Kini lembaran demi lembaran foto dihadapan ku telah sedikit basah. Tak henti hentinya air mata ini bercucuran. Bahkan tanganku tak lagi sanggup menyeka air yang mengalir di pipi. Tapi masih ingin diriku melihat mu. Melihat setiap ekspresi mu. Melihat dirimu yang semakin manis dengan tiap senyum yang kau tunjukkan.
Tak sanggup rasanya tangan ini membuka setiap lembar gambar kita. Tapi rasa ingin melihat mu....
*****
Huft,,. Akhir akhir ini aku sedikit kewalahan. SMA tak seperti SMP, apalagi aku sendirian. Tak ada sosok shania disisiku.Entah, mungkin ini yang namanya takdir. Sejak aku kenal Shania dan dia yang menjadi tetanggaku. Kita selalu satu sekolah dan menghabiskan waktu bersama. bahkan setiap hari kami akan berangkat bersama.
Meskipun kita masih setiap hari bertemu. Tapi waktu yang kita lalui tak selama dulu. Bahkan aku harus rela menyuruh Shania pulang lebih dulu, karena aku harus pulang telat. Setiap hari aku selalu berharap waktu segera berlalu, dan Shania ku akan segera berseragam putih abu abu.
*****
Akhirnya Shania telah lulus SMP. Bahkan kini dia telah masuk SMA. Kini dia kembali jadi adik kelasku. Setiap hari kita pergi dan pulang bersama. Bahkan tak jarang banyak yang bilang kita pacaran. Namun kita selalu tersenyum saja. Seperti pagi ini saat kami barusan datang, aku sudah diintrogasi anak anak basket. Aku yang cuek pun hanya menanggapi dengan kata "entahlah, mungkin, Iya" selalu kata itu itu saja yang keluar dari mulutku.
Jelas, jelas sudah sosok shania yang cantik dan bertalenta ini akan menjadi sangat terkenal. Siapa yang tak kenal sosoknya. Bahkan bisa kutebak bahwa seluruh penjuru sekolah ini mengenal nya tanpa terkecuali. Kini dia telah menjadi gadis favorit di SMA, seorang jurnalistik, sekaligus anak yang sangat care. Tentunya dia pun memilik penggemar. Sebut saja Mario yang dengan tegas mengungkapkan bahwa dia menyukai Shania. Tapi sayangnya Shania cuek. Meskipun Mario mencoba untuk ikut ekskul musik hanya karena Shania yang suka pada pria yang pandai bermain musik. Dan siapa aku ?
"Boss Bobby. " Teriaknya begitu kencang padaku yang asyik bermain gitar ditaman belakang.
"Huft, kamu pikir ini hutan?" Ucapku datar.
"Ish, lagian kenapa disini sendiri ?" Tanyanya.
"Aku mau kumpul anak music, cuman gak jadi."
"Kenapa?"
"Malessss"
"Kebiasaan deh" ucapnya
"Lagian kenapa kesini ?" Tanyaku sambil mengusap lembut rambutnya.
"Mau ketemu kamu." Ucapnya singkat.
"Alibi, dasar " ucapku
"Ish, serius. Malah sebenarnya aku mau ke ruang musik lihat kamu. Cuman ternyata tadi aku ketemu kamu disini."
"Ngapain lihat lihat."
"Ya suka aja, aku suka ngelihat kamu kalo lagi main music" ucapnya penuh senyum. Memutar tubuhnya 45 derajat hingga lutut kita saling bertemu .
"Dasar ya. Makanya si Mario jadi minta diajarin main alat musik ." ucapku mengacak rambutnya.
"Ish,, Bobby " teriaknya tak terima. Aku pun hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresinya yang menurutku sangatlah lucu.
Aku memang anak musik. Aku memiliki band . Bahkan aku juga ketua ekskul musik. Kebetulan aku memang lahir untuk musik, sejak kecil papa Mama sudah mengajari itu. Hingga bagiku musik adalah bagian hidupku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lensa, Senja, Dan Kita
FanfictionSelama nafasku masih berdesah Dan jantungku terus memanggil indah namamu kan ku jaga segenap cinta yang ada percayalah satu cintaku untukmu