Epilog

512 36 4
                                    

akhirnya setelah revisi berulang kali, kuputuskan untuk publish epilognya kali ini. maaf jika feelnya kurang dapat.. bingung banget dan gak tahu mau ambil gaya penulisan gimana yang bagian tengah2..

jangan lupa play video nya juga ya ??




Kupandang samping kananku yang kini telah kosong. Tak ada lagi sosok wanita cantik yang kutemui setiap pagi. Tak ada lagi sosoknya kan menyambut pagiku dengan senyuman nya.

Aku berjalan lunglai menuju meja rias dikamar. Dulu dia selalu duduk disini . Menyisir rambut panjangnya dan sedikit memoles wajah eloknya. Dan kan kukalungkan tanganku dilehernya. Menatapnya dari cermin menjadi kebiasaan yang tak pernah kutinggalkan.

Dasiku tak terpasang rapi. Sejak kamu hadir dalam hidupku, aku telah lupa bagaimana cara memakai dasi. Kini kamu tinggalkan. Apa tak kamu sadari aku harus seperti orang bodoh dengan dasi berantakan seperti ini .

Kulangkahkan kakiku menuju meja makan. Biasanya kan kulihat dirimu yang sudah duduk di depan tv. Menanti sarapan dariku dan melihatku menikmati secangkir kopi. Namun pagi ini, tak ada lagi yang akan nikmati sarapan buatanku.








****

Kuputuskan pergi ke kantor. Mungkin benar kata papa. Aku akan terus seperti ini jika aku tak coba keluar dari rumah. Aku masuki ruang kerja ku dengan beberapa sorot mata melihatku. Aku tak peduli jika aku kehilangan kewibawaan ku saat ini. Yang ku tahu aku datang untuk menghapus banyangmu.

Dibalik kaca transparan. Menatap langit biru ternyata berhasil ingatkanku akan sosokmu lagi. Lihat, bahkan disaat seperti ini aku masih mengingatmu. Tawaku miris, bahkan aku tak mampu sedikit pun lupa akan dirimu.







* Author pov *

"Misi pak" ucap pria dari belakang Bobby.

"Iya. Ada apa ?" Ucap Bobby menoleh kearah pria yang sudah berdiri di belakang bobby.

"Selamat datang kembali" ucapnya menunduk pada Bobby

"Terimakasih" ucap Bobby datar dan kembali duduk.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi aku harap kamu sadar bukan hal yang benar jika kamu terus tenggelam dalam kesedihan." Ucap pria itu

"Aku tahu" jawab Bobby masih datar.

"Aku mungkin tak berada di posisi mu. Tapi aku tau rasanya ditinggalkan sosoknya. Dia baik, dia juga wanita yang luar biasa. Jika kamu masih seperti ini aku yakin dia sangat kecewa. Sadarlah Bang. Kini saatnya kamu buka mata dan hatimu. Jangan kamu tutup hidupmu. Aku..."

"Berhenti. Tahu apa kamu tentang aku dan dia ? Apa kamu tahu hari hariku yang sangat lah berubah setelah dia pergi?" Jawab Bobby beranjak.

"apa kamu lupa Bob ? Aku juga sahabat shania. Shania juga sepupu iparku. Lalu apa kamu masih ingin katakan apa yang tak ku tahu tentang kalian. Aku tahu Bob, aku tahu tentang Shania. "

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang