[]
Sehari sebelum acara Festival Budaya Wiradarma dimulai, banyak menyibukkan beberapa siswa. Dari kelas 11 IPS 3 sendiri sudah mulai menghias kelasnya menjadi suasana Jawa Barat karena wali kelas mereka, bu Tika, yang memilih konsep ini. Tahun ini juga SMA Wiradarma memilih konsep ‘Ragam Indonesia’ sebagai wujud cinta para muridnya pada negara sendiri. Anta sang ketua kelas, sibuk menyusun meja dan beberapa bangku untuk para pengunjung restoran Sunda mereka nanti. Untuk pojok kelas, mereka jadikan sebagai dapur untuk membuat pesanan.
Ane yang kebagian menyusun beberapa alat masak pun terlihat repot untuk meletakkan kompor karena ruang dapurnya tidak terlalu lebar. Jadi, mereka harus bisa irit ruangan agar bisa menaruh rak untuk menyimpan piring.
“Gimana Ne?” tanya Anta saat melihat Ane baru saja berhasil meletakkan kompor untuk mereka masak besok.
Ane menoleh sambil menyeka keringatnya di kening gadis itu. “Udah kok, tinggal rak buat piringnya aja,” jawab gadis itu lalu duduk di lantai karena dia cukup lelah hari ini. Apalagi, setelah ini ia harus latihan band untuk penampilan besok saat penutupan acara.
Setelah hampir 6 jam mereka menghias kelas sekaligus menyusun barang-barang untuk acara besok. Ane langsung keluar kelas menuju ruang musik karena hari ini ia akan latihan lebih awal sebelum kelas 10. Ane membuka pintu ruang musik dan ia menemukan Ferdy dan juga Theo yang sedang berbincang. Gadis itu pun meletakkan tas-nya sembarang tempat lalu ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
“Ngomongin apaan sih?” tanya Ane sambil menopang kepalanya dengan kedua tangan.
Theo yang tadi sedang berbicara dengan Ferdy lantas menengok ke arah Ane jengkel. “Apaan sih lo, anak cewek nggak boleh tau,” ketus cowok itu.
Ferdy menggeleng tidak mengerti pada Theo lalu memandang Ane yang merengut kesal. “Lagi ngomongin soal kostum besok, Ne,” jawab Ferdy dengan senyum lembut menenangkannya.
Ane mengangguk paham lalu kembali berbicara. “Jadi, besok emang pada mau pake apa lo semua?” tanya gadis itu lagi. Sepertinya, pembicaraan tentang kostum yang akan mereka kenakan itu cukup menarik. Lumayan lah, buat menghapus penat setelah menghias kelas tadi yang cukup membuatnya stress.
“Kalo gue sih, lebih suka kaos putih sama rompi. Bawahannya mah celana levis aja,” ucap seseorang di belakang Ane. Gadis itu mengadah dan menemukan Iyan sedang tersenyum ke arahnya. Di samping Iyan ada Bagas yang melambaikan tangan ke arah gadis itu dengan senyum kecil yang menampilkan lesung pipit di pipi kirinya.
Theo langsung mengangguk dengan senyum lebarnya. “Bagus tuh, dari pada kemeja ‘kan bosen,” tutur Theo. Ferdy mengangguk setuju pada Theo tanpa menambahkan idenya.
“Terus gue?” tanya Ane sambil menunjuk diri sendiri.
“Dress aja Ne, yang ada kerah gitu loh. Tau nggak?” tanya Iyan sambil duduk di sampingnya.
Ane tampak berfikir lalu mengangguk mengerti. “Tau gue. Kayaknya, gue punya deh. Warnanya biru dongker kalo nggak salah,” jawab gadis itu.
“Yaudah kalo gitu, jadi kostumnya untuk cowok ya kaos putih polos tambah rompi warnanya bebas. Dan lo, Ane, pake dress,” ungkap Theo.
Mereka yang berada di ruangan itu mengangguk dan saat kak Adnan memasuki ruangan, latihan pun dimulai sampai jam 3 sore. Karena setelah mereka, ada band inti dari kelas 10 yang akan latihan.
⚫⚫⚫
“Abis acara, mau jalan nggak Ne?” tanya Iyan saat cowok itu baru saja sampai di depan gedung apartemen tempat Ane tinggal.
Ane pun turun dari motor Iyan lalu membuka helm dan memberikannya pada cowok itu. “Besoknya aja Yan, lagipula gue pengen langsung istirahat pas pulang dari sekolah. Gimana?” tanya Ane balik dengan kedua alis yang naik-turun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepo-pers
Teen FictionIni bukan kisah tentang seorang kpopers yang suka sama bias, stalkerin bias, lalu nangis bombay gara-gara biasnya pacaran sama istri orang. Bukan, bukan itu. Tapi ini lebih menceritakan tentang seorang kpopers yang harus terjebak dalam lingkar masal...