, jelas-jelas langit masih cerah. Tapi sekarang mereka malah terkena air hujan yang jatuh bersamaan dengan bunyi petir membuat Iyan mengajak Ane untuk berteduh di salah satu kios yang sedang tutup. Mereka berdua sama-sama kedinginan karena keduanya hanya mengenakan kaos tipis tanpa ada salah satu dari mereka membawa jaket. Iyan yang tidak tahan melihat Ane yang terus menggosokkan tangannya lalu menaruhnya ke pipi agar hangat, langsung menarik Ane ke dalam rengkuhan. Tidak peduli dengan detak jantungnya yang menggila dan kemungkinan terdengar oleh Ane.
“Yan, gu—“
Iyan memotong kalimat Ane dengan cepat. “Gue juga kedinginan, Ne. Kalo dingin gini, ‘kan, enakan dipeluk,” dusta Iyan. Padahal mah emang dia gak tega melihat Ane yang sudah pucat. Apalagi gadis itu baru saja sembuh dari demamnya. Bagaimana Iyan bisa tahan melihat Ane yang kembali sakit?
“Thanks,” gumam Ane pelan sebelum gadis itu memilih memejamkan matanya. Bukan ingin pingsan tapi, ia ingin tidur sebentar. Berada di pelukan Iyan malah membuatnya nyaman dan seakan ingin segera tidur.
Setelah hujan lumayan reda, Iyan mentoel pipi Ane membuat gadis di dalam pelukannya menoleh. “Pulang yuk.”
Ane mengangguk mengerti lalu keduanya menjauhkan diri dengan wajah sama-sama merah. Iyan menyerahkan helm putih pada Ane dan gadis itu segera memakainya. Setalah menyalakan mesin lalu Ane naik ke atas motornya. Cowok itu melajukan motornya, menerobos gerimis yang perlahan menghilang digantikan sinar matahari sore yang cukup menyengat. Sampai di depan gedung apartemen, Ane turun dari motor Iyan lalu membuka helm dan memberikannya pada cowok itu. “Makasih yah, untuk hari ini,” ucap Ane dengan senyum lebarnya. Ia cukup senang dengan acara jalannya bersama Iyan walau yah... ada suasana di mana dia harus canggung terhadap cowok di hadapannya ini.
Iyan mengangguk lalu memakai helmnya kembali. Cowok itu menoleh pada Ane yang masih memperhatikannya. “Gue pulang yah.” Ane mengangguk. “Sampai ketemu besok, sweety,” lanjut Iyan lalu melajukan motornya dengan kecepatan lumayan tinggi untuk mencapai rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Fiksi RemajaIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...