part 2

636 28 0
                                    

Februari 2004

******

Pagi ini aku sebal dengan Papa dan Mama yang meninggal kan ku sendirian dirumah. Aku hanya bersama Bi Surti yang kini tengah asyik didapur. Aku bosan berada didalam rumah yang sangat lebar namun sepi ini. Bahkan film kartun yang sedari tadi kutonton juga sudah usai. Kuputuskan berjalan keluar kearah taman depan.

Kulihat seorang anak gadis yang mungkin seumuran denganku tengah asyik bermain ditaman rumah sebelah. Aku pikir dia penghuni baru rumah sebelah karena sebelumnya aku tak pernah bertemu dengannya. Dia terlihat asyik bermain ditaman. Mengamati bunga bunga dan mengejar kupu kupu yang berterbangan.

Kini ku arahkan kamera papah yang menggantung di leherku kearah gadis kecil itu. Kamera yang berhasil kuambil dari kamar Papa sebelum keluar rumah tadi. Kuambil setiap pose dan gerak dia. Entah mengapa aku merasa ingin mengambil setiap pergerakan nya. Terambil jelas gambar gambar dia saat tersenyum ketika dia melihat sang kupu kupu berterbangan mengelilinginya. Terkadang dia memasang wajah cemberut saat sang kupu kupu terbang menjauh ketika dia ingin memegang nya. Berbagai ekspresi dia tunjukan. Dan ketika senyum muncul diwajahnya bisa kulihat mata indahnya terpejam. Sungguh indah dan mempesona. Bahkan bunga bunga ditamannya pun kalah indah darinya.

Upsss....

Dia menatap kearah ku saat aku tengah asyik mengambil gambarnya. Sungguh aku bingung harus berbuat apa. Aku seperti tertangkap basah telah menguntit. Ah bukan menguntit, tapi lebih tepatnya seperti anak yang mengamati mangga tetangga yang sudah matang dan ingin mengambilnya. Sungguh aku merasa seperti pencuri. Aku hanya menggosok belakang leherku yang tak gatal dan menunjukkan senyumku sebisa mungkin.

Dia masih saja menatap ku. Tapi dia nampak berjalan mendekat ke arahku. Aku semakin bingung dan bercampur takut. Entah mengapa aku merasa grogi. Sama ketika saat aku harus ditunjuk guruku untuk mengerjakan soal matematika di depan kelas. Aku hanya menundukkan kepalaku. Tak berani menatap kembali dia yang sudah ada dibalik pagar pembatas rumah kami.

"Hay kamu" teriaknya yang bisa kudengar jelas. Dan saat dia bersuara entah mengapa sangat merdu layaknya lagu yang sering papa mainkan dengan pianonya. Sungguh indah. Dengan memaksakan diri aku mencoba menegakkan kepalaku secara perlahan.

"Ha....Hay..." jawabku setelah berhasil membalas Tatapanmu.

Dia hanya diam memandang ku. Dan bisa ditebak bahwa saat ini aku sangat grogi ditatapnya seperti itu.

"Aku Shania Keisha junianatha. Panggil saja Shania. " Ucapny sembari mengulurkan tangannya dan memberikan senyum padaku.

"Hei.." ucapnya lagi mengagetkanku yang tengah kalut karena senyumnya. Aku yang kembali dari kesadaran ku segera menerima  uluran tangannya.

"Eh sorry, aku Bobby Chaesar Aidil. Panggil aja Bobby" jawabku mencoba memberi senyuman termanis ku.

"Senang berkenalan denganmu" jawabnya. Dan lagi dia tunjukkan senyuman manis dengan mata terpejam itu kepadaku. Aku pun hanya bisa menunduk dan membalas senyumnya.


*****


"Kamu pemilik baru rumah ini?" Tanyaku padanya. Kini Kami tengah duduk di ayunan yang berada di halaman rumahnya. Setelah perkenalan tadi dia mengajakku untuk kerumahnya. Menemaninya bermain. Sekaligus mengobrol sebagai tanda perkenalan atas tetangga baru. Aku pun menurutinya, karena aku pikir tak ada salahnya bermain kerumahnya. Lagian rumahku juga sedang tak ada orang. Dan aku juga tak memiliki teman bermain.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang