Part 1 :: Prolog

188 8 3
                                    

[]

Kegiatan pagi hari sebelum bel berbunyi di kelas 11 IPS 3 sangat ramai dan berisik. Ada sekumpulan gadis-gadis yang sedang membicarakan tentang gosip terhangat selebritis Indonesia pagi ini atau yang dari kemarin memang sedang hangat diperbincangkan. Ada sekumpulan laki-laki yang sedang bermain dengan handphone masing-masing tapi mereka terlihat sangat fokus hingga Ane sudah tau, bahwa mereka sedang adu COC. Ane pun duduk di bangku paling pojok, baris ketiga. Di belakangnya ada Anta dan Mousa. Kedua sahabat itu sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Anta dengan komiknya, sedangkan Mousa dengan handphonenya.

Dan Ane memilih memasangkan earphone ke telinganya lalu bersandar pada tembok sambil menunggu Dii datang. Gadis itu sedang mendengarkan lagu Seventeen yang berjudul Adore U. Sambil menunggu keadaan aman, Ane menarik nafas lalu membuka mulutnya dan mulai bernyanyi dengan nada asal-asalan.

Anta yang sudah terbiasa dengan nyanyian Ane yang terlihat tidak berminat itu memang hanya bisa menggeleng. Tidak dengan Mousa. Cowok itu sudah siap dengan kertas putih yang ia sobek dari buku catatan Sejarah miliknya lalu meremuknya hingga menjadi gumpalan kertas dan menyumpalkannya ke dalam mulut
Ane yang sedang terbuka lebar itu.

Gadis itu langsung terdiam lalu mengeluarkan gumpalan kertas yang cukup besar dari mulutnya itu dan membuangnya ke tong sampah di bagian belakang. Gadis itu mendengus lalu menggebrak meja Mousa membuat cowok itu mendongak dengan wajah datar. “Apa?” tanya Mousa santai. Wajahnya yang datar terlihat seperti seseorang yang tidak merasa bersalah. Membuat Ane ingin sekali memakan wajah cowok itu.

Walaupun cowok itu dingin, hanya Ane yang berani mengomelinya—walau lebih sering menunduk takut. “Bisa nggak sih, biarkan gue bebas untuk bernyanyi?” gadis itu memandang Mousa tajam. “Anta aja nggak keberatan kok, dengerin suara cempreng gue. Lagipula, suara gue nggak jelek-jelek amat,” tambah Ane lalu duduk di bangkunya, masih dengan menatap Mousa tajam.

Cowok itu tidak segan-segan menatap Ane lebih tajam dengan wajah datarnya. “Emang, suara lo itu nggak jelek. Tapi buruk, tau nggak,” cetus cowok itu dingin lalu beranjak dari tempat duduknya menuju keluar kelas. Anta dengan setia mengikuti cowok itu sebelum menoleh pada Ane untuk sekedar meminta maaf.

Sebelum Mousa keluar kelas, cowok itu berhenti di ambang pintu dan menoleh pada Ane dengan mata elangnya membuat gadis itu menunduk takut. “Alasan kedua gue dari ngegangguin lo adalah, karena gue nggak suka sama lagu korea lo itu,” kata cowok itu datar sebelum benar-benar keluar kelas.

Ane membelalakan matanya. Ini pertama kalinya Mousa mengatakan bahwa cowok itu tidak suka dengan lagu Korea yang sering ia nyanyikan. Biasanya, cowok itu hanya mengatakan bahwa suara Ane itu buruk lalu keluar dari kelas dengan Anta mengikutinya.

Lagipula, apa yang membuat cowok itu tidak suka dengan lagu Korea. Apa karena anggota boyband Korea yang lebih ganteng dibandingkan  cowok itu. Hih, Ane mendengus lalu kembali bernyanyi hingga bel masuk berbunyi dan Dii datang ke kelas dengan wajah tergesa-gesa. Ane sudah biasa melihat wajah Dii yang seperti itu. Gadis yang memiliki nama lengkap Diandra Hantoro itu, sangat suka sekali telat datang ke sekolah. Walau bagi dirinya, datang 5 menit sebelum bel masuk itu, belum dinamakan telat tapi kepepet. Hadeh, itu sih sama saja, ‘kan?

“Terlambat lagi?” tanya Ane sambil melepaskan earphone yang terpasang di telinganya. Lalu memasukkan iPodnya ke dalam saku rok. Gadis itu menoleh pada Dii yang sedang menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam sambil mengatur nafas.

“Iyalah, kalo nggak telat. Itu bukan Diandra Hantoro,” jawab Dii pelan. Gadis itu segera duduk tegak saat melihat pak Rohim, guru Agamannya yang memasuki kelas dengan rotan di tangan kirinya. Dii bergidik melihat rotan tersebut.

Kepo-persTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang