Part 10

33 1 0
                                    

[]

Setelah salat maghrib, Ane mulai bersiap-siap sebelum Mousa datang menjemputnya. Ketiga sahabatnya dan kedua sahabat abangnya sudah pulang satu jam yang lalu. Dan sekarang, Ane sedang berdandan di depan cermin sebelum Mousa datang menjemputnya. Gadis itu hanya memoleskan bedak tipis dan lip gloss pink untuk bibirnya. Tanpa peduli dengan kalimat Mousa tentang warna bibir-nya yang memang pink alami disukai cowok itu. Ane langsung tersenyum puas melihat wajahnya yang benar-benar natural. Lebih terlihat bahwa gadis itu sama sekali tidak memakai make up. 

Ane segera bangkit dari duduknya dan mengambil salah satu flat shoes berwarna hitam, sama seperti dress yang ia kenakan, lalu mengambil tas slempang berukuran kecil berwarna hitam yang berfungsi untuk meletakkan iPhone dan dompetnya. Gadis itu segera keluar dari kamarnya saat mendengar kakaknya memanggil dan saat ia melihat jam, ternyata sudah jam tujuh. Berarti Mousa sudah datang menjemputnya.

Gadis itu terkesima melihat penampilan Mousa dengan kemeja hitam dengan lengan panjang yang digulung hingga siku. Lalu celana jeans hitamnya, juga rambutnya dengan poni panjang yang disisir ke belakang. Sepertinya cowok itu mengenakan jel ke rambutnya.

“Jam 10, adek gue harus udah balik. Tanpa lecet sedikitpun,” Aka memperingati dengan nada khas seorang kakak.

Ane melihat senyum tipis Mousa dengan mata membulat kaget. Mousa mengangguk dengan senyum tipis itu lalu menggenggam tangan Ane lembut dan menariknya menuju lift. Sampai di parkiran, genggaman tangan itu terlepas karena Mousa mengambil helm yang ia letakkan di setang motornya dan memberikannya pada Ane.

Setelah memakai helm, gadis itu menaiki motor ninja tersebut lalu kendaraan beroda dua itu melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalan raya di malam hari. Ane menghirup udara malam yang lumayan sejuk dan cukup dingin. Dia merutuki dirinya yang tidak memakai jaket atau setidaknya blazer. Huh, jadi kedinginan gini, ‘kan,  nggak lucu. Batin Ane kesal.

Sampai di sebuah rumah yang terdengar musik dari tempat mereka parkir, Ane bisa menebak bahwa pestanya di sini. Gadis itu mengerutkan kening, berusaha mendengarkan dengan jelas bunyi  musik yang terdengar keras dan terkesan bahwa ini adalah sebuah tempat hiburan malam. Tapi, melihat bahwa tadi ada tulisan nama keluarga di dinding yang menjadi pagar rumah ini. Membuat pikiran negatif Ane perlahan menghilang.

Ane terkesiap kaget saat Mousa melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. Cowok itu berbisik di telinganya, “Selalu bersama gue.” Lalu rangkulan di pinggangnya semakin erat membuat jantung Ane berdetak aneh.

Gadis itu melebarkan mata saat melihat suasana pesta yang terkesan tempat hiburan. Ternyata pikirannya benar, bahwa taman belakang rumah ini dijadikan diskotik walau hanya semalam. Tiba-tiba Mousa kembali berbisik. “Kalo mau minum, bilang gue.” Ane tau kenapa Mousa bilang seperti itu, karena cowok itu takut kalau Ane salah minum.

Cowok itu mengajak Ane menuju seseorang yang ternyata juga cowok dan Ane bisa menebak, bahwa dia adalah orang yang berulang tahun. Mousa dengan tampang datarnya, menjabat tangan cowok itu lalu berkata datar. “Selamat ulang tahun, Dho.”

Cowok yang dipanggil Dho pun terkekeh mendengar nada bicara temannya yang berbeda sejak kejadian 2 tahun lalu. “Thanks, Sa.” Cowok itu pun melirik wanita yang Mousa peluk pingganganya, terkesan posesif. “Cewek lo?” tanya cowok itu disusul dengan tawa geli.

Mousa mengangguk membuat Ane membulatkan mata, ingin mengelak tapi tidak bisa karena cowok itu meliriknya tajam. Mousa pun meninggalkan cowok itu setelah memberi kado yang entah sejak kapan ada di tangannya. Padahal, saat turun dari motor atau saat masih di apartemen, cowok itu tidak terlihat membawa kado. Bodo lah, Ane juga tidak ingin tau akan hal itu.

Saat sudah jauh dari keramaian, Mousa baru mulai berbicara. “Malam ini doang, lo jadi pacar gue,” kata cowok itu datar.

Ane membulatkan matanya lalu memukul dada cowok itu keras, berkali-kali hingga gadis itu capek sendiri. “Emang lo pikir gue apaan? Wanit—“ Ane membulatkan matanya saat Mousa memotong kalimatnya dengan menempelkan bibirnya yang berwarna merah muda namun sedikit keunguan akibat merokok itu ke bibirnya. Ane melirik cowok di belakang Mousa yang sedang menatap mereka takjub. Cowok itu berjalan mendatangi Mousa dengan tangan yang bertepuk seakan cowok itu sedang melihat adegan menyenangkan.

Kepo-persTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang